Penyebab pasti puluhan kasus pneumonia di Wuhan, China, belum diketahui. Kasus ini membuat warga China khawatir sindrom pernapasan akut parah atau SARS kembali terjadi.
Oleh
Adhitya Ramadhan
·3 menit baca
BEIJING, KAMIS—Kasus pneumonia yang merebak di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China, sejak akhir tahun 2019 hingga kini diduga disebabkan oleh virus korona jenis baru. Sejumlah negara, seperti Korea Selatan, Taiwan, dan Hong Kong, juga melaporkan kasus yang sama.
Puluhan kasus pneumonia di Wuhan itu memicu ketakutan akan epidemi baru setelah sindrom pernapasan akut parah (SARS) yang menewaskan ratusan orang di China tahun 2002-2003.
Pada Kamis (9/1/2020), kantor berita China, Xinhua, menyatakan, berdasarkan hasil uji laboratorium sementara oleh tim ahli menunjukkan bahwa kasus pneumonia di Wuhan disebabkan virus korona tipe baru.
Kepada Xinhua, pimpinan tim ahli tersebut yang berasal dari Chinese Academy of Engineering, Xu Jianguo, mengatakan, dari pemeriksaan sampel pasien ditemukan 15 hasil positif virus korona tipe baru.
”Perlu waktu bertahun-tahun bagi peneliti untuk mengembangkan obat dan vaksinnya,” kata Xu.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengonfirmasi hasil sementara tersebut. Itu sebabnya diperlukan informasi yang lebih komprehensif untuk menentukan tipe pasti virus yang menginfeksi puluhan orang di Wuhan. ”Investigasi lanjutan juga diperlukan untuk mengetahui sumbernya, cara penularannya, tingkat infeksi, dan cara mengatasinya,” kata Gauden Galea, Kepala Perwakilan WHO untuk China.
Komisi Kesehatan Kota Wuhan menyatakan, kasus pneumonia di sana muncul pada 21-29 Desember 2019. Dari 59 kasus yang ada sampai saat ini, beberapa di antaranya pekerja di pasar ikan.
Sejauh ini tidak ada bukti yang jelas penularan dari manusia ke manusia.
Sebanyak tujuh dari 59 pasien mengalami sakit yang parah. Tidak ada pasien yang meninggal dan semua pasien dikarantina. Sebanyak delapan pasien kemudian membaik dan telah keluar dari rumah sakit. Sejauh ini tidak ada bukti yang jelas penularan dari manusia ke manusia.
Merebaknya kasus pneumonia ini juga dikhawatirkan menyebar seiring dengan masa libur Imlek di mana jutaan warga China mudik menggunakan bus, kereta, dan pesawat.
Seorang pejabat Kementerian Transportasi China menyatakan, langkah ”disinfeksi, pengawasan, dan pencegahan” telah disiapkan di simpul-simpul transportasi, seperti terminal bus.
Badan penerbangan dan otoritas perkeretaapian nasional mengatakan, mereka belum menerima laporan adanya pasien tertular yang bepergian dengan kereta atau pesawat.
Wilayah lain
Kasus serupa juga dilaporkan dari Hong Kong, Korea Selatan, dan Taiwan. Sejak akhir 2019, rumah sakit pemerintah di Hong Kong melaporkan 38 pasien yang menunjukkan gejala demam dan infeksi pernapasan sepulang dari Wuhan. Sebanyak 21 orang di antaranya telah keluar dari rumah sakit.
Virus korona adalah keluarga besar virus yang pertama kali teridentifikasi di manusia pada pertengahan 1960-an. Virus ini menyebar melalui batuk atau bersin.
Beberapa virus dari kelompok ini menjadi penyebab flu biasa, tetapi ada juga yang ditemukan pada kelelawar, unta, dan hewan lain yang menjadi penyebab penyakit yang lebih parah, seperti SARS dan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS).
Merebaknya kasus pneumonia ini membuat warga khawatir epidemi SARS akan kembali menyerang. Penyakit yang menyerang sistem pernapasan ini pertama kali teridentifikasi di selatan China akhir 2002. Setelah itu, SARS menyebar ke puluhan negara dan menjangkiti lebih dari 8.000 orang yang hampir 800 orang di antaranya meninggal. Namun, sejak 2004, tidak ada satu pun kasus SARS dilaporkan. (REUTERS/AFP/AP)