Pada bulan Agustus mendatang, pemerintah setempat juga akan menyelenggarakan acara Oceanic Folk Festival. Festival musik komunitas bertaraf internasional itu diselenggarakan untuk kedua kalinya pada tahun ini.
Oleh
Erika Kurnia
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Wilayah kepulauan di Indonesia, seperti Kepulauan Seribu dan Bintan, menyiapkan berbagai strategi untuk menarik wisatawan tahun 2020. Pemerintah setempat melakukan berbagai upaya, mulai dari menyediakan acara budaya, atraksi, hingga akses transportasi baru, untuk meningkatkan jumlah kunjungan wisatawan.
Kepulauan Seribu, DKI Jakarta, misalnya, bersolek sejak akhir 2019 untuk menyambut lebih banyak wisatawan. Pemerintah daerah bekerja sama dengan Asosiasi Pematung Indonesia Cabang Jakarta untuk menghadirkan delapan karya trimatra seni patung di beberapa pulau tujuan wisata.
Kepala Suku Dinas Pariwisata Kepulauan Seribu Cucu Kurnia kepada Kompas mengatakan, delapan instalasi seni sebagai ikon dibangun di beberapa pulau tujuan wisata. Instalasi seni itu antara lain bernama ”Jiwa Samudera” di Pulau Pari, ”Persembahan Cinta” di Pulau Tidung, dan ”Derai Embun” di Pulau Pramuka.
”Kami menghadirkan delapan ikon bekerja sama dengan asosiasi pematung Jakarta untuk meningkatkan aktivitas sosial media,” kata Cucu saat dihubungi dari Jakarta, Sabtu (11/1/2020).
Instalasi yang dipasang permanen melengkapi keindahan wisata pulau di Kepulauan Seribu. Di Pulau Tidung, misalnya, wisatawan bisa menghabiskan liburan dengan snorkeling, jalan-jalan, atau berkunjung ke Museum Paus.
Pada bulan Agustus mendatang, pemerintah setempat juga akan menyelenggarakan acara Oceanic Folk Festival. Festival musik komunitas bertaraf internasional itu diselenggarakan untuk kedua kalinya pada tahun ini.
Sementara itu, Pulau Bintan, Kepulauan Riau, menawarkan wisata buatan seperti Marine Life Discovery Park, kolam akuarium ikan seluas 2,8 hektar. Atraksi yang dibuka akhir triwulan 2019 itu akan melengkapi Treasure Bay, kolam renang terbesar di Asia Tenggara di Lagoi, yang menarik banyak wisatawan per tahun.
Tak hanya itu, Pulau Bintan juga akan menghadirkan 15 acara wisata berskala nasional dan juga internasional pada 2020. Ada acara olahraga tahunan seperti Tour de Bintan sampai ajang triatlon Ironman Bintan. Ada juga acara budaya seperti Festival Tari Bintan dan Festival Teater.
Kepala Dinas Pariwisata Bintan Wan Rudy Iskandar mengatakan, setiap acara wisata besar yang diadakan pemerintah rata-rata bisa menarik 5.000 wisatawan asing.
”Kalau untuk wisatawan asing, pasarnya bagus. Dalam satu event besar, bisa mendatangkan 1.500 peserta asing, ditambah keluarganya yang bisa sampai 5.000 wisatawan. Jadi, hotel kami, khususnya di Lagoi, pasti penuh pada saat ada acara-acara tersebut,” ujarnya.
Sebagai salah satu pintu masuk wisatawan mancanegara (wisman) terbesar ketiga, setelah Bali dan Jakarta, Bintan menjadi pasar utama wisman. Wisman yang datang paling banyak datang dari China, Singapura, dan India.
Pada tahun 2020, pemerintah Bintan menargetkan jumlah kunjungan mencapai 900.000 wisman atau naik dari sekitar 750.000 wisman pada 2019. Angka itu diyakini dapat tercapai dengan pembukaan jalur feri dari Johor, Malaysia, ke Bintan.
Kebangkitan
Penyelenggaraan berbagai acara budaya tahun ini diharapkan menjadi magnet utama kedatangan wisatawan, termasuk meningkatkan keyakinan wisatawan untuk berkunjung di tengah kendala alam hingga transportasi.
Di Kepulauan Seribu, misalnya, jumlah kunjungan wisatawan turun drastis sampai Mei 2019 pascabencana tsunami Selat Sunda yang menerpa Banten dan Lampung pada Desember 2018. Namun, acara seperti festival musik reggae pada Maret 2019 dan Oceanic Folk Festival, menurut Cucu, mampu menarik ribuan wisatawan.
Berdasarkan data Dinas Pariwisata Kepulauan Seribu, jumlah kunjungan wisatawan ke belasan pulau sepanjang Januari-November 2019 hanya 697.809 orang. Jumlah itu menurun dibandingkan dengan total 700.903 wisatawan yang datang pada periode yang sama tahun 2018.
Penurunan kunjungan pada 2019 banyak terjadi sampai bulan Mei. Mulai Juli, jumlah kunjungan per bulan justru melampaui jumlah pada tahun 2018.
”Alhamdulillah, dengan adanya acara-acara tersebut, kepercayaan wisatawan bisa pulih. Paling tidak, publikasi dari media sosial membuat minat orang datang ke Kepulauan Seribu meningkat,” ujarnya.
Tingginya harga tiket pesawat domestik juga berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan nusantara (wisnus) ke Bintan. Padahal, wisnus yang dikenal suka berbelanja kuliner dan suvenir meningkatkan putaran uang ke masyarakat secara langsung. Hal ini berbeda dengan wisman yang lebih banyak berkontribusi pada pendapatan asli daerah (PAD).
”Untuk menarik wisatawan lokal, kami akan mengadakan acara pasar lokal untuk beberapa kegiatan festival budaya. Sementara itu, kami terus berharap pada pemerintah agar ada kebijakan yang lebih mengena untuk menurunkan harga tiket pesawat,” kata Wan Rudy.
Jika berhasil, ia berharap, jumlah wisnus bisa naik puluhan persen pada tahun ini. Menurut data Dinas Pariwisata Bintan, dalam dua tahun terakhir, jumlah kunjungan wisnus stagnan di angka sekitar 650.000 kunjungan per tahun dengan kenaikan hanya 3 persen.