Gelombang Tinggi, Penyeberangan Sultra-Sulsel Ditutup
Seluruh aktivitas pelayaran di wilayah Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, dihentikan akibat cuaca buruk. Penutupan itu termasuk layanan feri yang menghubungkan Sultra dengan Sulawesi Selatan.
Oleh
SAIFUL RIJAL YUNUS
·3 menit baca
KENDARI, KOMPAS - Seluruh aktivitas pelayaran di wilayah Kabupaten Kolaka, Sulawesi Tenggara, dihentikan akibat cuaca buruk. Gelombang mencapai ketinggian hingga tiga meter dengan kecepatan angin hingga 25 knot atau 46 kilometer per jam. Penutupan itu termasuk layanan feri yang menghubungkan Sultra dengan Sulawesi Selatan.
Kepala Syahbandar Otoritas Pelabuhan Kelas II Kolaka Muhammad Hasfar, Minggu (12/2/2020), menjelaskan, setelah berkoordinasi dengan sejumlah instansi, pihaknya memutuskan menghentikan aktivitas pelayaran di wilayah perairan Kolaka. Tinggi gelombang mencapai 1,5-3 meter dengan kecepatan angin mencapai 25 knot.
Karena itu, kami memutuskan untuk menghentikan aktivitas pelayaran, baik kapal feri, tongkang, dan lainnya.
"Selain melihat peringatan dari BMKG, kami juga memantau kondisi gelombang dan angin di sekitar perairan. Di pesisir, tinggi gelombang lebih dari satu meter dengan angin kencang yang sampai merobohkan pohon. Karena itu, kami memutuskan untuk menghentikan aktivitas pelayaran, baik kapal feri, tongkang, dan lainnya," kata Hasfar, saat dihubungi dari Kendari.
Sejauh ini, Hasfar menambahkan, dua feri yang sedianya berangkat menuju Bajoe, Kabupaten Bone, Sulawesi Selatan, pada Minggu malam, telah diputuskan untuk tidak berlayar. Dua pelayaran feri ini berkapasitas sekitar 500 orang yang menempuh perjalanan sekitar delapan jam melintasi Teluk Bone. Tiga jadwal feri dari Bajoe menuju Kolaka juga telah diputuskan tidak diberangkatkan seiring dengan cuaca buruk.
Menurut Hasfar, Syahbandar Kolaka juga tidak memberikan Surat Persetujuan Berlayar untuk semua jenis kapal, baik itu tongkang maupun kapal angkutan rakyat. Hal itu untuk menghindari terjadinya kecelakaan laut yang bisa menimbulkan korban materi atau korban jiwa.
"Kami juga mengimbau agar para nelayan tidak melaut dulu karena cuaca buruk masih berlangsung. Kami memantau terus cuaca apakah pelayaran bisa dibuka kembali besok atau belum. Kami tentunya mengutamakan keselamatan pelayaran di kondisi cuaca seperti ini," kata Hasfar.
Angin kencang di Kolaka membuat tinggi gelombang meningkat beberapa hari terakhir. Data SAR Kolaka, pada Minggu siang, gelombang di pesisir mulai melimpas ke jalan. Angin kencang juga merobohkan sejumlah pohon.
Zainal (32), warga Kolaka, menuturkan, angin kencang dan gelombang tinggi terjadi sejak Minggu pagi. Ia pun terpaksa membatalkan rencana memancing dan liburan akhir pekan."Ditambah hujan lagi. Keluarga yang mau menyeberang ke Bajoe juga terpaksa batal karena pelayaran infonya ditutup dulu," katanya.
Cuaca buruk memang mulai terjadi di beberapa wilayah Sulawesi Tenggara, seperti yang terjadi di sejumlah daerah lain di Indonesia. Selain gelombang tinggi, angin kencang juga telah menerjang beberapa kabupaten di provinsi ini.
Kepala Stasiun Meteorologi Maritim Klas II Kendari Ramlan menuturkan, kecepatan angin di wilayah Sultra masuk dalam kategori tinggi, yang bisa mencapai 25 knot. Selain itu, cuaca buruk juga terjadi yang membuat potensi angin kencang dan gelombang tinggi semakin besar.
Menurut Ramlan, angin kencang terjadi karena adanya perbedaan tekanan yang signifikan dari massa udara di wilayah ini. Fenomena massa udara basah yang bergerak dari timur ke barat menjadi salah satu pemicu utama.
"Kondisi cuaca kita memang meningkat jika dibandingkan hari sebelumnya. Selain siklon tadi, massa udara di musim barat seperti sekarang memang lebih basah sehingga perbedaan tekanan jauh lebih signifikan. Karena itu, kami segera sampaikan kondisi cuaca ini ke pihak terkait agar mengambil langkah antisipasi," ucap Ramlan.
Kondisi cuaca buruk, Ramlan melanjutkan, diprediksi akan berlangsung hingga Februari mendatang. Pihaknya terus memantau perkembangan cuaca dan memberikan informasi terkini setiap tiga jam.