Indonesia membutuhkan lebih banyak talenta digital, khususnya di bidang analisis data dan keamanan siber.
Oleh
Erika Kurnia
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Indonesia membutuhkan lebih banyak talenta digital, khususnya di bidang analisis data dan keamanan siber. Dua bidang itu akan sangat diperlukan perusahaan dan pemerintahan yang mengandalkan platform digital.
CEO NTT untuk Indonesia Hendra Lesmana mengatakan hal itu seusai acara laporan prediksi tren teknologi bertajuk ”Gangguan Masa Depan: 2020” di Jakarta, Senin (13/1/2020). NTT adalah perusahaan layanan teknologi global.
”Perlu banyak profesi baru yang andal dalam hal data analisis dan keamanan siber. Dengan adanya tuntutan mengolah data dalam ekosistem internet untuk segala (IoT), lalu perkembangan komputisasi awan hibrida, sumber daya ini dibutuhkan,” ujarnya.
Pada kesempatan itu, Hendra memaparkan, ada lima tren teknologi yang akan muncul bersamaan di dunia pada tahun ini. Tren tersebut adalah beralihnya semua bisnis ke digital, pemanfaatan IoT di berbagai bidang layanan, serta tidak adanya batas antara dunia luar jaringan (luring) dan dalam jaringan (daring). Lalu, komputisasi awan hibrida dan peningkatan keamanan siber.
”Tahun ini, hampir semua bisnis akan lari ke digital. Bisnis yang sudah ke digital kemudian akan butuh analisis data untuk tahu siapa yang melakukan pemesanan, mereka senangnya membayar pakai apa, produk apa yang terfavorit. Kalau enggak bisa analisis data, akan susah bersaing,” katanya.
Menurut Hendra, terkait pemanfaatan IoT, teknologi juga akan berkembang lebih jauh tahun ini. Contoh, kehadiran alat dengan sensor suara untuk memantau keamanan kota di Las Vegas, Amerika Serikat. Teknologi NTT itu dihadirkan untuk meningkatkan respons keadaan darurat.
Walau teknologi tersebut belum ada di Indonesia, pemanfaatan IoT dalam bentuk sensor gambar yang dipasang di pintu air untuk memantau ketinggian air dan di jalan untuk memantau ketertiban berlalu lintas telah hadir di Indonesia.
Perkembangan pemanfaatan platform digital dan IoT perlahan juga akan mengurangi batas antara dunia luar jaringan dan dalam jaringan, maka keamanan siber akan jadi tantangan.
”Serangan siber bukan lagi dilakukan oleh manusia (peretas), tetapi bot. Serangan sekarang pakai kecerdasan buatan,” kata Hendra.
Bot atau perangkat lunak yang menjalankan tugas otomatis melalui internet, menurut dia, sudah mampu memetakan serangan siber yang lebih efektif. Hal itu dimungkinkan dengan penggunaan mesin pembelajar (machine learning) dan kecerdasan buatan (artificial intelligence/AI) yang juga tengah berkembang saat ini.
Kurikulum pendidikan
Dengan cepatnya perkembangan teknologi tersebut, Hendra berharap materi terkait analisis data hingga keamanan siber bisa hadir dalam kurikulum pendidikan di Indonesia. Saat ini, kurikulum berstandar global terkait hal itu sudah ada.
”Misalnya, ada badan standardisasi keamanan informasi dan siber dunia, salah satunya Sans Institute. Mereka sudah punya silabus berstandar global, tetapi belum dibawa ke Indonesia. Sementara, kampus yang punya jurusan sekuriti siber masih sangat sedikit di sini," ujarnya.
Menurut dia, Indonesia masih ketinggalan dalam hal pendidikan teknologi informasi terbaru. Di sisi lain, pendidikan dan pelatihan lebih banyak diberikan pada kalangan profesional yang sangat dibutuhkan untuk mengisi lapangan kerja.
Manajer Teknologi Robert Walters Indonesia Antonio Mazza, dalam acara pemaparan Salary Survey 2020 di Jakarta, beberapa waktu lalu, mengatakan, peluang pekerjaan di perusahaan lokal yang fokus atau tengah bertransformasi ke digital terus meningkat.
Perusahaan kini membutuhkan lebih banyak profesional teknologi dan informasi yang ahli dalam bidang megadata, kecerdasan buatan, dan mesin pembelajar.
Menurut Antonio, sekarang setiap perusahaan besar ingin mengotomatisasi sistem mereka, caranya dengan menggunakan mesin pembelajar, yang mengembangkan sistem algoritma dan model statistik.
”Sementara baru sedikit tenaga kerja Indonesia yang ahli di bidang itu, maka perusahaan-perusahaan besar itu perlu bersaing untuk mendapatkan tenaga kerja profesional,” katanya.