Perubahaan Galeri Nasional Indonesia menjadi Badan Layanan Umum diharapkan menumbuhkan kemandirian sekaligus peningkatan pelayanan.
Oleh
Aloysius Budi Kurniawan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan sedang menyiapkan Galeri Nasional Indonesia untuk dikembangkan menjadi Badan Layanan Umum atau BLU. Dengan adanya perubahan kelembagaan, diharapkan Galeri Nasional Indonesia secara birokratis lebih luwes dan semakin berkembang.
Rencana pembentukan Galeri Nasional Indonesia (Galnas) menjadi BLU ini terus didiskusikan. Ditjen Kebudayaan Kemdikbud berkoordinasi dengan berbagai kementerian lain serta beberapa BLU yang sudah jalan. “Dirjen Kebudayaan menjanjikan bulan Maret 2020 sudah ada keputusan kapan dimulainya BLU,” kata Kepala Galnas Pustanto, Minggu (12/1/2020), di Jakarta.
Saat ini, secara keseluruhan pembiayaan Galnas masih tergantung dari APBN yang besaran anggarannya mengikuti aturan Kementerian Keuangan serta aturan pengadaan barang dan jasanya mengikuti Lembaga Kebijakan Pengadaan Barang/Jasa Pemerintah. Jika menjadi BLU, maka Galnas bisa mengelola keuangan sendiri yang diperoleh dari Pendapatan Negara Bukan Pajak serta pos-pos lain yang memungkinkan.
“Semangatnya bukan profit, tetapi lebih untuk meningkatkan kualitas pelayanan. Ke depan, konsepnya Galnas akan menjadi Koordinator BLU yang membawahi Museum Basoeki Abdullah serta mengurusi koleksi-koleksi seni di Istana-istana Kepresidenan,” ujarnya.
Ke depan, konsepnya Galnas akan menjadi Koordinator BLU yang membawahi Museum Basoeki Abdullah serta mengurusi koleksi-koleksi seni di Istana-istana Kepresidenan.
Pengelolaan koleksi-koleksi seni Istana semakin mendesak dilakukan. Mantan Kepala Biro Pengelolaan Istana Kepresidenan RI, Adek Wahyuni Saptantinah yang pernah bekerja 33 tahun di Istana, beberapa waktu lalu mengungkapkan, sejak awal tidak ada daftar koleksi seni rupa Istana. Satu-satunya yang menjadi rujukan hanyalah buku koleksi lukisan Presiden Soekarno.
Tahun 2012, setelah Biro Pengelolaan Istana Kepresidenan RI melakukan penilaian aset barulah anggaran perawatan koleksi dinaikkan. Meski demikian, pembiayaan untuk restorasi koleksi-koleksi yang rusak berat belum bisa dilakukan. Dengan hadirnya Galnas sebagai lembaga resmi pengelola koleksi-koleksi seni Istana, diharapkan pendataan sekaligus konservasi benda-benda seni rupa bersejarah di lingkungan Istana kepresidenan semakin terperhatikan.
Berdasarkan pendataan Sekretariat Negara pada 2010, ada sekitar 16.000 koleksi benda seni berharga yang tersimpan di Istana Merdeka dan Istana Negara di Jakarta, Istana Bogor dan Istana Cipanas di Jawa Barat, Istana Tampaksiring di Bali, serta Gedung Agung di Yogyakarta.
Dirjen Kebudayaan Hilmar Farid mengatakan, pasca perubahan kelembagaan Kemdikbud melalui Peraturan Mendikbud Nomor 45 Tahun 2019 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kemdikbud, perumusan program dan penyusunan struktur kelembagaan di Kemdikbud masih terus dilakukan. Rencananya, akhir bulan ini hasil susunan definitifnya akan diumumkan.
Potensi luar biasa
Dari sisi tingkat kunjungan, Galnas memiliki potensi bagus untuk berkembang menjadi BLU. Per 30 November 2019, Galnas telah menggelar 20 kegiatan yang dikunjungi sebanyak 201.587 orang. Jumlah ini belum termasuk kegiatan-kegiatan lain yang diselenggarakan Galnas di luar kota yang jumlah kunjungannya mencapai 17.678 orang.
Sepanjang 2019, Galnas telah menggelar pameran temporer yang dikemas dalam berbagai medium dan tema, baik yang diselenggarakan oleh Galnas sendiri maupun bekerja sama dengan lembaga/instansi seni budaya, pusat kebudayaan asing, komunitas, maupun studio seni rupa.
Pameran temporer di Galnas selama 2019 per 30 November 2019 berhasil menampilkan 2.171 karya dari 543 seniman, baik dari dalam maupun luar negeri. Dari total 2.171 karya tersebut, 2.126 karya disajikan 502 seniman pada pameran temporer di Galnas, sedangkan 45 karya lainnya dari 41 perupa ditampilkan pada pameran temporer di luar Galnas.
Sementara itu, pameran tetap Galnas disajikan dalam tiga pendekatan kuratorial, yaitu “Monumen Ingatan” yang menampilkan karya-karya koleksi Galnas yang dikontekstualisasikan dalam perkembangan sejarah nasional, kemudian “Paris 1959, Jakarta 1995” yang menampilkan karya-karya koleksi internasional Galnas, serta “Kode/D” yaitu pameran tematik secara berkala yang menampilkan sejumlah koleksi dari 20 tahun akuisisi karya seni rupa oleh Galnas sejak 1999 hingga 2019.
“Untuk bisa tampil di Galnas, para perupa harus melalui proses penyaringan dan kurasi yang ketat. Konsep materi yang akan disuguhkan harus jelas dan tentu saja karyanya bagus dari sisi artistik,” kata kurator Frigidanto Agung yang mengantar 19 seniman Jakarta Illustration Visual Art menggelar pameran seni rupa “Excursion” di Galnas 8-27 Januari 2020.