Inovasi Hijau Bersama Cahaya
Inovasi dalam bidang teknologi pencahayaan telah berkembang pesat dengan banyak terobosan baru. Inovasi pun merambat ke berbagai potensi lain yang dikandung cahaya. Namun, inovasi itu bukan semata untuk kepentingan kebutuhan hidup, melainkan juga lingkungan hidup.
Pemain raksasa dalam industri pencahayaan dunia, Signify (dulu Philips Lighting), menjadi salah satu lokomotif penggerak inovasi bidang itu. Beberapa tahun terakhir perusahaan multinasional asal Belanda itu mengembangkan teknologi-teknologi terbaru, baik dalam bidang pencahayaan maupun aspek-aspek lain yang melingkupinya.
Kompas bersama sejumlah media dari Indonesia dan negara lain diundang menyaksikan pembukaan tudung sejumlah inovasi baru itu dalam ”Innovation Day 2019”. Acara tersebut digelar di kantor pusat mereka di Eindhoven, Belanda, pertengahan November 2019.
”Inovasi ada dalam DNA kami,” ujar Olivia Qiu, Chief Innovation Officer Signify, saat membuka presentasi di hadapan puluhan wartawan dari berbagai penjuru dunia hari itu. Fakta bahwa perusahaan itu memiliki jabatan eksekutif tinggi yang khusus membidangi inovasi saja sudah berbicara banyak soal klaim tersebut.
Salah satu teknologi terbaru yang diungkap Signify adalah pencetakan tiga dimensi (3D) luminaires (kap/penutup lampu, fiting). Indonesia merupakan satu dari tiga negara di luar Belanda yang tahun depan menjadi pusat pencetakan 3D luminaires bagi kawasan Asia Tenggara melalui pabrik Signify di Karawang.
Teknologi revolusioner ini diadopsi Signify sedemikian rupa sehingga memungkinkan mereka memenuhi permintaan luminaires secara custom. Artinya, pelanggan dapat memesan luminaires dengan desain yang mereka buat sendiri, termasuk detail, seperti bentuk, ukuran, warna, dan tekstur.
Ramah lingkungan
Dari sisi produsen, teknologi ini memangkas proses produksi luminaires konvensional yang memakan waktu berbulan-bulan karena harus melalui tahap desain, studi pasar, dan produksi di pabrik sebelum meluncurkannya ke pasar. ”Kini, dengan 3D printing, produk dapat tiba di tangan pelanggan hanya dalam hitungan dua minggu,” kata Olivia.
Namun, salah satu keunggulan penting teknologi itu adalah dampak positifnya bagi lingkungan hidup. Apa pasalnya? Pertama, mereka menggunakan polikarbonat sebagai bahan pembuatan luminaires. Menurut Venture Manager Signify 3D Printing Coen Liedenbaum, jejak karbon luminaires yang dibuat dari bahan polikarbonat lebih rendah 47 persen ketimbang bahan logam.
Selain itu, bahan ini sepenuhnya juga dapat didaur ulang. Jika sudah bosan atau butuh penggantian, pelanggan dapat mengirimkan luminaires mereka ke Signify untuk diolah ulang menjadi produk baru. Tak ada sampah, efisiensi biaya pun diperoleh. Efisiensi semakin tinggi saat dikombinasikan dengan pemakaian lampu LED yang hemat energi.
Demi tujuan dapat didaur ulang inilah, Signify tidak menggunakan baut atau lem untuk sistem penyambungan, tetapi menggunakan mekanisme snap-fit. Luminaires itu juga tidak memakai cat yang membuat polikarbonat sulit diolah ulang.
Dari sisi produksi, teknologi ini juga meminimalisasi jejak karbon. Dengan hanya memproduksi sesuai pesanan, perusahaan tidak perlu konsumsi energi besar seperti saat membuat produk konvensional. Fasilitas pencetakan 3D yang ringkas juga membuat lokasi produksi dapat lebih didekatkan kepada konsumen, yang berarti mengurangi beban lingkungan dari aktivitas transportasi pengapalan produk konvensional.
”Dengan teknologi cetak 3D ini, mau membuat satu buah luminaires atau satu juta tidak ada masalah,” ujar Coen. Selain Indonesia, basis produksi pencetakan 3D luminaires di luar Belanda adalah India dan Amerika Serikat.
Respons positif
Teknologi ini pun direspons positif oleh pelanggan. Salah satu yang hadir memberikan pandangannya adalah perwakilan Marks and Spencer, jaringan toko mode dan makanan global. Oliver Knowles, Research and Development Manager Property Group Marks and Spencer, merencanakan pemasangan ribuan luminaires cetak 3D untuk toko-toko mereka di Inggris.
Meski tidak mau mengungkapkan biaya, Oliver mengatakan, teknologi ini selaras dengan visi keberlanjutan (sustainability) dan kebijakan netral karbon yang diusung perusahaannya. Selain kemampuan daur ulang, teknologi ini juga mendorong efisiensi lain. Misalnya, kami tidak perlu merombak langit-langit toko saat mengganti luminaires baru karena luminaires ini bisa dibuat agar cocok dengan dudukan lampu yang ada,” ujarnya.
Teknologi lain yang dipaparkan Signify adalah sistem Li-Fi (light fidelity) bernama Trulifi, perangkat yang memanfaatkan cahaya lampu sebagai gelombang komunikasi nirkabel alih-alih gelombang radio seperti pada Wi-Fi, Bluetooth, atau 4G/5G. Teknologi ini sebenarnya sudah diluncurkan sejak pertengahan 2019, yang kemudian terus dikembangkan.
Terbaru, Signify bekerja sama dengan Ellamp Spa dan Latecoere untuk memasang perangkat ini di bus dan pesawat. Ellamp Spa adalah perusahaan perancang dan pembuat interior bus dan kereta api. Sementara Latecoere adalah perusahaan penyedia aerostruktur dan sistem interkoneksi untuk pesawat komersial dunia.
Menurut Serge Berenger, Senior Vice President of Innovation and R&T Latecoere, Li-Fi menjadi terobosan untuk sarana media hiburan penumpang pesawat. Keunggulannya adalah kecepatan hingga 250 mbps sehingga stabil karena tidak terganggu pergerakan pesawat dan aman karena jaringan hanya dapat diakses sebatas yang disinari lampu. Ke depan teknologi ini juga dikembangkan untuk menghadirkan koneksi internet di pesawat.
”Namun, hal penting lain adalah perampingan bobot pesawat. Satu pesawat membutuhkan sistem perkabelan seberat total sekitar 5 ton. Teknologi ini (Li-Fi) bisa memangkas ratusan kilogram kabel,” ujar Serge.
Bobot adalah salah satu perhatian utama dalam konstruksi pesawat terbang. Semakin ringan pesawat, semakin sedikit kebutuhan bahan bakarnya. Pada muaranya ini juga menopang keberlanjutan lingkungan hidup melalui penghematan energi sekaligus mengurangi jejak karbon.
Netral karbon
Dalam bidang lain, Signify juga terus berinovasi, termasuk sistem pencahayaan untuk produksi pertanian dan budidaya perikanan. Melalui lampu LED khusus, proses fotobiologi yang diperlukan tanaman dan ikan untuk berkembang dapat dilakukan tanpa bergantung pada musim.
”Saat ini kami sedang mengembangkan penelitian tentang efek cahaya terhadap pertumbuhan tilapia (ikan nila) dan dampaknya dalam mengurangi kebutuhan pakan,” kata Michiel van der Meer, Research and Development (R&D) Manager Aquaculture Signify.
Olivia menyatakan, Signify akan terus mendorong inovasi-inovasi produk yang ramah lingkungan dan berkelanjutan. Signify pun memasang target menjadi perusahaan yang 100 persen netral karbon pada 2020. Berdasarkan data dari laman Signify, saat ini angkanya mencapai 64 persen.
Netral karbon berarti menekan semaksimal mungkin emisi karbon dioksida (CO2) yang dihasilkan dari aktivitas usaha. Jika tidak memungkinkan lagi dikurangi, itu harus dikompensasi dengan upaya pengurangan karbon dalam hal-hal lain.
Selain itu, masih dari data laman Signify, sebesar 79 persen pendapatan mereka diperoleh dari produk, sistem, dan layanan yang berkelanjutan secara lingkungan hidup. Pada 2018 Signify mencatatkan nilai penjualan sebesar 6,4 miliar euro (sekitar Rp 100 triliun).
Peluang-peluang untuk berinovasi secara hijau pun masih terbuka lebar dalam industri pencahayaan. Seperti halnya cahaya, inovasi dapat menuntun kita keluar dari kegelapan.