Lifter pelatnas langsung menjalani latihan berat usai libur dua pekan. Mereka akan mengikuti lima turnamen kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020, dimulai di Iran, 1-5 Februari.
Oleh
Denty Piawai Nastitie
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Setelah libur Tahun Baru, pelatnas angkat besi Indonesia langsung memprogramkan latihan berat menuju kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 yang mulai bergulir pada Februari ini. Tim ”Merah Putih” memasang target meloloskan empat lifter ke pesta olahraga dunia. Namun, baru dua atlet yang posisinya relatif aman.
Lifter kelas 67 kilogram, Deni, mengatakan, latihan setelah liburan membuat badannya terasa pegal-pegal. ”Saya merasa tertatih-tatih berlatih. Badan terasa sakit semua. Tubuh merespons latihan berat dengan terasa pegal-pegal,” katanya di Jakarta, Minggu (12/1/2020).
Selama libur Tahun Baru, Deni memang menjalani latihan dengan intensitas yang tidak terlalu tinggi. Latihan selama liburan difokuskan untuk menjaga fisik, teknik, dan berat badan agar sesuai kategori lomba. Saat ini Deni berlatih dengan fokus memperkuat kaki sebagai fondasi angkatan.
Deni optimistis bisa lolos ke Olimpiade Tokyo 2020. Berdasarkan peringkat dunia yang dikeluarkan Federasi Angkat Besi Internasional (IWF), Deni masih menempati peringkat ke-12. Namun, di atasnya ada beberapa atlet dari negara sama. China, misalnya, menempatkan empat lifter pada jajaran delapan besar dunia. Padahal, di Olimpiade, setiap negara hanya berhak mengirimkan satu lifter pada satu kelas lomba. ”Jadi, kalau lifter-lifter itu dicoret, peringkat saya bisa lebih baik,” kata Deni.
Memasuki periode terakhir kualifikasi Olimpiade, Deni merasakan persaingan angkat besi dunia semakin ketat karena lifter negara lain juga berjuang lolos kualifikasi. Demi lolos Olimpiade, selain fisik dan teknik, Deni mempersiapkan mental agar bisa merebut tiket ke Tokyo 2020. ”Saya menguatkan mental dengan berusaha tidak merasakan sakit saat latihan,” katanya.
Deni, bersama Eko Yuli Irawan dan Triyatno, akan diuji pada penampilan perdana mereka tahun ini dengan tampil di Kejuaraan International Fajr Cup di Rasht, Iran, pada 1-5 Februari 2020. Pada ajang ini, Deni memasang target bisa melakukan angkatan total 320 kg atau lebih baik hasilnya pada SEA Games 2019.
Tampil di Manila, Filipina, Deni sukses meraih medali emas setelah membukukan angkatan total 315 kg, terdiri dari snatch 143 kg serta clean and jerk 172 kg. Ini sekaligus rekor terbaik Deni di kelas 67 kg.
Pelatih angkat besi Indonesia Muhammad Rusli mengatakan, biasanya tim ”Merah Putih” menjalani latihan ringan setelah libur Tahun Baru. ”Namun, karena kualifikasi Olimpiade tinggal sebentar lagi, kami langsung masuk persiapan khusus menjelang kejuaraan. Intensitas latihan langsung sedang menuju berat,” katanya, kemarin.
Rusli menjelaskan, setelah tampil di SEA Games 2019, lifter kelas 61 kg Eko Yuli dan kawan-kawan menikmati libur Tahun Baru sekitar dua pekan. Meski libur, program latihan atlet tidak dilepas begitu saja. Di daerah masing-masing mereka berlatih dengan beban 60-70 persen lebih ringan dari latihan di pelatnas.
Hal ini dilakukan agar atlet-atlet bisa menjaga kondisi tubuh, mempertahankan berat badan sesuai kategori lomba dan tetap melatih teknik angkatan. Begitu kembali ke pelatnas, mereka langsung menjalani latihan berat. Bahkan, beberapa atlet seperti lifter Triyatno (73 kg), menerima menu latihan tambahan berupa penguatan otot kaki dan pinggang.
Latihan keras ini dilakukan karena tim ”Merah Putih” mengejar target meloloskan empat atlet ke Olimpiade. Berdasarkan peringkat dunia yang keluarkan Federasi Angkat Besi Internasional (IWF) baru Eko Yuli dan Windy Cantika Aisah (kelas 49 kg) yang peringkatnya relatif aman karena menjadi lifter delapan besar dunia. Lifter yang masih berjuang lolos selain Deni adalah Triyatno dan Rahmat Erwin Abdullah di kelas 73 kg, serta Nurul Akmal (+87 kg).