Pada 1970, Sultan Qaboos bin Said mengudeta ayahnya, Said bin Taimur. Dia berhasil memenuhi janjinya dengan menjadikan Oman sebagai negara modern.
Oleh
·2 menit baca
Pada 1970, Sultan Qaboos bin Said mengudeta ayahnya, Said bin Taimur. Dia berhasil memenuhi janjinya dengan menjadikan Oman sebagai negara modern.
Selama kepemimpinan Sultan Qaboos dan hingga saat ini, Oman mempunyai peran yang signifikan di Timur Tengah. Pada Jumat (10/1/2020) malam yang lalu, Sultan Qaboos meninggal pada usia 79 tahun. Dialah pemimpin terlama di kawasan itu, hampir 50 tahun. Pada masa kepemimpinannya, Oman menjadi salah satu negara yang terpandang, tak hanya di Kawasan, tetapi juga di dunia.
Padahal, pada saat dia mengambil alih kekuasaan, di Oman hanya terdapat 10 kilometer jalan beraspal dan tiga sekolah. Menikah dengan sepupunya dan bercerai tahun 1979, Sultan Qaboos yang tidak mempunyai saudara ini juga tidak dikaruniai putra. Meskipun sebagai raja, sejak itu Sultan tidak pernah menikah lagi. Melalui sebuah surat, ia menunjuk sepupunya, Haitham bin Tariq, untuk menggantikannya memimpin Oman.
Sultan Haitham, yang pernah menjadi Menteri Kebudayaan Oman, Sabtu (11/1/2020), dilantik di hadapan dewan keluarga yang berkuasa, hanya beberapa jam setelah pengumuman berpulangnya Sultan Qaboos. Sultan Haitham ikut memanggul peti pendahulunya itu saat pemakaman.
Di dunia internasional, Sultan Qaboos juga dikenal sebagai mediator ulung dan cinta damai. Berkali-kali Oman menyediakan diri menjembatani perselisihan di antara negara-negara di Kawasan, bahkan mempertemukan secara rahasia Amerika Serikat (AS) dan Iran tahun 2012-2013.
Tahun lalu, Sultan Qaboos mempertemukan Arab Saudi dan kelompok pemberontak Houti Yaman. Ia juga menjadi salah satu pemimpin Arab yang menginginkan hidup berdampingan secara damai dengan Israel, dengan mengakui keberadaan negara Yahudi tersebut.
Pemerintah Kesultanan Oman mengumumkan hari berkabung nasional selama tiga hari. Sultan Haitham memimpin langsung pemakaman Sultan Qaboos di pemakaman keluarga, Sabtu. Dalam pidato perdananya, Sultan Oman yang baru itu, yang berusia 65 tahun, berjanji akan melanjutkan kebijakan pendahulunya, termasuk dalam bidang politik luar negeri.
Sultan Qaboos telah meninggalkan warisan berharga, tak hanya bagi Oman dan dunia Arab, tetapi juga bagi dunia. Gairah Musim Semi Arab 2011 juga berhasil dilewati Sultan Qaboos dengan baik. Oman menggelar pemilu pertama tahun 2012. Dengan politik luar negeri yang netral, selama hampir 50 tahun, Oman tidak pernah terlibat ketegangan dengan negara tetangganya.
Wajar jika kepergiannya mengundang duka mendalam tak hanya dari rakyatnya, tetapi juga bagi warga asing. Hampir separuh dari 4,6 juta warga Oman adalah ekspatriat. Warga asing (ekspatriat) di Oman mencapai sekitar 43 persen dari total penduduknya.