Sebagian Korban Longsor Bogor Tinggalkan Pengungsian
Sebagian korban bencana longsor di Desa Harkatjaya, Kecamatan Sukajaya, Bogor, Jawa Barat, mulai meninggalkan tempat pengungsian. Saat terjadi bencana ada 1.245 warga yang mengungsi di balai desa dan sekolah.
Oleh
STEFANUS ATO/AGUIDO ADRI
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Sebagian korban bencana longsor di Desa Harkatjaya, Kecamatan Sukajaya, Bogor, Jawa Barat, mulai meninggalkan tempat pengungsian. Mereka pindah ke rumah keluarga atau kerabat yang lebih aman dan layak sembari menanti pembangunan kembali permukiman pascabencana.
Ketua Karang Taruna Desa Harkatjaya, Nurdin, mengatakan, saat ini warga yang masih bertahan di lokasi pengungsian di Sekolah Dasar 03 Sukajaya sekitar 400 jiwa. Sebelumnya, saat terjadi bencana, ada 1.245 warga terdampak yang mengungsi di balai desa dan salah satu bangunan sekolah dasar di desa itu.
”Suasana di desa kami sudah lebih baik, beberapa pengungsi juga sudah meninggalkan lokasi pengungsian. Namun, pelayanan di posko bencana masih terus kami lakukan,” kata Nurdin saat dihubungi melalui telepon seluler dari Jakarta, Senin (13/1/2020).
Nurdin menjelaskan, meski suasana di desanya kini lebih baik, warga yang rumahnya tidak rusak saat bencana longsor belum dibolehkan pulang ke rumah. Keputusan untuk tetap bertahan di pengungsian atau kembali ke rumah sepenuhmya menjadi tanggung jawab Pemerintah Kabupaten Bogor.
”Banyak rumah warga yang berada di lereng mudah longsor. Jadi, warga sama sekali tidak diizinkan pulang ke rumah karena dikhawatirkan terjadi longsor susulan,” ujarnya.
Desa Harkatjaya merupakan salah satu desa yang paling terdampak saat terjadi bencana longsor di hari pertama tahun 2020. Sebanyak 7 orang meninggal dan 11 rumah warga tertimbun tanah.
Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor, dari total 40 kecamatan di kabupaten itu, 28 kecamatan terdampak bencana longsor dan banjir. Kecamatan yang paling parah terdampak, terutama longsor, ada di Kecamatan Sukajaya, Cigudeg, Nanggung, dan Jasinga.
Sebelumnya, Kepala Bidang Pencegahan dan Mitigasi Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Bogor Dede Armansyah mengatakan, dari empat kecamatan yang terkena bencana longsor, titik longsor diidentifikasi mencapai lebih dari ratusan titik. Hampir sebagian besar tebing di empat kecamatan yang berpenghuni dan tak berpenghuni terjadi longsor.
Bencana longsor ini merupakan yang terparah di Kabupaten Bogor. Saat ini Pemerintah Kabupaten Bogor, Pemerintah Provinsi Jawa Barat, dan Pemerintah pusat tengah mengidentifikasi untuk mencari tahu penyebab longsor dan melakukan langkah antisipasi.
”Upaya mitigasi sudah kami mulai. Kami sudah turun untuk identifikasi dan akan dilaporkan untuk mencari solusinya seperti apa,” katanya.
Akses terbuka
Sementara itu, enam desa yang terisolasi akibat longsor sudah mulai terbuka. Enam desa itu adalah Desa Curug, Kiarapandak, Cileuksa, Pasir Madang, Kiarasari, dan Desa Cisarua.
Sukarelawan dari Kepolisian Masyarakat Bogor Raya, Abimanyu (50), menambahkan, salah satu desa yang sudah bisa dilalui sepeda motor adalah Cisarua. ”Sekarang distribusi logistik ke desa yang sebelumnya terisolasi tersebut semakin mengalir melalui jalur Kiara Pandak-Cipatat Kolot,” katanya.
Di Desa Cileuksa, petugas Dinas PUPR Kabupaten Bogor masih berusaha membuka jalur dari material longsor. Sampai saat ini, alat berat masih mengeruk tanah untuk membuka jalur baru dari Pasir Madang Menuju Cileuksa. Pembukaan jalur baru ini dilakukan lantaran jalur lama terputus dan ambles terbawa longsor sehingga tidak mungkin diperbaiki.
”Logistik sebelumnya mengandalkan helikopter karena jalur terputus. Kami juga berusaha untuk menembus Desa Cileuksa menggunakan sepeda motor trail dengan membuat jalur baru (hutan). Namun, medannya berat dan perlu hati-hati,” kata Abimanyu.