Dua Kelompok Massa Sampaikan Aspirasi Berbeda Soal Banjir Jakarta
Di hari yang sama dalam waktu yang hampir bersamaan, dua kelompok massa menggelar demonstrasi. Mereka menyuarakan aspirasinya soal penanganan banjir di Jakarta dengan mengusung pandangan yang berbeda.
Oleh
NIKOLAUS HARBOWO
·2 menit baca
JAKARTA, KOMPAS - Peristiwa banjir yang melanda Jakarta awal tahun 2020, menuai beragam respon dari sebagian warga Ibu Kota. Sekelompok massa pendukung kebijakan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan berdemo di depan Balai Kota Jakarta. Sedangkan massa pengkritik kebijakan Anies berdemo di Patung Kuda Arjuna Wiwaha di hari yang sama, Selasa (14/1/2020).
Dua kelompok itu sengaja ditempatkan di dua lokasi berbeda agar tak saling bentrok. Sebab, aksi kedua kelompok massa berlangsung di waktu yang hampir bersamaan. Massa pendukung kebijakan Anies sekitar 200 orang, yang tergabung dalam Kebangkitan Jawara dan Pengacara (Bang Japar), berkumpul di Balai Kota pukul 13.00.
Sedangkan, massa pengkritik kebijakan Anies, yang mengatasnamakan sebagai Aliansi Suara Rakyat Bersatu Jakarta Begerak, berkumpul di Patung Kuda Arjuna Wiwaha pukul 13.30 WIB. Jumlah massa tersebut sekitar 100 orang "Secara umum, tak ada benturan, tak ada korban, tak ada pertikaiaan. Semua berjalan aman," ujar Kepala Polres Metro Jakarta Pusat Komisaris Besar (Pol) Heru Novianto.
Secara umum, aksi demo berjalan kondusif. Namun, kepolisian sempat menutup sejenak arus jalan menuju Balai Kota, Jalan Merdeka Selatan, karena massa Bang Japar memenuhi dua ruas jalan tersebut. Pada pukul 16.30, kedua massa aksi sudah mulai membubarkan diri dengan tertib.
Suara korban
Sri Ratmawati (54), korban banjir dari Kelurahan Cipinang Melayu, Kecamatan Makassar, Jakarta Timur, yang ikut berdemo dengan Aliansi Suara Rakyat Bersatu Jakarta Begerak, menyampaikan keluhannya karena Pemerintah DKI tidak memberikan peringatan dini kepada warga sebelum banjir melanda kawasan Cipinang Melayu.
Akibatnya, Sri bersama warga sekitar rumahnya tak sempat menyelamatkan barang-barang berharga, seperti motor dan berbagai perangkat elektronik. "Semua terendam banjir karena air juga bergerak naik begitu cepat. Rumah saya terendam. Kami sekarang tak tahu mengadu kepada siapa, hanya menerima nasib dan memulai modal lagi dari nol," tutur Sri, yang mengaku banjir di kawasan rumahnya mencapai 3 meter.
Politisi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Dewi Tanjung, yang menjadi salah satu orator di Aliansi Suara Rakyat Bersatu Jakarta Begerak, mengatakan, aksi kali ini menjadi wadah bagi para korban banjir di DKI Jakarta untuk menyampaikan kritik terhadap kebijakan Anies dalam mengatasi banjir. "Kami minta pertanggungjawaban kinerja Bapak Gubernur Anies Baswedan agar permasalahan ini tak terulang kembali," ucap Dewi Tanjung.
Sementara itu, Sekretaris Jenderal Bang Japar, Bintang Mangkauk, menuturkan, aksi demonstrasi yang meminta Anies bertanggung jawab atas banjir yang melanda sebagian wilayah Ibu Kota beberapa hari lalu seharusnya tidak dilakukan.
Menurut Bintang, seharusnya warga Jakarta saling menjaga Gubernur DKI agar diberi kesempatan untuk menjalankan program mengatasi banjir dan persoalan lain di Jakarta.