Mossad tidak hanya memasok informasi intelijen pada CIA tentang posisi Qassem Soleimani. Mereka pula yang menentukan lokasi eksekusi operasi pembunuhan itu.
Oleh
Musthafa Abd Rahman dari Kairo, Mesir
·3 menit baca
Stasiun televisi Al Arabiya milik Arab Saudi yang berbasis di Dubai merupakan media pertama yang melansir isi ini. Tewasnya Komandan Brigade Al-Quds— unit elite Garda Revolusi Iran—Mayor Jenderal Qassem Soleimani adalah akibat tembakan serangkaian rudal dari pesawat tanpa awak AS. Ini adalah hasil kerja sama intelijen Israel, Mossad, dan Badan Pusat Intelijen AS (CIA).
Televisi Al Arabiya mengungkap tentang kerja sama Mossad dan CIA itu pada berita mendadak (breaking news), hanya beberapa menit setelah Soleimani tewas di dekat Bandar Udara Internasional Baghdad, Irak, Jumat (3/1/2020) dini hari. Beberapa hari terakhir ini, baik media Israel maupun AS, memperkuat berita televisi Al Arabiya itu dengan mengakui dan mengungkap keterlibatan Mossad dalam pembunuhan Soleimani.
Stasiun televisi AS, NBC, dalam siarannya pada Minggu (12/1/2020) mengungkapkan, Mossad adalah pihak yang memasok informasi intelijen kepada CIA tentang keberadaan Soleimani di Bandar Udara Internasional Damaskus, Suriah, Kamis (2/1/2020) malam. Informasi intelijen Mossad menyebutkan, malam itu Soleimani bersiap terbang menuju Baghdad.
AS secara resmi menuduh Iran dan loyalisnya terlibat serangan atas kilang minyak Aramco.
Harian terkemuka Israel, Yedioth Ahronoth, edisi hari Minggu (12/1/2020) mengungkapkan, AS sebenarnya telah merancang untuk membunuh Soleimani sejak 18 bulan lalu. AS kemudian mengambil keputusan harus membunuh Soleimani, cepat atau lambat, setelah diduga kuat Brigade Al-Quds, pimpinan Soleimani, dan loyalis Iran terlibat dalam serangan atas kilang minyak Aramco di Abqaiq dan Khurais, Arab Saudi, pada 14 September 2019.
AS secara resmi menuduh Iran dan loyalisnya terlibat serangan atas kilang minyak Aramco itu. Ditambah lagi, loyalis Iran semakin sering menyerang sasaran AS di Irak, termasuk dugaan serangan milisi pro-Iran, Kataib Hezbollah, terhadap pangkalan militer Irak di Kirkuk, yang menewaskan seorang kontraktor AS, 27 Desember 2019.
Menurut Yedioth Ahronoth, CIA mulai intensif berkoordinasi dengan Mossad dalam pemantauan gerakan Soleimani setelah AS memutuskan akan membunuh komandan Brigade Al-Quds itu. Televisi Israel, Saluran 12, mengungkapkan, beberapa pekan terakhir ini, Mossad memberi laporan intelijen kepada CIA secara rutin tentang gerakan Soleimani yang sering bolak-balik antara Teheran, Baghdad, Damaskus, dan Beirut.
Damaskus atau Baghdad?
PM Israel Benjamin Netanyahu disinyalir telah mengetahui koordinasi Mossad-CIA tersebut. Televisi Saluran 12 itu menyebutkan, PM Netanyahu dan Menlu AS Mike Pompeo sangat intensif berkomunikasi beberapa hari sebelum operasi pembunuhan Soleimani.
Ketika Mossad menyampaikan laporan intelijen sangat penting dan rahasia kepada CIA tentang keberadaan Soleimani di Bandara Internasional Damaskus untuk berangkat menuju Baghdad, terjadi diskusi antara Mossad dan CIA tentang apakah Soleimani akan dibunuh di Bandara Damaskus atau Bandara Baghdad.
Mossad saat itu meminta CIA agar Soleimani dibunuh di Bandara Baghdad. Pertimbangannya, seandainya dia dibunuh di Bandara Damaskus, Iran dan Hezbollah akan menuduh Israel terlibat langsung dalam pembunuhan Soleimani. Hal itu akan membuka peluang Hezbollah dan Iran melancarkan serangan balasan terhadap Israel dan bisa memantik perang terbuka Israel-Hezbollah seperti yang terjadi pada 2006.
Mossad menginginkan operasi pembunuhan Soleimani murni urusan AS dan tidak ada urusan dengan Israel.
CIA menerima saran Mossad tersebut dan memutuskan membunuh Soleimani di dekat Bandara Baghdad. Saran Mossad itu pun langsung disampaikan ke Gedung Putih, Pentagon, dan Departemen Luar Negeri AS agar Soleimani segera dibunuh. Begitulah, hingga terjadi peristiwa yang sudah diketahui umum: pesawat nirawak AS memberondong Soleimani dan rombongannya dengan rudal begitu mereka keluar dari Bandara Baghdad, Jumat dini hari.