Pemerintah RI ikut mendorong deeskalasi ketegangan konflik di Timur Tengah. Semua pihak tidak ingin situasi memburuk dan berdampak negatif secara global.
Oleh
Anita Yossihara dari Abu Dhabi, UEA
·3 menit baca
ABU DHABI, KOMPAS — Ketegangan di kawasan Timur Tengah tidak lepas dari pembahasan dalam pertemuan bilateral antara Pemerintah RI dan Uni Emirat Arab. Kedua negara sama-sama mendorong deeskalasi ketegangan konflik karena tidak ingin situasi memburuk dan berdampak negatif bagi politik serta perekonomian dunia.
Kondisi terkini di Timur Tengah disinggung dalam pertemuan bilateral Presiden Joko Widodo dengan Putra Mahkota Abu Dhabi Sheikh Mohamed bin Zayed al-Nahyan di Abu Dhabi, UEA, Minggu (12/1/2020) waktu setempat. Hal itu dikatakan Menteri Luar Negeri Retno LP Marsudi.
Ketegangan akibat perseteruan Amerika Serikat (AS) dengan Iran itu juga dibahas dalam pertemuan antara Menlu Retno dan Menlu UAE Abdullah bin Zayyed al-Nahyan. Indonesia-UEA tidak ingin situasi di kawasan Timur Tengah terus memburuk. ”Prinsipnya sama, kita tidak ingin situasi menjadi lebih memburuk,” kata Retno.
Kita tidak ingin situasi menjadi lebih memburuk.
Ketegangan di Timur Tengah dikhawatirkan semua pihak. Tidak hanya UEA yang wilayahnya tergolong dekat dengan area konflik, kecemasan juga melanda negara-negara yang jauh dari Timur Tengah. ”Ini karena selain hitung-hitungan bahwa perang itu tidak akan menguntungkan siapa pun, perang itu akan berpengaruh pasti terhadap ekonomi dunia yang sudah tanpa perang pun sudah tertekan terus ke bawah,” ujar Retno.
Dalam pertemuan dengan Presiden Jokowi, seperti dirilis laman Kemenlu RI, Sheikh Mohamed menyampaikan, UEA siap menginvestasikan 22,8 miliar dollar AS untuk Indonesia melalui sovereign wealth fund bersama-sama dengan Softbank (Jepang) dan International Development Finance Corporation (AS).
UEA akan menginvestasikan dana itu untuk pembangunan ibu kota baru di Kutai Kartanegara, Kalimantan Timur. Jokowi juga meminta Sheikh Mohamed agar turut menjadi dewan pengarah pembangunan ibu kota baru itu.
Posisi Iran
Terkait konflik di Timur Tengah, Iran memberi sinyal akan mendukung deeskalasi ketegangan. Namun, kesediaan AS untuk bernegosiasi belum terlalu jelas. Pernyataan dukungan menuju deeskalasi itu terungkap dalam pertemuan Presiden Iran Hassan Rouhani dan Emir Qatar Sheikh Tamim bin Hamad al-Thani di Teheran, Iran, Minggu. Keduanya setuju deeskalasi merupakan satu-satunya solusi atas krisis regional.
”Kami sepakat, satu-satunya solusi untuk krisis ini adalah deeskalasi dari semua pihak dan berdialog,” ujar Sheikh Tamim. Qatar merupakan tuan rumah pangkalan militer AS terbesar di kawasan itu. Namun, Qatar juga menjalin hubungan dekat dengan Iran. Iran mendukung Qatar dengan menyediakan jalur udara dan darat setelah Arab Saudi dan sekutunya memblokade Doha secara total sejak 2017.
”Kami telah memutuskan untuk memiliki lebih banyak konsultasi dan kerja sama untuk keamanan seluruh wilayah,” kata Rouhani. Dalam wawancara bersama CBS, Menteri Pertahanan AS Mark Esper mengatakan, Trump masih bersedia berbicara dengan pemimpin Iran.
Namun, situasi di Timur Tengah masih sangat dinamis. Juru bicara Pemerintah Iran Ali Rabiei mengecam Trump yang menyuarakan dukungan bagi warga Iran yang menggelar protes terhadap Teheran. Ali mengatakan, orang-orang Iran akan selalu ingat Trump sebagai pembunuh seorang jenderal besar Iran. Selain itu, warga Iran juga tahu Trump ikut membuat sulit ekonomi Iran. (AFP/REUTERS/LSA/INA/BEN)