Tekanan Menguat, Iran Tahan Pelaku Penembak Pesawat Ukraina
Pemerintah Iran, Selasa (14/1/2020), menyatakan telah menangkap pihak-pihak yang diduga bertanggung jawab atas kesalahan penembakan rudal yang menjatuhkan sebuah pesawat komersial Ukraina.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
TEHERAN, SELASA — Pemerintah Iran, Selasa (14/1/2020), menyatakan telah menangkap pihak-pihak yang diduga bertanggung jawab atas kesalahan penembakan rudal yang menjatuhkan sebuah pesawat komersial Ukraina. Di tengah penyelidikan insiden salah tembak tersebut, tekanan rakyat melalui unjuk rasa terkait insiden itu terus menguat. Sejumlah warga akhirnya ditangkap.
Pesawat Boeing 737-800 milik Ukraine International Airlines (UIA) jatuh tak lama setelah lepas landas dari Bandara Internasional Imam Khomeini, Rabu, 8 Januari. Pesawat dihantam rudal misil yang seharusnya ditujukan ke pangkalan militer koalisi Amerika Serikat di Irak. Sebanyak 176 orang tewas.
”Beberapa dari mereka yang dituduh memiliki peran dalam insiden pesawat telah ditangkap,” kata juru bicara Pengadilan Iran, Gholamhossein Esmaili, melalui situs resmi, tanpa merinci jumlah atau identitas para tersangka.
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan, pihaknya akan membentuk pengadilan khusus dengan hakim tinggi dan puluhan ahli. Kasus yang kompleks ini akan diawasi oleh dunia internasional.
”Insiden ini merupakan kesalahan yang menyakitkan dan tidak termaafkan. Pemerintah akan menyelesaikan kasus ini dengan segala cara. Tanggung jawab ini jatuh kepada lebih dari satu orang, mereka yang bersalah harus dihukum. Saya ingin masalah ini diungkapkan dengan jujur,” tutur Rouhani melalui siaran televisi pemerintah pada Selasa.
Situasi di Iran semakin kalut setelah warga, kebanyakan pelajar, selama beberapa hari terakhir menggelar demonstrasi di Teheran dan kota-kota lain. Mereka mengecam insiden tersebut dan upaya petinggi Iran untuk menutupi penyebab jatuhnya pesawat selama tiga hari.
Pengunjuk rasa juga berteriak ”Imam, enyahlah!” untuk meminta Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei turun setelah berkuasa lebih dari 30 tahun.
Kepolisian Iran merespons demonstrasi dengan tindakan keras, seperti yang terlihat dari video yang beredar di media sosial. Polisi terlihat memukuli pengunjuk rasa dengan pentungan. Suara tembakan juga terdengar meskipun kemudian dibantah polisi. Namun, tingkat kerusuhan sulit untuk dinilai karena adanya pembatasan laporan secara independen.
Pengadilan menyatakan, sebanyak 30 orang telah ditahan dalam kerusuhan. Namun, pihak otoritas menyebutkan akan menunjukan sikap toleransi terhadap aksi protes legal.
Insiden penembakan pesawat Boeing 737-800 terjadi akibat Iran tengah melancarkan serangan rudal menuju pangkalan militer koalisi AS di Irak pada Rabu, 8 Januari. Serangan itu merupakan aksi balas dendam karena AS membunuh pemimpin Pasukan Quds Iran, Mayor Jenderal Qassem Soleimani, pada awal Januari.
Serangan yang ditujukan pada militer tersebut, ironisnya, membunuh warga sipil. Tidak ada korban jatuh dari pihak AS atau koalisinya dalam serangan tersebut.
Tekanan
Rouhani kembali menyampaikan permintaan maaf dan sikap menyesal atas insiden pesawat jatuh tersebut. Rouhani, yang jarang mengakui kesalahannya, kini menghadapi tekanan dari dalam dan luar negeri.
”Pengakuan militer atas kesalahannya merupakan langkah awal yang baik. Para ahli Iran yang mengambil rekaman kotak hitam (pesawat) telah mengirimnya ke Perancis untuk dianalisis,” ucapnya.
Selain unjuk rasa akibat insiden pesawat jatuh, beberapa bulan lalu Iran juga terguncang akibat unjuk rasa menolak kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM). Aksi-aksi unjuk rasa tersebut juga berakhir dengan kekerasan sehingga membunuh ratusan orang sehingga menjadi krisis politik terparah sejak revolusi 1979.
Iran juga tengah berseteru dengan AS, ketika perseteruan semakin memanas sejak AS kembali memberlakukan sanksi internasional sejak 2018 guna menekan program nuklir Teheran. Iran pun mulai mengurangi komitmen dalam JCPOA, sebuah kesepakatan nuklir dengan sejumlah negara-negara adidaya.
Kini, sebagian negara-negara yang warganya menjadi korban rudal Iran tengah mempertimbangkan tindakan hukum terhadap Iran. Sebagian besar penumpang pesawat Boeing 737-800 adalah warga Iran atau warga dwi-kewarganegaraan. Penumpang lainnya dan kru pesawat antara lain berasal dari Ukraina, Kanada, dan Inggris.
Menteri Luar Negeri Ukraina Vadym Prystaiko mengatakan, lima negara yang warganya terbunuh dalam insiden pesawat jatuh itu akan bertemu di London, Inggris, pada Kamis (16/1/2020). ”Kami akan membahas cara-cara, termasuk hukum, untuk bagaimana kami menindaklanjuti hal ini,” ujarnya.
Televisi Pemerintah Iran melaporkan, para pejabat penerbangan dari Kanada, Iran, dan Ukraina akan bertemu di Teheran pada Selasa, 14 Januari, untuk membahas penyelidikan. Sebanyak 57 warga Kanada meninggal dalam insiden itu.
Jenderal Amir Ali Hajizadeh, Kepala Divisi Kedirgantaraan Garda Revolusi Iran (IRGC), mengatakan, unitnya menerima tanggung jawab penuh atas penembakan itu. ”Saya berharap saya mati,” ucapnya.
IRGC sebelumnya menyatakan berada dalam kondisi siaga penuh sehingga menembak pesawat komersial Ukraina. Namun, insiden itu menimbulkan pertanyaan, mengapa Iran tidak menutup bandara internasional atau wilayah udara ketika berada dalam status siaga untuk menghadapi pembalasan AS. (REUTERS/AP)