Inggris mendekati ASEAN menyusul rencana negara itu keluar dari Uni Eropa (Brexit). London berusaha meningkatkan hubungan ekonomi dengan banyak negara setelah menyatakan keluar dari aliansi negara-negara Eropa tersebut.
Oleh
kris mada
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Inggris ingin bekerja sama lebih erat dengan Perhimpunan Bangsa-bangsa Asia Tenggara (ASEAN) dalam berbagai sektor. Selain menjalin kerja sama ekonomi, Inggris juga ingin bekerja sama dalam penanganan dampak perubahan iklim.
Menteri Inggris untuk Asia Pasifik Heather Wheeler mengatakan, perubahan iklim adalah masalah bersama. Dampaknya sudah terlihat di mana-mana. "Banjir Jakarta adalah bukti perubahan iklim,” ujarnya di sela peresmian Perwakilan Inggris Raya untuk ASEAN, Rabu (15/1/2020), di Jakarta.
Bukan hanya pada banjir Jakarta, menurut Wheeler, contoh dampak perubahan iklim juga bisa dilihat pada kebakaran hutan di Australia. Karena itu, Inggris mengajak berbagai negara bekerja sama menangani dampak perubahan iklim. Ajakan itu juga ditawarkan kepada ASEAN.
Selain itu, London juga ingin meningkatkan kerja sama keamanan, politik, ekonomi, dan sosial budaya dengan ASEAN. “Komitmen kami semakin diperkuat dengan membuka Misi Inggris untuk ASEAN di Jakarta. Kami berharap dapat memainkan peran dalam memperkuat kolaborasi multilateral di kawasan ini,” tutur Wheeler.
Perdagangan Inggris-ASEAN terus meningkat dengan pertumbuhan rata-rata di atas 5 persen per tahun. Nilainya melebihi 40 miliar dollar AS per tahun, dengan surplus pada ASEAN. Inggris menjadi salah satu mitra dagang utama ASEAN di antara negara-negara Uni Eropa (EU). Negara itu tengah menyelesaikan proses keluar dari blok negara-negara Eropa tersebut.
Struktur perdagangan Inggris-ASEAN memang masih relatif kecil. Sebab, mayoritas ekspor Inggris ke ASEAN ditujukan ke Singapura. Selain menjalin kerja sama ekonomi, Inggris memang berhubungan erat secara politik dan keamanan dengan Singapura. Sebelum disatukan dalam federasi Malaysia, Singapura dijajah Inggris. Inggris mempunyai pangkalan logistik militer di Singapura. Bersama Malaysia, Singapura dan Inggris juga mempunyai kerja sama pertahanan.
Wheeler mengatakan, memang Perdana Menteri Inggris Boris Johnson tidak hadir di Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN di Bangkok pada 2019. Sebab, waktu itu Johnson sedang disibukkan oleh pemilu. "Kami berharap bisa hadir di KTT mendatang,” ujarnya.
Wheeler tidak menampik, upaya pendekatan pada Asia Tenggara tidak terlepas dari rencana Inggris keluar dari UE atau Brexit. London berusaha meningkatkan hubungan ekonomi dengan banyak negara setelah keluar dari aliansi negara-negara Eropa barat itu.
Johnson telah mengumumkan Inggris akan keluar dari EU pada 31 Januari 2020. Keputusan itu akan membuat Inggris kehilangan kemudahan akses ke mitra dagang terbesarnya. Sebab, selama ini mayoritas ekspor Inggris ditujukan ke EU. Karena itu, Inggris membutuhkan alternatif pasar, antara lain, termasuk di Asia Tenggara.
Alasan Brexit juga mendorong Wheeler membahas perjanjian dagang Indonesia-Inggris Raya. Selain ke Kementerian Luar Negeri, Wheeler juga ke sejumlah kementerian lain di Jakarta.
Selama ini, perjanjian dagang Indonesia-Inggris dijalin dalam payung kerja sama Indonesia-UE atau ASEAN-UE. Inggris akan kehilangan akses pada perjanjian-perjanjian itu selepas Brexit.