Neraca Perdagangan Indonesia pada 2019 Defisit Rp 43,89 Triliun
Neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2019 defisit sebesar 3,19 miliar dollar Amerika Serikat atau Rp 43,98 triliun. Hal itu terjadi karena kinerja ekspor dan impor turun akibat perlambatan ekonomi global.
Oleh
M paschalia judith j
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Neraca perdagangan Indonesia sepanjang 2019 defisit sebesar 3,19 miliar dollar Amerika Serikat atau Rp 43,89 triliun. Hal itu terjadi karena kinerja ekspor dan impor turun akibat perlambatan ekonomi global.
Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, nilai ekspor Indonesia pada Januari-Desember 2019 turun 6,94 persen dari periode sama 2018 menjadi 167,53 miliar dollar AS. Adapun nilai impor pada 2019 juga turun 9,53 persen menjadi 170,72 miliar dollar AS.
Kepala BPS Suhariyanto, Rabu (15/1/2020), mengatakan, penurunan ekspor dan impor ini disebabkan perlambatan perekonomian global. Salah satunya disebabkan perang dagang AS-China.
”Adanya rencana kesepakatan dagang antara AS dan China diharapkan dapat memperbaiki irama perdagangan dunia,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta.
Penurunan ekspor dan impor ini disebabkan perlambatan perekonomian global. Salah satunya disebabkan perang dagang AS-China.
Suhariyanto menilai, defisit neraca perdagangan pada 2019 lebih rendah dari defisit pada 2018. Pada tahun tersebut, neraca perdagangan defisit sebesar 8,56 miliar dollar AS. Namun, kinerja ekspor pada tahun itu tumbuh 6,65 persen dan impornya tumbuh 20,15 persen.
Penurunan kinerja ekspor dan impor pada 2019 tecermin dari sektor industri pengolahan. Nilai ekspor industri pengolahan sepanjang 2019 turun 2,73 persen dibandingkan 2018 menjadi 126,57 miliar dollar AS. Padahal, industri pengolahan berkontribusi sebesar 75,55 persen pada ekspor nonmigas.
Beriringan dengan turunnya nilai ekspor industri pengolahan, impor bahan baku/penolong dan impor barang modal juga turun sepanjang 2019 dibandingkan tahun sebelumnya. Nilai impor bahan baku/penolong turun 11,07 persen, sedangkan nilai impor barang modal turun 5,13 persen.
BPS juga mencatat, dari sisi negara tujuan, ekspor Indonesia ke China pada 2019 naik menjadi 25,85 miliar dollar AS, sedangkan pada 2018 sebesar 24,39 miliar dollar AS. Meski demikian, Indonesia masih mencatatkan defisit neraca perdagangan nonmigas dengan China sebesar 18,72 miliar dollar AS pada 2019.
Sementara itu, ekspor Indonesia ke negara-negara anggota Uni Eropa turun dari 17,03 miliar dollar AS pada 2018 menjadi 14,32 miliar dollar AS pada 2019. Namun, Indonesia mengalami surplus neraca perdagangan nonmigas dengan AS sebesar 9,58 miliar dollar AS.
Pada Desember 2019, neraca perdagangan Indonesia defisit sebesar 28,2 juta dollar AS. Defisit ini terbentuk dari ekspor yang senilai 14,47 miliar dollar AS dan impor yang senilai 14,50 dollar AS.
Transaksi berjalan
Ekonom Bank Danamon Indonesia Wisnu Wardana mengatakan, defisit neraca perdagangan pada 2019 akan menyebabkan neraca transaksi berjalan 2019 turut defisit. Defisit transaksi berjalan pada 2019 diperkirakan mencapai 2,7 persen dari produk domestik bruto (PDB).
Defisit transaksi berjalan itu akan lebih baik dari 2018. Pada 2018, defisit transaksi berjalan Indonesia sebesar 2,98 persen PDB.
”Pada tahun ini, kinerja kedua neraca ini diprediksi akan membaik. Utamanya ditopang kenaikan ekspor minyak kelapa sawit dan produk turunannya,” ujarnya.
Defisit transaksi berjalan pada 2019 diperkirakan mencapai 2,7 persen dari produk domestik bruto.
Sepanjang 2019, Kementerian Perdagangan telah berupaya meningkatkan ekspor nonmigas untuk memperbaiki kinerja neraca perdagangan. Salah satu wujud upaya itu ialah misi dagang dan perhelatan Trade Expo Indonesia 2019.
Menteri Perdagangan Agus Suparmanto menyatakan, realisasi transaksi sepanjang Trade Expo Indonesia yang digelar pada Oktober 2019 sebesar 10,96 miliar dollar AS. Pencapaian ini lebih tinggi dibandingkan realisasi tahun sebelumnya yang sebesar 8,49 miliar dollar AS.