Usai Kecelakaan Bus Sriwijaya, Pembangunan Jembatan Lematang Diprioritaskan
Pemerintah Kota Pagar Alam mengusulkan pembangunan Jembatan Lematang untuk meminimalisasi kecelakaan yang rawan terjadi di jalur tersebut. Kecelakaan bus Sriwijaya menjadi salah satu alasan.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·3 menit baca
PALEMBANG,KOMPAS--Pemerintah Kota Pagar Alam mengusulkan pembangunan Jembatan Lematang untuk meminimalisasi kecelakaan yang rawan terjadi di jalur tersebut. Usulan ini rencananya akan disampaikan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat akhir Januari 2020 ini.
Wali Kota Pagar Alam Alpian Maskoni saat berkunjung ke Kantor Gubernur Sumsel, Rabu (12/1/2020) mengatakan usulan Jembatan Lematang sudah diajukan kepada Gubernur Sumsel dan rencananya akan diajukan kepada Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). "Paling lambat akhir Januari ini sudah diusulkan ke Kementerian PUPR. Bahkan saya berharap Jembatan Lematang bisa menjadi proyek strategis nasional (PSN)," kata dia.
Jembatan tersebut rencananya memiliki bentang 520 meter dengan tinggi tiang sekitar 150 meter. Rencananya, pembangunan jembatan ini akan menggunakan dana APBN sebesar Rp 400 miliar dengan waktu pembangunan 3 tahun.
Menurutnya, keberadaan Jembatan Lematang yang menghubungkan Kecamatan Dempo Tengah dan Dempo Selatan ini sudah cukup mendesak. "Di jalur tersebut memang rentan kecelakaan dan longsor. Dengan adanya jembatan ini bisa meminimalisasi risiko tersebut," ucap Alpian.
Di jalur tersebut memang rentan kecelakaan dan longsor. Dengan adanya jembatan ini bisa meminimalisasi risiko tersebut
Di lokasi ini terjadi kecelakaan Bus Sriwijaya pada akhir Desember lalu dan menewaskan 35 orang penumpangnya. Tikungan Lematang memang tergolong ekstrem karena memiliki lekukan yang tajam dengan kedalaman jurang mencapai 150 meter.
Selain itu, ungkap Alpian, di jalur ini juga rawan longsor. Pada awal 2020, sudah terjadi dua kali longsor yang sangat mengancam para pengendara. Jalur ini merupakan jalur penting yang menghubungkan Kabupaten Lahat dan Pagar Alam.
Alpian menjelaskan, sebenarnya, pembangunan jembatan ini sudah diusulkan pada tahun 2016 namun ditunda karena kemungkinan dana APBN yang disalurkan ke Sumsel digunakan kebutuhan yang lain. "Kemungkinan pada tahun 2016, dana APBN dikucurkan untuk persiapan Asian Games 2018," kata dia.
Alpian optimis proyek ini bisa terealisasi karena semua dokumen mulai dari uji kelayakan, Detail Engineering Design (DED), AMDAL sudah terpenuhi. Bahkan, saat itu sudah ada pemenang tender yakni sebuah BUMN. " Sekarang kita tinggal melanjutkan saja," kata dia.
Anggota DPRD Sumsel Alfarezi Panggarbesi mengatakan dengan adanya kecelakaan Bus Sriwijaya menandakan keberadaan jembatan menang sudah menjadi prioritas nasional prioritas dan mendesak.
Semua dokumen bahkan sampai ke hasil lelang dan pembebasan lahan sudah selesai. "Saya berharap pembangunan jembatan ini bisa menjadi PSN 2020 atau PSN 2021.
Alfarezi mengungkapkan keberadaan jalur ini juga akan memangkas jarak dari sepanjang 3 kilometer menjadi 500 meter. " Tidak hanya untuk mempercepat penyaluran logistik tetapi juga penting untuk evakuasi mengingat di Pagar Alam ada gunung aktif yakni Gunung Dempo.
Polisi sudah menghentikan perkara utama dari kecelakaan Bus Sriwijaya karena supir Bus Sriwijaya, Feri Efrizal juga tewas dalam kecelakaan tersebut. Namun, polisi masih mencari siapa pihak yang paling bertanggung jawab atas kecelakaan ini.
Kepala Bidang Humas Polda Sumsel Komisaris Besar Supriadi mengatakan sejumlah saksi dari pihak perusahaan dan Dinas Perhubungan Bengkulu sudah diperiksa, bahkan gelar perkara sudah dilaksanakan. "Sekarang masih dalam proses mencari kesimpulan dari gelar perkara tersebut," katanya.
Dalam mencari alat bukti ujar Supriadi, beberapa bagian dari bus dibawa mulai dari ban dan alat pengereman untuk melihat apakah kondisi bus masih baik atau tidak.
Sebelumnya Direktur Lalu Lintas Polda Sumsel Komisaris Besar Juni memaparkan ada dua kemungkinan penyebab kecelakaan yakni faktor kesalahan manusia dan kondisi kendaraan yang tidak prima.
Dari sisi kesalahan manusia, Feri tidak memiliki Surat Izin Mengemudi. Dugaan lain, dia juga tidak mengerti jalur tersebut. "Feri diduga adalah supir pengganti bukan supir utama," kata dia.
Adapun untuk kendaraan ujar Juni, walau izin KIR masih belum kadaluarsa, nyatanya rem tidak bekerja optimal. Hal ini juga sudah diketahui oleh perusahaan. "Perbaikan terkahir dilakukan enam bulan lalu. Bahkan sebelum berangkat pun perbaikan hanya dilakukan seadanya," kata Juni.