Hari ini, 15 Januari 2020), bus transjakarta genap 16 tahun melayani ibu kota. Dari satu koridor, transjakarta kini meluaskan jaringan hingga pemukiman dan daerah sekitar. Integrasi jadi tantangan.
Oleh
Helena F Nababan/Irene Sarwindaningrum
·5 menit baca
Hari ini, 15 Januari 2020), bus transjakarta genap 16 tahun melayani ibu kota. Dari satu koridor, transjakarta kini meluaskan jaringan hingga pemukiman dan daerah sekitar. Integrasi jadi tantangan.
Di penghujung usia ke-15 tahun, akhir 2019, PT Transportasi Jakarta memperoleh pengakuan atas prestasinya yaitu Anugerah Revolusi Mental. Penghargaan dari Kementerian Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan ini merupakan penghargaan atas kehadiran Transjakarta yang mengubah kebiasaan warga ibu kota memakai transportasi massal.
Menurut penilaian Dewan Juri Anugerah Revolusi Mental, kehadiran Transjakarta dinilai mengubah formulasi kebijakan publik secara berani, radikal, dan memihak kepentingan rakyat.
Di tengah kota yang “sakit” oleh kemacetan dan polusi udara, kemauan warga memakai transportasi massal dan meninggalkan kendaraan bermotor pribadi menjadi kunci penting mewujudkan kota yang lebih membahagiakan.
Saat ini, perjalanan di Jakarta menggunakan transportasi massal (moda share) baru sekitar 24 persen. Targetnya, 30 persen pada 2022 dan 60 persen pada 2030. Untuk itu, integrasi dan perluasan layanan jadi tantangan Transjakarta.
Di tengah kota yang “sakit” oleh kemacetan dan polusi udara, kemauan warga memakai transportasi massal dan meninggalkan kendaraan bermotor pribadi menjadi kunci penting mewujudkan kota yang lebih membahagiakan.
Capaian penumpang
Direktur Utama PT Transportasi Jakarta (Transjakarta) Agung Wicaksono, Selasa (14/1/2020), mengatakan, selama 2019, Transjakarta mencapai rekor penumpang tertinggi pada 16 Desember yakni 998.658 penumpang. Rata-rata, sekitar 800.000 penumpang memakai transjakarta sehari.
Sepanjang 2019, tercatat 263 juta penumpang memakai transjakarta, naik 40 persen dari tahun 2018.
Sebagian di antaranya ditopang armada mikrotrans atau angkutan kota yang sudah bergabung dengan sistem JakLingko dari Transjakarta. “Jumlah penumpang mikrotrans selama Desember mencapai 155.000-199.000 orang sehari,” katanya.
Jumlah armada Transjakarta saat ini 3.888 unit. Sebagian besar, yaitu 1.636 unit, merupakan angkutan kota yang telah bergabung dengan JakLingko.
Saat ini, cakupan transjakarta 80 persen Jakarta. Artinya, di 80 persen area Jakarta, orang bisa menemukan bus transjakarta dalam radius sekitar 500 meter. Agung menargetkan, pada 2020, transjakarta melayani 90 persen kawasan DKI.
Kepala Dinas Perhubungan DKI Syafrin Liputo menyatakan, kapasitas terpasang transjakarta 2 juta penumpang per hari. "Artinya target penumpang masih bisa ditingkatkan."
Kapasitas ini harus bisa dikejar. Cara yang bisa dilakukan dengan memaksimalkan sistem JakLingko.
Sepanjang 2019, tercatat 263 juta penumpang memakai transjakarta, naik 40 persen dari tahun 2018.
Menurut Syafrin, JakLingko bukan hanya integrasi angkutan kota (angkot) atau bus kecil saja namun juga semua moda, baik angkutan berbasis jalan (road based) ataupun angkutan rel (rail based). Bila semua angkutan terintegrasi, layanan pun efektif, efisien, ekonomis, dan berkelanjutan.
Revitalisasi halte
Welfizon Yuza, Direktur Keuangan PT Transportasi Jakarta, menambahkan, revitalisasi halte khusus transjakarta dan halte non bus rapid transit (BRT) yang ada di sisi kiri, akan menyesuaikan permintaan.
Halte Lebak Bulus, misalnya, dinilai sudah sangat sempit. Halte ini turut terkena limpahan penumpang MRT. Revitalisasi dilakukan untuk memperlebar halte.
Halte CSW di Koridor 13, juga tengah dibenahi. Sejak Koridor 13 beroperasi tahun 2017, halte ini belum difungsikan. Alasannya, tinggi halte setara dengan lima lantai dan aksesnya hanya dengan tangga.
Desain ulang Halte CSW di Jakarta Selatan, direncanakan pada Januari 2020 dan halte beroperasi sekitar Juli 2020. Halte ini akan menjadi simpul integrasi dengan MRT di Stasiun ASEAN dan bus kota.
Direktur Teknik dan Fasilitas Transjakarta Yoga Adiwinarto mengatakan, halte itu akan disebut Halte Cakra Selaras Wahana (CSW). Dengan desain baru, akan ada halte antara yang tingginya hanya sekitar 2,5 lantai dari Stasiun MRT ASEAN, dan akan dihubungkan dengan eskalator, lift, serta tangga. Ada pula jalur melingkar bernama cakra, yang melewati seluruh fasilitas ini.
Di dasar halte CSW, ada satu lagi halte di sekitar MBloc. Halte ini menjadi transit bus kota dari arah Blok M. “Jadi nanti aksesnya orang tidak perlu turun dulu lalu naik lagi untuk pindah moda. Tinggal naik atau turun 2-2,5 lantai dengan eskalator,” kata Yoga.
Jalur melingkar cakra akan dilengkapi pertokoan dan toilet. Pembangunan fasilitas ini hasil kerja sama dengan PT MRT Jakarta. Dari PT Transjakarta, anggaran pembangunan sekitar Rp 55 miliar.
Tahun 2020, Transjakarta juga akan melakukan integrasi fisik di sejumlah titik dengan beragam moda.
Integrasi dengan LRT Cawang-Dukuh Atas, dilakukan di empat titik yaitu Halte Cawang BNN, Halte Depkes, Halte GOR Sumantri, dan Halte Setiabudi Utara AINI.
Integrasi dengan LRT Cibubur-Cawang di Halte Harja Mukti, Cibubur, dan Halte Ciracas, Kampung Rambutan.
Integrasi dengan KRL di Senen dilakukan di empat titik, yaitu di Halte Pasar Senen, Halte Atrium, serta dua halte di sisi kiri jalan yakni Halte Stasiun dan Senen.
Syafrin menambahkan, ke depan, transjakarta lebih berperan sebagai angkutan pengumpan bagi moda lain.
Cara pembayaran
Seluruh bus yang dioperatori Transjakarta saat ini sudah dipasangi alat pemindai kartu uang bank, selaku alat pembayaran tiket bus. "Secara bertahap, semua bus, baik yang dioperatori Transjakarta maupun milik operator lain, akan dipasangi alat tap on board (ToB). Targetnya, 2020 semua terpasang," jelas Welfizon.
Dengan ToB, penumpang cukup memiliki satu kartu elektronik atau kartu JakLingko untuk pembayaran. Sampai Oktober 2019, 47.376 kartu JakLingko terjual.
Fagra Hanif, dari Forum Diskusi Transportasi Jakarta (FDTJ), menambahkan, transjakarta sudah berjalan sesuai jalur, baik penambahan rute ataupun integrasi dalam sistem JakLingko.
Hanya, tidak adanya petugas layanan on board (PLB) di bus sejumlah koridor saat ini, membuat penumpang bingung. "Ada baiknya informasi di halte atau bus stop seperti ada di Sudirman-Thamrin, juga dikerjakan di koridor atau rute non-BRT lain. Sopir juga bisa jadi pihak yang aktif menginfokan rute bus agar penumpang tidak bingung," kata Fagra.
Soal informasi rute bus ini mesti diberesi karena saat ini ada 247 rute transjakarta. "Rute yang saling bersinggungan, juga yang terintegrasi dengan moda lain harusnya diinfokan terus menerus. Menurut kami, informasi ini sangat kurang di Transjakarta," kata Fagra.