Upaya mendorong substitusi impor masih jadi isu penting dan relevan untuk meningkatkan kinerja perdagangan. Kita berharap sektor ini memberi kontribusi yang makin bermutu bagi perekonomian nasional.
Oleh
C ANTO SAPTOWALYONO
·3 menit baca
Sektor industri berperan penting bagi perekonomian nasional, tak terkecuali dari sisi kontribusinya terhadap ekspor. Di sisi lain, ada banyak pekerjaan rumah yang mesti diselesaikan terutama oleh pemerintah agar peran sektor industri semakin meningkat, baik dari sisi kuantitas maupun kualitas.
Peningkatan kuantitas antara lain dapat dilihat dari bertambahnya volume maupun nilai ekspor produk industri. Terkait kualitas, kiranya penting bagi pelaku industri untuk mengurangi ketergantungan terhadap impor bahan baku, bahan penolong, dan barang modal.
Hal itu dibutuhkan agar sektor industri, baik spesifik per subindustri maupun secara agregat, berkontribusi lebih positif terhadap perekonomian. Kondisi yang diharapkan adalah sektor ini bisa lebih besar menyumbang surplus perdagangan.
Sumbangan sektor industri terhadap kinerja ekspor nasional memang tak meragukan selama ini. Data Badan Pusat Statistik (BPS), ekspor industri pengolahan sepanjang Januari-Desember 2019 mencapai 126,57 miliar dollar AS. Artinya, sektor industri berkontribusi 75,55 persen terhadap total ekspor Indonesia yang mencapai 167,53 miliar dollar AS sepanjang tahun lalu.
Akan tetapi, data menunjukkan bahwa ketergantungan impor masih tinggi. Data BPS menyebutkan, impor bahan baku/bahan penolong industri sepanjang Januari-Desember 2019 mencapai 125,9 miliar dollar AS, turun 11,07 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2018 yang 141,58 miliar dollar AS. Namun, kontribusinya masih dominan, yakni 73,75 persen terhadap total impor tahun 2019 yang mencapai 170,72 miliar dollar AS.
Sejumlah sektor industri belum mampu memberikan sumbangan sehingga menciptakan surplus perdagangan. Sebab, nilai impornya melampaui nilai ekspornya.
Mari memetik contoh dua sektor industri yang masuk empat besar di sisi nilai ekspor dan impor dan membandingkan kinerja perdagangannya. Industri logam, misalnya, tercatat menyumbang ekspor senilai 14,64 miliar dollar AS sepanjang Januari-Oktober 2019 dan memposisikannya sebagai sektor industri bernilai ekspor terbesar kedua.
Akan tetapi, di sisi lain, nilai impor industri logam dasar mencapai 14,57 miliar dollar AS, tercatat sebagai yang terbesar keempat dibandingkan sektor industri lain. Alhasil, surplus di sektor ini masih tipis.
Contoh kedua adalah industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia. Sektor industri menyumbang ekspor 10,69 miliar dollar AS (terbesar keempat), tetapi impornya mencapai 18,16 miliar dollar AS atau terbesar ketiga. Lugasnya, kinerja ekspor-impor di industri bahan kimia dan barang dari bahan kimia ini masih defisit.
Sebagai gambaran, impor bahan baku atau penolong sepanjang Januari-Oktober 2019 tercatat 104,34 miliar atau 74,06 persen dari total impor Indonesia selama kurun waktu itu. Sementara impor barang modal di periode tersebut tercatat 23,45 miliar dollar AS (16,64 persen), sedangkan impor barang konsumsi 13,10 miliar dollar (9,30 persen).
Apabila dirinci, lima besar impor bahan baku dan bahan penolong adalah besi dan baja senilai 9,87 miliar dollar AS; damar buatan atau resin sintetis dan bahan baku 4,94 miliar dollar AS; peralatan listrik 4,30 miliar dollar AS; mesin untuk peralatan umum 4,11 miliar dollar AS; dan peralatan komunikasi lainnya 3,42 miliar dollar AS.
Apabila kebutuhan sejumlah bahan baku atau barang penolong tersebut bisa diisi secara bertahap oleh produk dalam negeri tentu akan berdampak positif bagi kinerja perdagangan. Neraca dagang Indonesia defisit 3,19 miliar dollar AS tahun lalu. Total ekspor tahun lalu tercatat 167,53 miliar dollar AS atau turun 6,94 persen dibandingkan tahun 2018, sementara impor turun 9,53 persen jadi 170,72 miliar dollar AS.
Upaya mendorong substitusi impor masih menjadi isu penting dan relevan untuk meningkatkan kinerja perdagangan sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi nasional. Kita berharap sektor ini memberi kontribusi yang makin bermutu bagi perekonomian nasional.