Kasus Pneumonia akibat Virus Korona Baru Dilaporkan di Sejumlah Negara Asia
Masyarakat diminta mewaspadai munculnya kasus pneumonia yang disebabkan virus korona baru. Penularan virus yang pertama kali ditemukan di Wuhan, China, ini kini juga dilaporkan menjangkiti sejumlah negara lain di Asia.
Oleh
Fajar Ramadhan
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Masyarakat diminta mewaspadai munculnya kasus pneumonia yang disebabkan oleh virus korona baru. Penularan virus yang pertama kali ditemukan di kota Wuhan, China, ini kini juga dilaporkan menjangkiti sejumlah negara lain di Asia.
Kasus pneumonia berat di Wuhan, China, pertama kali dilaporkan pada 31 Desember 2019. Hingga saat ini, pneumonia ini setidaknya telah menyerang 59 orang dari kalangan anak-anak, remaja, hingga lansia. Satu korban berusia 61 tahun dinyatakan meninggal.
Ketua Pokja Infeksi Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Erlina Burhan mengatakan, masyarakat perlu mewaspadai munculnya pneumonia Wuhan ini dengan mengenali gejala awalnya. Gejala yang timbul akibat pneumonia jenis baru ini adalah demam, batuk, dan kesulitan bernapas.
”Gejala dari pneumonia Wuhan pada dasarnya sama dengan gejala pada pneumonia lainnya,” katanya dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (17/1/2020).
Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut pada jaringan paru-paru. Radang ini, antara lain, disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, jamur, atau pajanan bahan kimia. Adapun penularan pneumonia terjadi melalui udara yang dihirup.
”Bisa juga muncul karena koloni kuman yang sudah menumpuk dalam saluran napas saat daya tahan tubuh menurun,” ujar Erlina.
Menurut Erlina, indikasi sementara menunjukkan bahwa pneumonia Wuhan disebabkan oleh virus korona baru. Virus korona merupakan jenis virus yang juga menyebabkan sindrom pernapasan akut parah (SARS) dan sindrom pernapasan Timur Tengah coronavirus (MERS CoV).
Pneumonia adalah infeksi atau peradangan akut pada jaringan paru-paru. Radang ini, antara lain, disebabkan oleh bakteri, virus, parasit, jamur, atau pajanan bahan kimia.
Beberapa negara saat ini telah melaporkan kasus-kasus serupa seperti yang terjadi di China. Negara tersebut antara lain Thailand, Hong Kong, Korea Selatan, dan Singapura. Berdasarkan penyelidikan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), salah satu pasien dari Thailand diketahui pernah melakukan kunjungan ke Wuhan.
Erlina mengatakan, dengan munculnya kasus ini, Kementerian Kesehatan telah berencana melakukan pemindaian suhu tubuh di bandara dan pelabuhan internasional. Hal ini dilakukan sebagai upaya pencegahan masuknya virus korona baru tersebut ke Indonesia.
Meski begitu, masyarakat diminta tidak perlu panik mengingat belum ada bukti bahwa penularan virus korona tersebut terjadi dari manusia ke manusia. Sejauh ini, pasien yang dirawat di Wuhan diketahui bekerja di pasar ikan yang juga terdapat hewan unggas di sana.
”Sejauh ini belum diketahui penularan berasal dari ikan atau unggas yang berada di pasar ikan tersebut,” ucap Erlina.
Tingkatkan daya tahan
Sebagai langkah antisipasi, hal yang bisa dilakukan adalah menjaga kebersihan tubuh agar terhindar dari bakteri. Selain itu, masyarakat juga perlu meningkatkan daya tahan tubuh agar tidak mudah terpapar penyakit akibat virus. Misalnya, dengan istirahat cukup dan mengonsumsi makanan dengan nutrisi seimbang.
Erlina menegaskan, vaksin pneumonia yang ada saat ini tidak dapat digunakan untuk menangkal pneumonia jenis baru tersebut. Vaksin yang tersedia saat ini adalah vaksin pneumokokus yang dapat memberikan kekebalan kepada bakteri pneumokokus.
Ketua Umum Pengurus Pusat Perhimpunan Dokter Paru Indonesia Agus Dwi Susanto mengatakan, hingga saat ini WHO masih terus menyelidiki kasus pneumonia Wuhan. Mereka terus memberikan rekomendasi kepada negara-negara untuk mencegah risiko timbulnya penyakit ini secara lebih luas.
”Seluruh kasus terus dicatat. Orang-orang yang datang ke lokasi terjangkit terus diawasi saat masuk ke negara lain,” katanya.
Agus juga mengimbau masyarakat yang mengalami gejala demam, batuk, dan kesulitan bernapas untuk segera memeriksakan diri ke layanan kesehatan. Bukan hanya pneumonia Wuhan, hal tersebut juga bertujuan untuk mendeteksi risiko pneumonia lainnya.
”Pneumonia atau tidak, akan ditentukan dari foto rontgen. Untuk memastikan jenis pneumonianya bisa dilakukan dengan pemeriksaan dahak atau cek laboratorium,” ujarnya.