Maksimalkan Sumber Daya Air untuk Meningkatkan Daya Saing Bangsa
Indonesia memiliki kekayaan sumber daya air terbesar kelima di dunia. Potensi besar itu perlu dimaksimalkan untuk meningkatkan daya saing bangsa dengan membangunan infrastruktur, seperti bendungan, embung, dan irigasi.
Oleh
TATANG MULYANA SINAGA
·4 menit baca
BANDUNG, KOMPAS — Indonesia memiliki kekayaan sumber daya air terbesar kelima di dunia. Potensi besar itu perlu dimaksimalkan untuk meningkatkan daya saing bangsa. Salah satunya dengan pembangunan infrastruktur, seperti bendungan, embung, dan jaringan irigasi.
Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Mochamad Basuki Hadimuljono mengatakan, ketersediaan air permukaan rata-rata tahunan di Indonesia 2,78 triliun meter kubik per tahun yang tersebar di 128 wilayah sungai. Indonesia juga memiliki 421 cekungan air tanah dengan potensi lebih dari 500 miliar meter kubik per tahun.
”Potensi sumber daya air itu diharapkan dapat digunakan secara optimal dan berkelanjutan,” ujarnya saat menyampaikan orasi ilmiah ketika dianugerahi gelar doktor kehormatan (honoris causa) dari Institut Teknologi Bandung di Aula Barat ITB, Kota Bandung, Jawa Barat, Kamis (16/1/2020).
Akan tetapi, terdapat sejumlah tantangan untuk mewujudkan harapan itu, mulai dari ketersediaan air yang tidak merata hingga kurang maksimalnya fungsi infrastruktur penampung air.
Basuki mengatakan, sekitar 82 persen ketersediaan air permukaan berada di Pulau Kalimantan, Papua, dan Sumatera. Sementara air permukaan di Pulau Jawa hanya sekitar 6,3 persen atau setara dengan 175,6 miliar meter kubik per tahun.
Padahal, lebih dari setengah penduduk Indonesia tinggal di Pulau Jawa. Mereka hanya mendapatkan air sekitar 1.700 meter kubik per tahun per kapita atau sekitar 10 persen dari rata-rata ketersediaan air per kapita di Indonesia.
”Oleh karena itu, pemerataan pembangunan di luar Jawa yang dapat memicu dan memperbaiki distribusi penyebaran penduduk sangat mendesak untuk terus dilakukan,” ujarnya.
Rendahnya tingkat ketahanan air sangat memengaruhi kesehatan masyarakat. Sebab, tanpa air bersih dan sanitasi yang sehat, target untuk menurunkan angka stunting sulit terwujud.
Kurang optimalnya fungsi infrastruktur akibat dimakan usia juga menjadi tantangan serius. Basuki mengatakan, pada 1900-2014, jumlah bendungan di Indonesia sebanyak 231 bendungan. Lebih dari 72 bendungan sudah berusia di atas 20 tahun.
Pemerataan pembangunan di luar Jawa yang dapat memicu dan memperbaiki distribusi penyebaran penduduk sangat mendesak untuk terus dilakukan.
Hal ini menyebabkan kecenderungan berkurangnya kapasitas tampung bendungan akibat sedimentasi. Laju pengurangannya sekitar 1,28 persen per tahun.
Basuki mengatakan, ketersediaan air di Indonesia sangat dipengaruhi oleh musim. Oleh sebab itu, pihaknya terus membangun dan merevitalisasi wadah air, seperti bendungan dan embung.
Pada 2015-2019, Kementerian PUPR menargetkan pembangunan 65 bendungan. Sejumlah 16 bendungan telah rampung dan 45 bendungan masih dalam pengerjaan.
Menurut Basuki, penambahan bendungan itu akan menambah kapasitas tampung dari 12,46 miliar meter kubik per tahun menjadi 16,27 miliar meter kubik per tahun. ”Hal ini tentu akan meningkatkan kuantitas dan kualitas layanan bendungan, seperti irigasi, air baku, dan energi listrik,” ujarnya.
Luas irigasi teknis yang dilayani waduk akan meningkat dari 760.000 hektar menjadi 1,2 juta hektar. Kapasitas air baku meningkat dari 6,6 meter kubik per detik menjadi 54,13 meter kubik per detik. Selain itu, kapasitas terpasang pembangkit listrik tenaga air juga akan meningkat dari 5.800 megawatt (mw) menjadi 6.100 mw.
Basuki menuturkan, untuk lima tahun ke depan, pemerintah tetap melanjutkan pembangunan infrastruktur. Pihaknya menargetkan penyelesaian 45 bendungan (dalam proses pembangunan) dan 15 bendungan baru. Selain itu, juga membangun 1.000 embung, 500.000 hektar jaringan irigasi baru, merehabilitasi jaringan irigasi seluas 2,5 juta hektar, serta 2.100 kilometer pengendali banjir serta pengaman pantai.
Ketua tim promotor Prof Indratmo Soekarno mengatakan, Basuki berperan penting dalam pembangunan infrastruktur sumber daya air. ”Selain meningkatkan pemerataan pembangunan dan mengurangi disparitas antarwilayah, pembangunan infrastruktur ini juga meningkatkan perekonomian dan menciptakan lapangan kerja serta meningkatkan daya saing bangsa,” ungkapnya.
Menurut Indratmo, Basuki telah berkontribusi nyata dalam pembangunan dan pengembangan infrastruktur. Salah satunya membangun infrastruktur di sejumlah perguruan tinggi untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia.
”Oleh karena itu, tim promotor berkesimpulan dan berkeyakinan Mochamad Basuki Hadimuljono telah memenuhi ketentuan untuk menerima penghargaan gelar doktor kehormatan,” ujarnya.
Rektor ITB Kadarsah Suryadi menilai Basuki sebagai abdi negara yang sangat berdedikasi dan pekerja keras serta birokrat andal. Dia berharap, penganugerahan gelar doktor kehormatan itu menjadi contoh bagi generasi penerus untuk bekerja profesional serta ulet dan berdedikasi tinggi untuk menyejahterakan bangsa.
Kegiatan itu juga dihadiri sejumlah pejabat, di antaranya Wakil Presiden ke-10 dan ke-12 RI Jusuf Kalla, Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan Muhadjir Effendy, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, dan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil.