Popularitas Senator Bernie Sanders menguat sebagai bakal calon presiden dalam pemilihan presiden Amerika Serikat 2020 dari Partai Demokrat. Namanya mengimbangi popularitas mantan Wakil Presiden AS Joe Biden.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
NEW YORK, JUMAT — Popularitas bakal calon presiden Amerika Serikat dari Demokrat, Senator Bernie Sanders, mulai mengimbangi mantan Wakil Presiden AS Joe Biden untuk bertarung dalam Pemilihan Presiden 2020. Namun, Sanders kini harus mewaspadai tantangan akibat kontroversi isu perempuan dalam politik.
Reuters/Ipsos merilis hasil jajak pendapat nasional terkait popularitas bakal calon presiden di kalangan pemilih, Kamis (16/1/2020). Jajak pendapat dilakukan selama 15-16 Januari 2020 terhadap 681 pendukung Demokrat dan independen, dengan mayoritas merupakan pemilih terdaftar. Adapun simpang kesalahan jajak pendapat ini lebih kurang 5 persen.
”Jajak pendapat menunjukan sekitar 20 persen pemilih terdaftar dari Demokrat dan independen akan memilih Sanders ketimbang 11 calon kandidat lainnya. Jumlah itu meningkat 2 persen dari survei serupa yang dilakukan pekan lalu,” bunyi laporan Reuters.
Sanders adalah seorang independen yang membangun jaringan pendukung di tingkat nasional saat mencalonkan diri dalam pencalonan partai pada 2016. Secara konsisten, ia masuk sebagai salah satu kandidat paling populer sejak masuk dalam bursa pencalonan Pilpres 2020.
Sementara itu, sebanyak 19 persen lain menyatakan dukungan kepada Biden. Suara pemilih juga terpecah ke beberapa bakal calon lainnya, antara lain Senator Elizabeth (12 persen), mantan Wali Kota New York Michael Bloomberg (9 persen), dan mantan Wali Kota South Bend Pete Buttigieg (6 persen).
Jajak pendapat Reuters menemukan, dukungan bagi Sanders dan Bloomberg meningkat dalam tiga survei terakhir sejak pertengahan Desember 2019. Namun, dukungan untuk Biden, Warren, dan Buttgieg cenderung stagnan.
Berselisih
Dukungan Demokrat juga menunjukkan popularitas Sanders tampaknya tidak terpengaruh setelah berselisih dengan Warren mengenai isu perempuan dalam politik. Sejauh ini, dukungan perempuan terhadap mereka tidak berubah, yaitu 15 persen mendukung Sanders dan 11 persen mendukung Warren.
Sebelumnya, Warren menyatakan, Sanders pernah mengatakan perempuan tidak bisa terpilih sebagai presiden AS pada 2018. Namun, Sanders membantah klaim tersebut.
Ketika ditanya moderator, Sanders kembali membantah perkataan Warren dalam debat bakal calon presiden Demokrat, Selasa (14/1/2020). Keduanya kemudian terlihat saling mengecam terkait narasi yang diciptakan tiap pihak terkait isu tersebut dalam rekaman televisi. Warren kemudian menghampiri Sanders seusai debat. ”Saya pikir, Anda menyebut saya sebagai pembohong di televisi nasional,” kata Warren, dikutip dari CNN.
Sanders pun membalas perkataan Warren. ”Lebih baik tidak melakukan (perdebatan) sekarang. Jika Anda ingin mendiskusikannya, kita akan mendiskusikannya…. Anda menyebut saya pembohong…. Baiklah, jangan lakukan ini sekarang,” ujarnya.
Sanders dan Warren akhirnya pergi tanpa bersalaman. Perselisihan di antara kedua bakal calon populer Demokrat ini merupakan hal yang jarang terjadi sebab keduanya memiliki pandangan yang sama dalam kebanyakan isu.
Sebagai partai yang progresif dan moderat, Demokrat menginginkan agar lebih sedikit konflik internal guna melawan musuh bersama, yaitu Presiden AS Donald Trump dari Republik. Oleh karena itu, perselisihan mereka dapat menciptakan konfigurasi ulang nominasi presiden.
Pertanyaan utama bagi Sanders adalah apakah perselisihan dengan Warren dapat memperlambat beberapa momentum yang telah dibangunnya selama ini. Dengan munculnya isu perempuan dalam politik, kemampuan Sanders untuk menarik pemilih perempuan akan dipertanyakan.
Apalagi, terlepas dari hasil yang ada, jajak pendapat Reuters/Ipsos menunjukkan, para bakal calon Demokrat perlu mewaspadai tren pemilih yang gampang mengalihkan dukungan, terutama di kalangan perempuan.
Secara umum, sekitar satu dari lima calon pemilih belum memutuskan akan memilih siapa. Sementara dua dari tiga yang telah memilih bakal calon tertentu menyatakan terbuka untuk mengubah pilihan mereka.
Berdasarkan survei selama Desember 2019 hingga Januari 2020, perempuan adalah calon pemilih yang gampang beralih. Perempuan dua kali lipat lebih mungkin mengatakan belum memilih kandidat presiden daripada laki-laki. Di antara para perempuan yang telah memilih seorang kandidat, hampir dua dari tiga menyatakan terbuka untuk mengubah pikiran mereka. (REUTERS)