Juventus memperlihatkan keindahan sepak bolanya saat menyingkirkan Udinese 4-0 di Piala Italia. Paulo Dybala dan Gonzalo Higuain, pemain yang sempat terbuang, menjadi figur keindahan baru yang dinamai ”tiki-tango” itu.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
TURIN, RABU — Selama ini, sepak bola Italia diidentikkan dengan sepak bola defensif, kaku, dan membosankan. Namun, tradisi itu didobrak Juventus saat menghancurkan Udinese 4-0 di fase 16 besar Piala Italia, Kamis (16/1/2020) dini hari WIB. Juve menyajikan sepak bola ”sirkus” yang menghibur.
Menariknya, sepak bola atraktif, ofensif, dan penuh gairah itu justru disuguhkan juara bertahan Liga Italia saat megabintangnya, Cristiano Ronaldo, absen akibat sinusitis. Sebagai gantinya, Juve mengandalkan Gonzalo Higuain dan Paulo Dybala, dua pemain yang terbuang dan terpinggirkan musim lalu.
Duo striker Argentina itu menjadi sentral permainan Juve malam itu. Keduanya bak saling bertelepati saat menciptakan gol pertama yang dilesakkan Higuain. Keduanya seolah menari-nari dan saling bertukar operan satu-dua cepat di kotak penalti yang membingungkan bek-bek Udinese.
Keindahan juga diperlihatkan Juve lewat gol ketiganya yang dicetak Dybala. Ia seolah pesulap yang bermain dengan pisau giullotine tajamnya. ”Tiki-tango Juve. Pertunjukan gaya sirkus dari Higuain dan Dybala,” tulis koran Italia, Corriere dello Sport, menyanjung Juve di halaman mukanya pada edisi kemarin.
Tuttosport tidak kalah memuji Juve. Menurut koran terbitan Turin itu, penampilan ”Si Nyonya Besar” malam itu bak pertunjukan yang ada di gim PlayStation. ”Pertunjukan spektakuler di babak 16 besar Piala Italia. Kombinasi fantastis Higuain dan Dybala pada gol pertama, dilanjutkan sihir La Joya (Dybala),” tulisnya.
Diakui Pelatih Juventus Maurizio Sarri, permainan timnya saat itu sangat menghibur. Juve melawan kelazimannya di masa lalu, yaitu cepat berpuas diri dan tampil defensif ketika unggul satu gol. Sebaliknya, di laga itu, mereka terus tampil ofensif dan mendulang gol demi gol. Menurut dia, laga malam itu adalah ”keindahan yang langka”.
”Melihat gol dari tiga atau empat operan kombinasi dalam kecepatan tinggi semacam itu adalah keindahan yang jarang terjadi. Laga itu sepadan dengan harga tiket,” ungkap Sarri seraya tersenyum, seperti dikutip Football-Italia.
Pihak yang tidak kalah semringah senyumnya adalah para bos Juventus, yaitu Presiden Andrea Agnelli dan Direktur Klub Pavel Nedved. Keduanya tampak menikmati dan semringah melihat laga itu dari tribune VVIP Stadion Juventus, Turin, malam itu. Mereka senang, hasil ”perjudian” dengan merekrut Sarri mulai terlihat manfaatnya.
Demi mendatangkan Sarri ke Turin musim panas lalu, Juve melakukan spekulasi besar dengan memecat Pelatih Massimiliano Allegri. Padahal, bersama Allegri, Juve mampu berprestasi stabil dan mengemas lima trofi juara Liga Italia dan empat Piala Italia. Allegri juga sempat mengantarkan Juve dua kali lolos ke final Liga Champions, yaitu pada 2015 dan 2017.
Namun, lambat laun, Agnelli mulai jengah dengan karakter pasif dan pragmatis Juve yang ditanamkan Allegri. Ia menginginkan Juve tampil lebih ofensif, agresif, dan menghibur, selayaknya kebanyakan tim-tim besar dunia, seperti Barcelona, Manchester City, dan Liverpool. Atas alasan itu, Agnelli mendatangkan Sarri, pelatih juara Liga Europa 2019 yang menyukai pakem ofensif dan penguasaan bola tinggi.
Batal dibuang
Hadirnya Sarri membuat Dybala bertahan di Turin. Ia batal ”dibuang” pada transfer musim panas lalu meskipun sempat ramai dikaitkan dengan Manchester United. Dybala lebih memilih bertahan di Italia untuk membuktikan dirinya berharga bagi Juve. Di saat sama, Sarri juga memulangkan Higuain, striker yang sempat dua musim diasingkan Allegri ke klub-klub lain, yaitu AC Milan dan Chelsea.
Kedua pemain buangan itu kini telah mengemas total 18 gol di sejumlah kompetisi musim ini. Jumlah gol keduanya melampaui produktivitas Ronaldo seorang, yaitu total 16 gol. ”Saya sangat akur dengan Dybala. Menyenangkan bisa bermain bersama talenta hebat seperti dirinya,” kata Higuain.
Meskipun dinilai berjasa telah mengangkat kualitas permainan Juve sejauh ini, Sarri—pelatih yang dikenal dengan pakem Sarriball—memilih merendah. Menurut dia, dirinya hanya memaksimalkan para talenta berbakat yang ada di tim juara Italia delapan musim beruntun itu.
”Tim Juve ini bukan dan tidak seharusnya menjadi tim Sarri. Ini adalah tim Ronaldo, Higuain, dan Dybala serta para pemain penting lain yang telah mendatangkan kesuksesan bagi setiap pelatih. Saya mencoba berkontribusi kecil di tim yang memiliki pemain-pemain berkelas dunia ini,” tutur Sarri.