Kejuaraan atletik tingkat kampung mulai digelar di Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat. Kejuaraan level paling bawang ini diharapkan tersebar ke berbagai daerah di Indonesia untuk menjaring bibit-bibit atlet potensial.
Oleh
ADRIAN FAJRIANSYAH
·4 menit baca
JATIBARANG, KOMPAS – Sedikitnya 150 pelari dengan rentan usia kelas satu sampai enam dari enam sekolah dasar se-Jatibarang, Indramayu, Jawa Barat mengikuti Kejuaraan Atletik Kampung perdana di Jatibarang, Sabtu (18/1/2020). Kejuaraan yang digagas oleh Fakultas Ilmu Olahraga, Universitas Negeri Jakarta dinilai sukses dan siap untuk ditularkan ke kampung-kampung lain di Indonesia. Kegiatan itu diharapkan bisa lebih memasyarakatkan atletik di Indonesia dan menjadi pemicu lahirnya atlet-atlet baru yang potensial.
Kejuaraan itu hanya memperlombaan lari 60 meter untuk putra dan putri, serta estafet 4x100 meter campuran. Perlombaan berlangsung di lapangan sepak bola di Jatibarang. Walau cuaca panas terik, peserta tetap antusias mengikuti perlombaan yang dimulai dari sekitar pukul 08.00-12.30 tersebut. Tak hanya peserta, sejumlah orangtua peserta dan warga sekitar lapangan juga berbondong untuk menyaksikan perlombaan itu.
Perlombaan 60 meter putra dimenangkan oleh pelajar SD Persatuan Umat Islam Jatibarang Tri Bagus Aprilianto dengan waktu 9,95 detik, diikuti oleh pelajar SD Negeri 2 Jatibarang Fadlan Aryasatya dengan waktu 10,02 detik, dan pelajar SD Persatuan Umat Islam Jatibarang Muhammad Rifa Wijasmara dengan waktu 10,05 detik.
Sedangkan perlombaan 60 meter putri dimenangkan oleh pelajar SD Santo Yusuf Jatibarang Indira Ramos Pakpahan dengan waktu 10,35 detik, diikuti oleh pelajar SD Negeri 2 Jatibarang Zulian Jasmine dengan waktu 10,38 detik, dan pelajar SD Negeri 2 Jatibarang Ninda. Adapun estafet dimenangkan oleh tim SD Negeri 1 Jatibarang dengan waktu 53,61 detik, SD Negeri 2 Jatibarang dengan waktu 53,95 detik, dan SD Santo Yusuf dengan waktu 54,80 detik.
Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Olahraga, Universitas Negeri Jakarta Mustara Musa mengatakan, secara keseluruhan, dirinya puas melihat antusiasme peserta maupun warga menyambut kejuaraan tersebut. Ini langkah awal untuk lebih mempopulerkan atletik di masyarakat. Sejatinya, atletik adalah olahraga dasar yang harus lebih dahulu dikenalkan dan digeluti masyarakat sebelum beralih ke olahraga lainnya.
”Kalau berbicara potensi atlet, terlalu dini untuk menilai mereka sekarang. Apalagi banyak yang baru pertama kali berlomba. Yang lebih utama, kami ingin anak-anak ini kenal dulu dengan atletik. Kalau sudah senang, kami harapkan mereka lebih giat berlatih. Kemampuan ataupun potensi itu juga akan muncul kalau giat berlatih,” ujarnya.
Menurut Mustara, pihaknya hanya akan menggelar perlombaan itu satu kali saja. Selanjutnya, mereka berharap perlombaan serupa bisa digagas dan dilaksanakan oleh masyarakat ataupun pemerintah setempat. Idealnya, perlombaan seperti itu harus ada setiap tiga bulan sekali. ”Jadi, kami sifatnya hanya merintis. Selanjutnya, kami harap ada iktikad baik dari masyarakat ataupun pemerintah setempat meneruskan upaya ini,” katanya.
Setelah dari Jatibarang, tim Fakultas Ilimu Olahraga UNJ berniat menggelar kejuaraan serupa di salah satu kampung di Pulau Pramuka, Kepulauan Seribu, DKI Jakarta. Rencananya, perlombaan di sana akan dilakukan pada Februari ini. ”Tujuannya kami adalah menyebarkan virus positif ke sebanyak mungkin kampung di Indonesia. Kalau kejuaraan ini bisa mengakar, tidak menutup kemungkinan akan menjadi sumber atlet-atlet baru yang potensial,” tutur Mustara.
Berharap rutin
Ketua panitia perlombaan sekaligus warga Jatibarang Denny Mustajab Ridho menuturkan, warga sangat menyambut positif kegiatan itu. Selain menjadi hiburan, kegiatan itu bisa membina bakat anak-anak setempat. Sebab, dengan konfisi alam yang dekat pantai, secara gen orang-orang Jatibarang ataupun Indramayu punya fisik yang cukup baik.
Daripada anak-anak melakukan kegiatan yang kurang positif, mereka lebih baik untuk mengembangkan bakat di atletik. Apalagi atletik adalah olahraga dasar yang bisa jadi modal untuk beralih ke olahraga lainnya, termasuk olahraga paling favorit di Jatibarang, yakni sepak bola dan bulu tangkis. ”Kami berharap kejuaraan seperti ini bisa diselenggarakan setidaknya dua atau minimal sekali dalam setahun,” ujar Denny.
Wakil Kesiswaan SD Santo Yusuf Jatibarang Hilaria Rini menyampaikan, selama ini, atletik tidak pernah menjadi perioritas di sekolahnya. Sebab, jarang ada perlombaan atletik. Praktis, perlombaan atletik hanya satu dalam setahun, yakni dalam O2SN tingkat kecamatan. Untuk itu, mereka lebih fokus pada renang karena punya perlombaan lebih banyak, yakni bisa 1-5 kali setahun.
”Ini untuk pertama kali sekolah kami ikut perlombaan atletik. Nyatanya, murid-murid kami cukup potensial, yakni dapat emas di nomor putri dan perunggu di estafet. Ke depan, kalau perlombaan atletik seperti ini lebih banyak dan rutin, tak menutup kemungkinan atletik akan menjadi prioritas baru di sekolahan kami,” kata Hilaria.
Indira mengutarakan, ini memang perlombaan atletik pertamanya. Selama ini, dia lebih banyak latihan basket. ”Tapi, ternyata, ikut lomba lari seru juga. Kalau nanti ada lagi lomba seperti ini, saya mau ikut lagi. Kalau ada yang ajak latihan lari, saya juga mau ikut,” tutur siswa kelahiran Cirebon, Jawa Barat, 9 Januari 2009 tersebut.