Sejumlah daerah di semua pulau besar, kecuali di Nusa Tenggara, masih akan dilanda hujan lebat pada pekan depan. Sementara dana desa diizinkan untuk membangun sarana mitigasi bencana.
Oleh
Tim Kompas
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS —Kewaspadaan masyarakat dan pemerintah terhadap bencana terkait dengan cuaca dan musim tidak boleh diturunkan. Hujan lebat disertai petir diperkirakan masih akan mengguyur sejumlah daerah hingga hari Kamis (23/1/2020).
Pada situs Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) disebutkan, awan hujan berpotensi tumbuh di wilayah Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Papua. ”Kami memprakirakan dalam periode sepekan ke depan, curah hujan intensitas lebat yang dapat disertai kilat berpotensi di sejumlah wilayah,” kata Deputi Bidang Meteorologi BMKG R Mulyono R Prabowo, Sabtu (18/1).
Hujan akan melanda mulai dari Aceh, Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Bengkulu, Jambi, Lampung, DKI Jakarta dan semua provinsi di Jawa, sebagian besar Kalimantan dan Sulawesi, Bali, hingga Papua.
Dalam rilis resmi BMKG, prediksi hujan lebat hingga Minggu (19/1) di Jakarta, Bogor, Depok, Bekasi, dan Bogor telah disampaikan. Secara spesifik disebut Jakarta Selatan dan Jakarta Timur.
Penyebabnya curah hujan tinggi.
Pada Sabtu pagi kemarin, hujan lebat mengguyur Jakarta dan daerah tetangga, seperti Tangerang dan Tangerang Selatan. Sejumlah jalan dan permukiman di DKI Jakarta tergenang. Luapan sungai dan saluran air terjadi setidaknya di 17 ruas jalan dan perkampungan. Sabtu sore, rata-rata genangan surut.
Menurut Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta Subejo, jalan tergenang terdapat di lima wilayah DKI Jakarta. Genangan juga muncul di jalan-jalan protokol, seperti Jalan Jenderal Sudirman, Jalan Gatot Subroto, Jalan Letnan Jenderal S Parman, dan Jalan Cikini Raya, dengan ketinggian air hingga sekitar 20 sentimeter.
”Penyebabnya curah hujan tinggi. Rata-rata surut pagi hingga siang pukul 07.00-10.30,” kata Subejo. Genangan terparah di jalan-jalan sekitar Kebayoran Lama dengan ketinggian air sekitar 50 cm di Jalan Pandan dan Jalan Rambai.
Mengantisipasi dampak hujan yang belum puncaknya, Kepala Dinas Sumber Daya Air DKI Jakarta Juaini Yusuf mengatakan, pengerukan dan perbaikan pompa-pompa rusak yang terendam banjir pada
1 Januari lalu terus dilakukan. Dari sekitar 70 pompa rusak, setidaknya 30 pompa telah berfungsi.
Luar Jawa
Hingga kemarin, banjir masih menggenangi empat kecamatan di Samarinda, Kalimantan Timur. BPBD Kota Samarinda mencatat, setidaknya 18.000 jiwa terdampak. Bantuan logistik dan evakuasi warga masih dilakukan tim gabungan TNI, Polri, dan sukarelawan.
Pelaksana Tugas Kepala BPBD Kota Samarinda Hendra AH mengatakan, banjir mulai surut, tetapi masyarakat masih mengungsi ke rumah kerabat dan di tempat ibadah. ”Ketinggian air antara 20 dan 80 sentimeter,” katanya.
Wali Kota Samarinda Syaharie Jaang telah menetapkan status siaga darurat banjir sejak Jumat (17/1) saat berkoordinasi bersama BPBD Samarinda. Fokus pemerintah adalah evakuasi warga dan penyaluran bantuan. Jika seminggu banjir meluas, statusnya jadi darurat banjir.
Banjir di Samarinda akan dikendalikan dengan pengerukan waduk dan pembangunan beberapa embung. Pemprov Kaltim juga akan mengajukan normalisasi Sungai Karang Mumus sebagai proyek strategis nasional.
Kepala Balai Wilayah Sungai Kalimantan III Anang Muchlis mengatakan, pemerintah akan mengeruk sedimentasi Waduk Benanga. ”Tahun ini kami menganggarkan Rp 26 miliar untuk pengerukan waduk dan pembenahan Waduk Benanga. Kini masih dalam proses lelang,” kata Anang.
Di Sumatera Barat, pascabanjir bandang, Kepala Pelaksana BPBD Tanah Datar Thamrin Basroel mengatakan, tim telah menelusuri hulu sungai di Bukit Patah Gigi sekitar 2,8 kilometer dari lokasi banjir bandang. ”Potensi banjir bandang (di Tanjung Sawah dan sekitarnya) masih besar. Dugaan sementara, pemicu banjir bandang adalah tanah labil,” ujarnya.
Banjir bandang merusak 12 bangunan. Belum termasuk kendaraan dan harta meski tidak ada korban jiwa.
Dana desa
Di Palembang, Sumatera Selatan, Menteri Desa, Pembangunan Daerah Tertinggal, dan Transmigrasi Abdul Halim Iskandar mengatakan, dana desa boleh digunakan untuk mitigasi bencana. Besarnya disesuaikan dengan kebutuhan desa.
Saat ini, setidaknya ada 50.000 desa rentan berbagai bencana, seperti banjir, longsor dan kekeringan. Sarana yang bisa dibangun dengan dana desa, kata Abdul Halim, misalnya tempat berkumpul (evakuasi) atau pengungsian sementara desa berisiko banjir.
”Jumlah (dana) yang digunakan tidak dibatasi. Hanya, fasilitas yang dibangun harus efektif, efisien, dan berhasil guna,” kata Abdul Halim.
Di Kendari, Sulawesi Tenggara, hingga kini penyelesaian jalan Trans-Sulawesi yang ambles di Kilometer 22, Konawe, meleset dari target. Pengerjaan baru pada 24 titik dari rencana 204 titik. Akses utama di Sulawesi Tenggara itu pun rentan terdampak jelang puncak musim hujan.
Fasilitas yang dibangun harus efektif, efisien, dan berhasil guna.
Pada Sabtu pagi kemarin, ratusan kendaraan mengantre dari kedua arah di lokasi pengerjaan jalan ambles di Kelurahan Rawua, Sampara. Kendaraan harus melalui jembatan bailey yang masih terpasang di lokasi.
Jalan Trans-Sulawesi, akses utama dari dan menuju Kota Kendari dari arah Sulawesi Selatan dan Sulawesi Tengah, ini ambles, Selasa (2/7/2019). Jalan yang tergerus arus sungai ambles sepanjang 50 meter lebih.
Amblesnya jalan terjadi saat musim hujan. Kerusakan kian berat akibat beban muatan kendaraan di jalan poros itu.
Penanggung Jawab Pelaksanaan Kegiatan Wilayah II Kendari Balai Pelaksanaan Jalan Nasional XXI Rudi Rachdian menjelaskan, penanganan jalan secara permanen meleset dari jadwal karena banyak hal. Padahal, pekerjaan seharusnya tuntas akhir Desember lalu dengan nilai Rp 16,8 miliar.