Makan siang bersama sambil bercengkerama dengan kawan pasti menyenangkan. Apalagi ditemani beragam pilihan menu lezat untuk disantap bersama. Menu-menu Pan Asia bisa menjadi pilihan penggugah selera itu.
Oleh
WISNU DEWABRATA
·5 menit baca
Kebanyakan menu Pan Asia adalah perpaduan menantang dari bermacam tradisi kuliner kawasan Asia, khususnya Asia Tenggara nan eksotis. Restoran dan Bar Double Chin, di Hotel Artotel Jakarta, bisa menjadi salah satu tempat untuk menyantap jenis menu ini.
Restoran ini berlokasi di area strategis MH Thamrin, kawasan urat nadi utama Ibu Kota. Di tempat ini, beragam cita rasa khas sajian kawasan Indochina dan tiga negeri penjaga Selat Malaka—Indonesia, Malaysia, dan Singapura—berpadu apik. Ketiga negeri ini punya kedekatan tradisi kuliner yang berasal dari akar budaya Melayu.
Ada setidaknya 40 macam menu makanan berat dan ringan ditawarkan di restoran dan bar ini. Beberapa di antaranya direkomendasikan oleh Chef Dedy Maulana sebagai pilihan menu makan siang kami, Selasa (14/1/2020).
Secara garis besar restoran baru ini mengusung konsep Asian fusion cuisine. Layaknya hidangan utama ala negeri-negeri kawasan Asia Tenggara, ada dua macam pilihan menu sumber karbohidrat utama yang bisa dicicipi, nasi dan mi. Keduanya diolah dengan beragam variasi bumbu yang kaya dan tambahan sumber protein.
Untuk menu berbasis nasi, Chef Dedy merekomendasikan menu Nasi Ulam Penang. Cara meracik dan memasaknya terbilang unik. Penampilan menu nasi ini memang seperti layaknya nasi goreng biasa. Akan tetapi, sang chef mengolahnya secara berbeda: nasi dicampur dan diaduk bersama beragam jenis bumbu dan mentegasaat masih dalam kondisi panas. Bahan bumbunya, antara lain, bawang putih yang digoreng terlebih dahulu, irisan daun jeruk, daun mint, serta tambahan kecombrang dan pasta jahe.
Tak lupa pula tambahan ikan teri goreng dan lauk cumi bumbu cabai hijau, semakin menambah kenikmatan rasa di lidah. Rasa asin, gurih, asam, serta aroma segar kecombrang dan daun jeruk, membuat suapan demi suapan seolah tak pernah cukup.
”Jadi, nasi putih panasnya tadi diaduk dengan semua bumbunya dan sedikit butter. Dengan cara begitu, nasinya sendiri tidak menjadi kering macam kalau digoreng. Prosesnya juga bisa dilakukan dengan cepat sehingga pelanggan tak perlu menunggu lama,” papar sang chef.
Adapun untuk pilihan karbohidrat lain adalah mi beras berukuran lebar. Untuk mi sejenis kwetiauw ini, Chef Dedy memberi dua macam pilihan cara mengolah, digoreng, atau direbus berkuah. Keduanya sama-sama bercita rasa khas hidangan ”Negeri Gajah Putih”, Thailand, dominan pedas dan asam.
Versi olahan gorengnya dikenal dengan mana Pad Thai yang kaya dengan tambahan beragam isian, seperti sayuran macam taoge, kucai, dan wortel, juga tambahan protein hewani, serta nabati macam telur dadar, daging udang, dan tahu. Semuanya digoreng bersama mi dan bumbu-bumbunya.
”Supaya rasanya lebih gurih saya tambahi juga dengan udang ebi. Sedangkan rasa pedas, spicy, juga diperkaya dengan rasa asam dari tambahan cuka beras. Jika dirasa masih kurang pedas, saat disajikan juga saya tambahkan cabai bubuk ke dalam pad thainya,” papar Chef Dedy.
Bagi mereka yang lebih menyukai hidangan mi berkuah, sang chef merekomendasikan menu Chin’s Spicy Noodles. Seperti terdengar dari namanya, dipastikan rasa pedas terbilang akan mendominasi. Namun, jika dibandingkan, masih tak sepedas menu Pad Thai sebelumnya.
Selain pedas, mi kuah ala Restoran Chin ini juga memiliki cita rasa asam khas ala masakan Thailand. Bahan isian istimewa yang lain berupa suwiran daging sapi. Dari penampilannya, daging sapi tersebut tampak seperti digoreng terlebih dahulu, kemudian disuwir-suwir, lalu dimasukkan ke dalam mi kuahnya.
”Rasa asam kuahnya berasal, terutama dari bahan tomat, dengan sedikit tambahan cuka beras seperti khasnya masakan Thailand. Karena memakai tomat, selain rasa asam, juga terasa ada sedikit manis. Untuk sayurannya saya memasukkan irisan paprika dan bawang Bombay,” rinci sang chef.
Salad daging sapi
Jika Anda sedang berdiet karbohidrat, restoran ini memberi alternatif sajian salad segar daging sapi, juga masih ala Thailand (Thai Beef Salad). Selain sayuran, bahan utama dalam salad ini adalah irisan tipis daging sapi panggang (roasted) bertingkat kematangan sedang (medium).
Irisan daging panggang bersari (juicy) tadi diaduk bersama irisan sayur selada, bawang bombay, paprika, dan timun yang diberi saus siram salad yang khas. Isinya campuran pasta udang, kecap ikan, perasan jeruk nipis, dan gula merah.
Paduan beragam sayuran, irisan tipis daging sapi panggang, serta saus siram asam, manis, dan gurih, terbukti mampu memicu lagi selera makan walau perut sebetulnya sudah menjelang kenyang. Apalagi, salad daging sapi ala Thailand itu juga disajikan secara menarik.
Ditempatkan di dalam ”mangkuk” dari lembaran kertas nasi (rice paper), khas negara-negara kawasan Indochina, yang digoreng terlebih dahulu sehingga menjadi seperti kerupuk gendar di Indonesia. Setelah itu seluruh bahan salad dimasukkan ke dalamnya seolah piring saji.
Selain bisa digoreng, kertas nasi itu juga biasanya dipakai sebagai pembungkus sayuran dan udang pada hidangan seperti lumpia khas Vietnam. Orang Vietnam menamakan kertas nasi tadi dengan sebutan banh uot yang biasanya dikeringkan agar tahan lama disimpan. Bahan ini direndam terlebih dahulu di air hangat sebelum dikonsumsi.
Jika masih ada sedikit sisa ruangan di dalam perut, ada menu penutup yang bisa dipilih. Salah satu andalannya adalah menu kulit ayam goreng tepung dengan celupan (dip) campuran susu dan kuning telur asin.
”Supaya lebih crispy, tepung untuk kulit ayam tadi dibuat dari campuran tepung beras dan terigu, lada, serta garam. Setelah digoreng kulit ayam goreng tepung itu ditambahi lagi dengan bubuk cabai. Rasa pedas bertujuan meningkatkan selera terutama bagi mereka para penyuka pedas,” tambah Chef Dedy.