Revitalisasi Industri Tas Kulit Tanggulangin Ditarget Tuntas Tahun Ini
Seluruh program revitalisasi industri tas dan koper kulit Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, ditargetkan rampung tahun ini.
Oleh
RUNIK SRI ASTUTI
·4 menit baca
SIDOARJO,KOMPAS-Seluruh program revitalisasi industri tas dan koper kulit Tanggulangin, Kabupaten Sidoarjo, Jawa Timur, ditargetkan rampung tahun ini. Program yang berjalan sejak tahun lalu itu mencakup pembenahan fisik bangunan dan kelembagaan yang diharapkan mampu membangkitkan kembali kejayaan industri penggerak perekonomian rakyat.
Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan Sidoarjo Tjarda mengatakan revitalisasi industri tas dan koper kulit Tanggulangin merupakan program dari Kementerian Perindustrian. Revitalisasi fisik di antaranya membangun taman budaya dan pusat kuliner, papan narasi (storyboard dan mural), gapura penanda atau pintu masuk industri, jalur pedestrian, dan workshop perajin.
“Adapun revitalisasi kelembagaan ditempuh dengan memperbaiki manajemen usaha agar fungsi kelembagaan koperasi industri tas dan koper Tanggulangin sebagai asosiasi bisnis lebih maksimal,” ujar Tjarda, di Sidoarjo, Minggu (19/1/2020).
Pada akhirnya, industri tas dan koper kulit Tanggulangin diharapkan mampu menjelma menjadi kawasan wisata terintegrasi; ada wisata belanja, budaya, dan edukasi. Revitalisasi 2019 lalu menghabiskan anggaran Rp 9,5 miliar. Anggaran ini di antaranya untuk membangun gapura masuk Kawasan industri di Jalan Raya Tanggulangin dan jalur pedestrian di sepanjang Desa Kludan.
Revitalisasi dilanjutkan dengan anggaran Rp 3,3 miliar tahun ini. Alokasinya antara lain menyelesaikan pembangunan ruang pamer berupa gedung dua lantai, workshop atau bengkel kerja, dan penyelesaian taman budaya. Peran taman budaya sebagai ruang menampilkan beragam budaya tradisional Tanggulangin dan Sidoarjo pada umumnya.
Revitalisasi industri tas dan koper kulit Tanggulangin juga dibarengi dengan program perbaikan jalan yang menjadi akses utama pengunjung. Jalan raya desa diperbaiki dengan konstruksi cor supaya tidak mudah rusak. Selain itu dibangun saluran drainase agar air tidak menggenangi badan jalan saat hujan. Seluruh anggaran bersumber dari APBD Kabupaten Sidoarjo.
Perajin tas dan koper kulit yang juga Ketua Koperasi Industri Tas dan Koper Tanggulangin (Intako) Mahbub Junaedi mengatakan para perajin menyambut positif program revitalisasi yang dilakukan oleh pemerintah pusat dan daerah. Mereka optimis, revitalisasi mampu menggeliatkan kembali industri kerajinan rakyat yang lesu bahkan sempat terpuruk karena berbagai sebab.
“Selama perbaikan berlangsung, perajin memang mengalami penurunan omset karena aksesibilitas pengunjung yang terkendala. Contohnya saat pembangunan pedestrian dan perbaikan jalan, tingkat kunjungan ke toko-toko menurun,” kata Junaedi.
Perajin percaya penurunan penjualan itu hanya bersifat sementara. Mereka optimis, kunjungan ke sentra industri dan penjualan akan jauh lebih ramai setelah revitalisasi rampung. Alasannya, Kawasan industri lebih tertata, cantik, dan bersih. Pusat-pusat kegiatan juga lebih banyak.
Jatuh Bangun Diterpa Badai
Industri tas dan koper kulit Tanggulangin merupakan sentra kerajinan skala rumah tangga yang ada sejak 1960-an. Sentra industri ini dikembangkan oleh para mantan pekerja pabrik kulit di Surabaya yang berupaya membangun kemandirian usaha. Seiring waktu, usaha mereka semakin berkembang karena kualitas produk bagus namun harganya terjangkau.
Pada 1976 berdiri Koperasi Intako dengan tujuan menjembatani kepentingan para perajin. Setidaknya, ada lembaga yang mempersatukan para perajin sehingga produk mereka tidak mudah dipermainkan oleh tengkulak. Saat awal berdiri, anggota koperasi ini hanya 27 orang dan sekarang berkembang lebih dari 300 perajin atau unit usaha.
Setiap unit usaha itu mempekerjakan minimal 10 orang hingga ratusan orang. Itu belum termasuk usaha yang memproduksi komponen pendukung. Produk yang dihasilkan pun semakin beragam tidak hanya tas dan koper melainkan ada sabuk, jaket, dan dompet dengan bahan kulit.
Industri tas dan koper kulit Tanggulangin sempat berjaya dan menjadi ikon ekonomi rakyat di Sidoarjo bahkan Jatim. Perputaran uangnya mencapai puluhan miliar rupiah per hari. Industri ini mulai redup saat diterpa krisis ekonomi yang berdampak pada daya beli masyarakat.
Namun terpaan krisis itu berhasil dilalui dengan baik. Terpaan badai terbesar justru terjadi saat lumpur menyembur di bumi Sidoarjo. Secara geografis, lokasi industri tidak tenggelam. Namun, lokasinya dekat dengan pusat semburan sehingga pengunjung dari luar daerah memilih menghindari berbelanja ke sana.
Saat semburan lumpur mereda dan dampak semburan mulai tertangani dengan baik oleh pemerintah, para perajin merangkak bangkit. Namun, belum lagi berdiri tegak, perajin harus menghadapi gempuran produk tas murah dari China.