Saluran Tersambar Petir, Listrik Empat Kabupaten Padam
Ribuan rumah di empat kabupaten/kota di Kalimantan Tengah tak dapat dialiri listrik akibat salah satu Saluran Udara Tegangan Tinggi tersambar petir, Minggu (19/1/2020).
Oleh
DIONISIUS REYNALDO TRIWIBOWO
·2 menit baca
PALANGKARAYA, KOMPAS – Salah satu Saluran Udara Tegangan Tinggi di Jalur Kalimantan Selatan dan Kalimantan Tengah tersambar petir, Minggu (19/1/2020). Hal itu menyebabkan ribuan rumah di empat kabupaten/kota di Kalimantan Tengah tak dapat dialiri listrik.
Muhammad Rusdi (46), pedagang Soto Banjar di Jalan Rajawali, Kota Palangkaraya, mengungkapkan, di jalur rumahnya, listrik mulai padam sekitar pukul 17.30 WIB. Tak hanya warung makannya, hal serupa juga terjadi di semua rumah di sekitar tempatnya tinggal dan berjualan.
Pasti merugikan sekali karena pelanggan tidak mau masuk.
“Ini semua jalur padam listriknya. Saya tak punya generator, jadi pakai lilin. Pasti merugikan sekali karena pelanggan tidak mau masuk,” ungkap Rusdi.
Pada waktu bersamaan, di Kabupaten Katingan, Ubendri (32), warga Kasongan, mengungkapkan, pemadaman juga terjadi di wilayah yang berjarak 86 kilometer dari Kota Palangkaraya itu. “Dalam seminggu terakhir juga sering pemadaman bergilir karena lagi perawatan katanya,” ujarnya.
Deddy Yunarto dari Bagian Humas PT PLN Wilayah Palangkaraya menjelaskan, salah satu Saluran Udara Tegangan Tinggi (SUTT) di wilayah Desa Barikin tersambar petir. Jalur tersebut merupakan jalur penyuplai listrik dari Kalimantan Selatan ke Kalimantan Tengah.
Atas kejadian itu, empat kabupaten/kota terdampak pemadaman listrik, yakni Kota Palangkaraya, Kabupaten Katingan, Kabupaten Kotawaringin Timur, dan Kabupaten Seruyan. “Tak hanya Kalteng, beberapa wilayah di Kalsel juga terdampak,” jelas Deddy.
Deddy menambahkan, SUTT yang tersambar petir berkapasitas 150 kilovolt (KV). Setidaknya, terdapat tujuh gardu induk yang terdampak oleh rusaknya SUTT tersebut. Ketujuh gardu induk itu menyuplai listrik untuk ribuan sambungan pelanggan, termasuk rumah dan bangunan umum.
Deddy menjelaskan, gardu induk merupakan penerima dan penyuplai utama daya listrik. Jika ada gangguan, maka pihaknya akan mematikan gardu induk yang bermasalah dan gardu induk lainnya yang berhubungan. Satu gardu induk bisa menyuplai ribuan rumah. “Saat ini kami masih berupaya memperbaiki jalur yang bermasalah. Teknisi sudah berada di lokasi,” katanya.
Sampai saat ini, kebutuhan listrik masyarakat Kalteng masih bergantung pada beberapa pembangkit listrik di Kalsel. Untuk itu, dalam Rencana Usaha Penyediaan Tenaga Listrik (RUPTL) 2016-2025, PT PLN sedang membangun tujuh pembangkit listrik di Kalteng.
Rincian pembangkit listrik yang sedang dibangun adalah PLTMG dan PLTU di Bangkanai, Barito Utara, dengan total kapasitas 295 megawatt (MW); PLTU Mentaya Hilir (50 MW); PLTU Kalselteng I (200 MW), dan PLTU Kalselteng II (200 MW.
Selain itu, ada pula PLTU Kalselteng III (200 MW) dan PLTU Pulang Pisau (120 MW). Beberapa pembangkit yang sedang dibangun merupakan lanjutan proyek dari Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral.