Virus korona merupakan jenis virus yang menyebabkan sejumlah penyakit, mulai dari flu biasa sampai penyakit lebih parah, seperti sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan sindrom pernapasan akut parah (SARS-CoV).
Oleh
Deonisia Arlinta
·4 menit baca
Belum tuntas mengatasi wabah SARS dan MERS, dunia kembali dikejutkan dengan temuan penyakit serupa di Wuhan, China. Organisasi Kesehatan Dunia melaporkan, penyakit ini disebabkan oleh virus dari keluarga besar yang sama dengan SARS dan MERS, yakni virus korona, tetapi dengan galur (strain)baru yang belum pernah ditemukan pada manusia.
Laporan pertama diterima WHO dari otoritas China pada 31 Desember 2019. Sedikitnya 41 orang dilaporkan terinfeksi virus korona tipe baru (2019 novel coronavirus/2019-nCoV) di kota Wuhan, Provinsi Hubei, China.
Sebagian besar pasien merupakan pekerja Pasar Grosir Makanan Laut Huanan di kawasan tersebut. Tujuh pasien di antaranya dalam kondisi kritis dan dua orang meninggal. Kedua orang yang meninggal berusia lanjut dengan riwayat penyakit penyerta.
Setelah Pemerintah China melakukan deteksi secara masif, seperti yang ditulis BBC, sudah lebih dari 200 kasus yang terdeteksi saat ini. Sebagian besar kasus ditemukan di Wuhan, tetapi meluas ke Beijing, Shanghai, dan Shenzhen. Kasus serupa dilaporkan di Jepang, Thailand, dan Korea Selatan.
Kasus di Jepang dilaporkan oleh Kementerian Kesehatan Jepang pada 15 Januari 2020. Pasien tersebut berusia 30-39 tahun yang terdeteksi setelah melakukan perjalanan ke Wuhan pada akhir Desember.
Pasien itu mengaku tidak mengunjungi pasar grosir makanan laut ataupun pasar hewan hidup lainnya di Wuhan, China. Namun, ada indikasi berhubungan dekat dengan seseorang yang mengalami pneumonia.
Tanda dan gejala klinis yang dialami oleh pasien antara lain demam, batuk, dan pilek serta pada beberapa kasus ditemukan mengalami kesulitan bernapas. Pada kasus yang lebih parah, infeksi dari virus korona tipe baru ini bisa menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, hingga kematian.
Sampai sekarang belum diketahui secara pasti infeksi ini merupakan penyakit menular langsung antarmanusia atau bersumber dari binatang (zoonosis). Hal ini karena banyak dari pasien memiliki hubungan erat dengan pasar makanan laut ataupun hewan, tetapi beberapa pasien lain sama sekali tidak terpapar hewan.
Direktur Jenderal Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Tedros Adhanom Ghebreyesus mengatakan, pihaknya akan berkonsultasi dengan anggota Komite Darurat untuk segera melakukan pertemuan. Kekhawatiran saat ini adalah potensi penyebaran virus ke seluruh dunia.
Meski begitu, WHO tidak mengeluarkan rekomendasi pembatasan perjalanan ataupun perdagangan atas kasus di Wuhan. Kewaspadaan tetap harus ditingkatkan mengingat kasus yang pernah terjadi sebelumnya, seperti MERS dan SARS, dengan kemungkinan terjadi penyebaran dari orang ke orang secara terbatas.
Menurut Pusat Kontrol dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), investigasi lebih lanjut terkait penyebaran virus ini masih diperlukan. Hal itu terkait dengan tingkat keparahan penyakit, cara penularan, penanggulangan infeksi, serta kepastian inang dari virus korona tipe baru. Akses ke urutan genetik lengkap dari virus ini sangat dibutuhkan untuk membantu identifikasi infeksi di masa yang akan datang.
Penyebab sejumlah penyakit
Virus korona merupakan jenis virus yang menyebabkan sejumlah penyakit, mulai dari flu biasa sampai penyakit yang lebih parah, seperti sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan sindrom pernapasan akut parah (SARS-CoV). Sementara virus korona tipe baru yang ditemukan di Wuhan, China, adalah anggota baru dari kelompok beta virus korona yang belum diidentifikasi sebelumnya pada manusia.
Umumnya, virus korona ditularkan antarhewan. Jarang terjadi virus korona yang ditularkan dari hewan ke manusia, seperti pada SARS, MERS, dan penyakit akibat virus korona baru yang ditemukan di Wuhan ini. Biasanya, hewan yang menularkan adalah unta, kucing, dan kelelawar.
Pengajar pada Departemen Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (FKUI-RSCM), Erlina Burhan, menuturkan, masyarakat diimbau tidak terlalu panik dengan adanya kasus virus korona tipe baru tersebut. Apabila merujuk pada kasus sebelumnya, kali ini tidak separah kasus SARS dan MERS.
Lebih penting agar masyarakat paham tanda dan gejala yang ditimbulkan sehingga bisa segera memeriksakan diri. Kasus yang perlu dicurigai terinfeksi virus korona jika mengalami infeksi saluran pernapasan akut berat dengan riwayat demam dan batuk.
Gejala itu semakin perlu diwaspadai, apalagi memiliki riwayat melakukan perjalanan ataupun tinggal di Wuhan, China, dalam waktu 14 hari sebelum gejala timbul. Empat belas hari merupakan masa inkubasi dari virus korona. Virus korona penyebab penyakit di Wuhan merupakan jenis baru sehingga belum bisa dicegah dengan vaksin yang ada saat ini.
Antisipasi Indonesia
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono menuturkan, pemerintah sudah melakukan antisipasi untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiapsiagaan dalam menghadapi masuknya virus korona tipe baru ke Indonesia. Surat edaran terkait hal tersebut telah diterbitkan ke seluruh kepala dinas kesehatan provinsi, kabupaten, dan kota; rumah sakit rujukan, serta kantor kesehatan pelabuhan.
Petugas di pintu perbatasan negara, seperti pelabuhan dan bandara yang dijaga oleh kantor kesehatan pelabuhan, diminta meningkatkan kewaspadaan dengan mengaktifkan thermal scannerdan memberikan kartu peringatan kesehatan (HAC) kepada penumpang, terutama penumpang yang langsung datang dari China.
”Tindakan sederhana yang bisa dilakukan untuk mengurangi risiko penularan dengan menghindari tempat-tempat yang berisiko, seperti pasar hewan ataupun pasar ikan yang ada di Wuhan, China. Jika terpaksa, gunakan masker dan segera cuci tangan setelah melakukan aktivitas,” tutur Anung.