Musim ini, Chelsea ibarat menjadi “pencandu gol” striker Tammy Abraham. Mereka perlu mendatangkan penyerang baru yang spesial untuk mengurangi ketergantungan terhadap striker muda mereka itu.
Oleh
Yulvianus Harjono
·4 menit baca
NEWCASTLE, MINGGU — Chelsea, tim peringkat keempat Liga Inggris, takluk 0-1 dari tim papan bawah, Newcastle United, Minggu (19/1/2020) dini hari WIB. Padahal, di laga itu, ”The Blues” tampil dominan, menciptakan 19 peluang gol dan mengendalikan 70 persen penguasaan bola.
Sebaliknya, meskipun tampil minimalis dan defensif, tuan rumah Newcastle meraih tiga poin secara dramatis lewat gol Isaac Hayden di menit injury time 90+4. ”Kami harus mencetak lebih banyak gol dari lini depan jika ingin menggapai target yang diinginkan,” ujar Manajer Chelsea Frank Lampard yang tampak frustrasi pada laga itu.
Perasaan frustrasi Lampard itu bisa dimaklumi. Meskipun membombardir pertahanan ”The Magpies” dengan banyak peluang, serangan Chelsea jauh dari efektif, apalagi efisien. Hanya empat tembakan yang tepat mengarah ke gawang Newcastle. Semua tendangan ke gawang itu pun dibuat Tammy Abraham, tidak ada dari pemain The Blues lainnya.
Statistik itu hanyalah salah satu contoh tingginya ketergantungan Chelsea kepada Abraham musim ini. Dari 39 gol yang dicetak Chelsea di Liga Inggris musim ini, sepertiga atau 13 gol di antaranya datang dari striker yang masih berusia 22 tahun itu. Diakui Lampard, timnya tidak lagi boleh terlalu bergantung gol kepada striker yang masih sangat belia itu.
Ketergantungan tinggi terhadap satu pemain itu membuat Chelsea mudah diprediksi lawan-lawannya. Muncul stereotip bahwa menjinakkan Chelsea musim ini hanyalah cukup dengan menghentikan atau mengawal khusus Abraham.
”Kami tidak boleh terlalu bergantung kepada Abraham. Musim ini ia memang fantastis, tetapi kami butuh gol dari para penyerang lainnya,” kata Lampard kemudian.
Sebetulnya, Chelsea berlimpah penyerang. Sayangnya, belum ada yang sekonsisten Abraham. Sempat berkilau di awal musim, Mason Mount tidak lagi pernah membuat gol di Liga Inggris sejak awal Desember 2019. Begitu pula dengan Willian, penyerang sayap. Ia baru mengemas empat gol sejauh ini.
Adapun penyerang serba bisa, Cristian Pulisic, tidak bisa berkontribusi banyak akhir-akhir ini karena tengah dibekap cedera otot kaki. Pencetak lima gol di Liga Inggris itu baru bisa bergabung kembali dengan The Blues pada pertengahan Februari. Sementara itu dua striker senior, Olivier Giroud dan Michy Batshuayi, kemungkinan meninggalkan The Blues pada bursa pemain bulan ini.
Menurut Ian Wright, mantan pemain Liga Inggris, Chelsea perlu mendatangkan satu penyerang spesial di jendela transfer Januari ini. The Blues diperbolehkan membeli pemain di jendela transfer musim dingin menyusul dikabulkannya banding mereka terkait sanksi dari FIFA. Namun, sejauh ini, belum satu pun pemain baru yang mereka beli pada Januari ini.
”(Laga kontra) Newcastle membuktikan mereka (Chelsea) butuh pemain spesial yang mampu membuka pertahanan lawan tim yang defensif seperti itu. Mereka tidak memilikinya saat ini,” ungkap Wright seperti dikutip Football-London.
Lampard sependapat dengan pemikiran Wright. Seusai dibekap Newcastle, mantan kapten Chelsea itu dikabarkan meminta petinggi klubnya mendatangkan penyerang baru yang sesuai kebutuhannya. Tiga nama pun muncul dalam daftar permintaan Lampard, yaitu Jadon Sancho (Borussia Dortmund), Moussa Dembele (Olympique Lyon), dan Timo Werner (Red Bull Leipzig).
Kutukan berlanjut
Ekspresi frustrasi juga diperlihatkan Manajer Manchester City Pep Guardiola saat timnya ditahan Crystal Palace, 2-2, di Stadion Etihad. Sempat unggul 2-1. The Citizens kehilangan poin akibat gol bunuh diri bek dadakannya, Fernandinho, pada menit akhir laga itu. City pun terancam semakin tertinggal jauh dari Liverpool, pemuncak klasemen yang menghadapi Manchester United, Minggu malam.
Hasil imbang di Etihad itu sekaligus menunjukkan eksisnya kutukan menarik di City. Guardiola menjadi manajer kelima yang selalu gagal memberikan kemenangan untuk City pada hari ulang tahunnya sejak 1995. Pengalaman serupa sebelumnya dialami oleh Brian Horton, Joe Royle, Mark Hughes, dan Roberto Mancini.
”Sangatlah sulit menganalisisnya (penyebab kegagalan menang) mengingat mereka (Palace) hanya punya satu tembakkan, yaitu lewat sepak pojok. Tidak ada lagi peluang gol lainnya dari mereka. Sebaliknya, kami memiliki begitu banyak peluang,” ungkap Guardiola yang mulai menyerah dengan perburuan trofi juara Liga Inggris musim ini. (AFP)