Kasus virus korona jenis baru kembali bertambah. Menjelang libur Imlek akhir pekan ini, sejumlah negara kian intensif menapis penumpang berasal dari Wuhan, China.
BEIJING, SENIN—Sejumlah negara di Asia dan beberapa kota di Amerika Serikat meningkatkan kewaspadaan terhadap penyebaran virus korona jenis baru dari Wuhan, Provinsi Hubei, China. Penapisan penumpang pesawat dari Wuhan intensif dilakukan.
Mike Turner, Direktur Sains Wellcome, sebuah yayasan riset independen di Inggris, Senin (20/1/2020), mengatakan, salah satu konsekuensi dari semakin terkoneksinya dunia adalah suatu wabah berpotensi menyebar luas lebih cepat dibandingkan 50 tahun silam. ”Kita lebih khawatir dibandingkan tiga hari yang lalu,” katanya.
Di Hong Kong, seorang pejabat kesehatan menyampaikan, penapisan di bandar udara tak hanya dilakukan terhadap penumpang dari kota Wuhan, tetapi juga dari Provinsi Hubei.
Sementara di Makau, petugas kesehatan menapis suhu badan penumpang yang tiba dari Wuhan. Langkah serupa juga sudah dilakukan Thailand, Jepang, Korea Selatan, dan Singapura.
Bandara di tiga kota di AS, yakni New York, Los Angeles, dan San Francisco, juga meningkatkan kewaspadaan. ”Situasinya serius,” ujar Nancy Messonnier, Direktur Pusat Nasional Imunisasi dan Penyakit Pernapasan, seperti dikutip The New York Times, Jumat (17/1).
Pusat Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS juga menerjunkan sekitar 100 ahli kesehatan ke bandara di kota-kota tersebut. Dalam beberapa minggu ke depan, diperkirakan ada 5.000 penumpang dari Wuhan tiba di tiga kota tersebut.
Korban bertambah
Hari Senin, Komite Kesehatan Wuhan melaporkan adanya 136 kasus baru sehingga total ada 198 pasien yang tertular virus korona jenis baru. Selain itu, korban meninggal pun bertambah satu sehingga total ada tiga orang meninggal karena virus ini.
Di luar Wuhan, kasus virus korona jenis baru dilaporkan juga muncul di Beijing (5 kasus) Guangdong (15 kasus), dan Shanghai (1 kasus). Tujuh kasus terduga juga tersebar di Sichuan, Yunnan, dan Shanghai.
Menurut Komisi Kesehatan Shanghai, kasus pertama tersebut menimpa perempuan berusia 56 tahun yang berasal dari Wuhan. Sejak dirawat di rumah sakit, Rabu (15/1), kondisi vital pasien ini stabil. Adapun dua orang yang berkontak dengannya masih diobservasi.
Kemarin, Korea Selatan juga melaporkan adanya kasus virus korona jenis baru positif pada seorang perempuan warga Wuhan berusia 35 tahun yang kini sudah dirawat di rumah sakit.
Melalui hasil studi mereka, para ilmuwan di MRC Centre for Global Infectious Disease Analysis di Imperial College di London, memperingatkan, jumlah kasus di Wuhan bisa mencapai 1.700 kasus.
Seperti disiarkan oleh stasiun televisi CCTV, Presiden China Xi Jinping menekankan kesehatan dan keselamatan warganya sebagai prioritas. ”Merebaknya virus korona jenis baru di Wuhan dan tempat lain harus direspons serius,” ujar Xi.
Ia juga memerintahkan jajarannya untuk memberikan informasi yang tepat kepada publik dengan cepat.
Karakter virus
Di tengah terus bertambahnya kasus virus korona jenis baru positif, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum memiliki informasi cukup tentang virus ini, bagaimana ia menyebar, dan bagaimana mengobatinya.
Menurut Arnaud Fontanet, Kepala Departemen Epidemiologi Institut Pasteur, Paris, Perancis, virus korona jenis baru ini merupakan strain ketujuh dari famili virus korona yang diidentifikasi para ahli.
Virus baru ini, secara genetik, 80 persen identik dengan virus penyebab sindrom pernapasan akut parah (SARS). Namun, virus baru ini dalam bentuknya yang sekarang dinilai ”lebih lemah” dibandingkan SARS. Meski begitu, tidak tertutup kemungkinan virus berevolusi dan menjadi lebih ganas.
”Kami pikir kemungkinan sumber penularan adalah hewan yang dijual di pasar dan dari sana menyebar ke manusia,” kata Fontanet.
(AP/AFP/REUTERS/ADH)