Korban Terakhir Ditemukan, Proses Pencarian Dihentikan
Tim SAR gabungan, pada Selasa (21/1/2020) siang, menemukan satu korban terakhir dalam peristiwa putusnya Jembatan Gantung Cawang di Desa Manau Sembilan, Kecamatan Padang Guci Hulu, Kabupaten Kaur, Bengkulu.
Oleh
RHAMA PURNA JATI
·2 menit baca
KAUR, KOMPAS — Tim SAR gabungan, Selasa (21/1/2020) siang, menemukan satu korban terakhir dalam peristiwa putusnya Jembatan Gantung Cawang di Desa Manau Sembilan, Kecamatan Padang Guci Hulu, Kabupaten Kaur, Bengkulu. Korban bernama Ivan ditemukan dalam kondisi meninggal. Dengan penemuan ini, pencarian korban selama dua hari terakhir pun dihentikan.
Total sebanyak 10 orang tewas dan 20 orang lainnya selamat dalam musibah pada Minggu (19/1) sore itu. Komandan Pos SAR Manna, yang juga menjadi komandan tim pencarian korban putusnya Jembatan Cawang, Suarlin Dani, mengatakan, timnya menemukan Ivan sekitar 13 kilometer dari lokasi putusnya jembatan.
Tidak ada lagi laporan kehilangan dari pihak keluarga. Karena itu, proses pencarian kami hentikan.
Saat ini, tim sedang berupaya mengevakuasi jenazah korban. Dengan penemuan jenazah Ivan, proses pencarian pun resmi dihentikan. ”Tidak ada lagi laporan kehilangan dari pihak keluarga. Karena itu, proses pencarian kami hentikan,” katanya.
Selanjutnya, tim SAR gabungan yang terdiri dari personel Basarnas Bengkulu, TNI, Polri, BPBD Kaur, dan tim dari terkait lainnya akan melakukan evaluasi selama proses pencarian. Suarlin mengatakan, dalam proses pencarian, pihaknya mengalami kendala derasnya arus sungai, terutama pada hari kedua pencarian. Kendala lain adalah tidak menentunya cuaca.
Untuk pencarian hari ini, menurut Suarlin, kondisi cuaca lebih baik dan cerah. Arus sungai pun tidak sederas dua hari terakhir. ”Saya berharap proses evakuasi korban terakhir dapat berjalan dengan baik,” katanya.
Suarlin mengungkapkan, setelah dievakuasi, jenazah akan langsung diserahkan kepada pihak keluarga untuk kemudian dimakamkan. Adapun 20 korban selamat sudah kembali ke rumahnya masing-masing.
Camat Padang Guci Hulu Arbi Syairani mengungkapkan, setelah kejadian ini, pihaknya akan membatasi kunjungan pariwisata di kawasan tersebut. Selama ini, jembatan gantung dengan bentang 60 meter dan lebar 1,5 meter tersebut menjadi tempat bagi wisatawan untuk berfoto.
Tidak hanya jembatan gantung, kawasan ini juga memiliki daya tarik lain, yakni air terjun dan fasilitas arum jeram. Selama musim hujan, kunjungan wisatawan akan dibatasi. Arbi menduga putusnya jembatan gantung itu disebabkan tidak kuat menahan beban. ”Tali sling jembatan lepas dari tiang penyangganya,” katanya.
Sebelum jembatan itu putus, diperkirakan ada 30 orang yang berada di jembatan, yakni 20 orang duduk di pinggiran jembatan dan 10 lainnya berdiri di tengah jembatan. ”Ke-10 orang inilah yang menjadi korban tewas,” kata Arbi.
Pasca-putusnya jembatan, aktivitas warga masih berjalan karena masih ada dua jembatan lain yang dapat digunakan sebagai akses penyeberangan sungai. Jembatan itu menjadi penghubung antara perkampungan dengan lahan pertanian dan perkebunan warga di sisi seberang sungai.