Pengawasan Penularan Virus Korona Tipe Baru Makin Ketat
Kesiapan untuk menghadapi pandemi akibat virus korona tipe baru ini sudah dilakukan dari lintas program ataupun lintas sektor. Kementerian Kesehatan telah mengaktifkan kembali 100 rumah sakit rujukan.
Oleh
Deonisia Arlinta
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Pemerintah memperketat pengawasan untuk mencegah penyebaran virus korona tipe baru dari Wuhan, China. Ini dilakukan setelah otoritas China melaporkan adanya indikasi kuat penularan antarmanusia.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono saat ditemui di Jakarta, Selasa (21/1/2020), menyampaikan, pemerintah telah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengantisipasi penyebaran virus korona tipe baru (2019-novel coronavirus/2019-nCoV) yang semakin meluas. Peningkatan kewaspadaan tersebut termasuk untuk menyiapkan peningkatan lalu lintas orang dari Indonesia ke China ataupun sebaliknya menjelang Tahun Baru Imlek akhir pekan ini.
”Tanpa maksud diskriminasi, kami sudah meminta semua petugas di pintu perbatasan negara untuk melakukan pengawasan yang lebih pada pendatang yang berasal dari China. Ini penting dilakukan setelah otoritas China menyampaikan adanya kemungkinan penularan antarmanusia,” katanya.
Pusat Penegahan dan Pengendalian Penyakit (CDC) AS secara resmi melaporkan saat ini sudah terkonfimasi lebih dari 200 orang yang terinfeksi virus korona tipe baru. Dari jumlah itu, empat orang meninggal dengan penyakit penyerta. Selain itu, kasus serupa juga dikonfirmasi ditemukan di Jepang, Thailand, dan Korea Selatan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebutkan, virus korona tipe baru yang ditemukan pertama kali di Wuhan berasal dari keluarga besar yang sama dengan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan sindrom pernapasan akut parah (SARS-CoV). Namun, virus ini memiliki galur (strain) yang belum pernah ditemui pada manusia.
Anung mengatakan, kesiapan untuk menghadapi pandemi akibat virus korona tipe baru ini sudah dilakukan dari lintas program ataupun lintas sektor. Kementerian Kesehatan telah mengaktifkan kembali 100 rumah sakit rujukan yang sebelumnya disiapkan untuk menghadapi wabah SARS pada 2007.
Pada 7 Januari 2020, pemerintah juga sudah meminta rumah sakit tersebut untuk memperbarui kemampuan, logistik, serta prosedur operasional standar terkait antisipasi virus korona tipe baru. Klinik swasta serta rumah sakit swasta pun telah diminta turut terlibat mengantisipasi adanya temuan infeksi virus ini di Indonesia.
Selain itu, invetarisasi kesiapan farmasi dan alat kesehatan juga sudah dilakukan. WHO sampai saat ini belum memberikan panduan klinis yang spesifik untuk menangani pasien yang terinfeksi virus korona tersebut. Sejumlah negara yang sudah menangani pasien terinfeksi pun menyatakan penanganan masih dilakukan dengan terapi konvensional untuk sindrom pernapasan pada umumnya.
”Kami juga sudah meminta Rumah Sakit Penyakit Infeki Sulianti Saroso untuk mengecek kesiapan. Pihak rumah sakit pun sudah menyatakan sanggup memenuhi sarana dan prasana sebagai pusat rujukan infeksi nasional,” tuturnya.
Alat pemindai diaktifkan
Anung menambahkan, peningkatan kewaspadaan juga sudah dijalankan di 135 pintu masuk negara, baik melalui jalur udara, laut, maupun darat dengan pengawasan dari petugas Kantor Kesehatan Pelabuhan. Selain mengaktifkan alat pemindai suhu tubuh (thermal scanner), pemberian kartu kewaspadaan kesehatan (HAC) juga diberikan kepada seluruh pendatang yang berasal dari China.
Kartu tersebut berisikan informasi kesehatan terkait penularan virus korona tipe baru lengkap dengan gejala ataupun tanda yang bisa ditimbulkan. Harapannya, apabila selama masa inkubasi virus sekitar 10-14 hari, orang tersebut mengalami tanda ataupun gejala tersebut bisa langsung tanggap dan memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan. Petugas kesehatan yang mendapatkan kartu tersebut juga bisa lebih waspada adanya penularan virus korona.
”Para petugas di lapangan juga sudah siap dengan alat pelindung diri terstandar untuk mencegah adanya penularan dari pendatang. Jumlah yang tersedia dipastikan mencukupi. Selain itu, disinfektan juga sudah disiapkan,” kata Anung.
Berkait peringatan terbaru tersebut, Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Bandara Soekarno-Hatta Anas Ma’ruf menyatakan, selain mengaktifkan mesin pemindai suhu tubuh, petugas juga akan lebih ketat memeriksa pendatang yang menunjukkan gejala ataupun tanda penularan virus korona. Apabila pendatang mengalami batuk, pilek, ataupun sulit bernapas akan dilakukan pemeriksaan lebih lanjut oleh petugas. Jika perlu akan dilakukan karantina ataupun pemeriksaan laboratorium.
Untuk kedatangan penumpang dari China melalui Bandara Internasional Soekarno-Hatta, Tangerang, Banten, Anas menyampaikan, ada sekitar 4.500-6.000 penumpang per hari. Adapun penerbangan langsung dari Wuhan ke Jakarta belum ada hingga saat ini.
”Kewaspadaan semakin ditingkatkan karena ada kemungkinan penambahan penumpang dari China langsung ataupun transit di Soetta menjelang Imlek,” ujarnya.
Pencegahan
Anung menuturkan, WHO sampai sekarang belum mengeluarkan pembatasan ataupun larangan perjalanan ke China ataupun negara yang ditemukan adanya kasus virus korona tipe baru. Namun, ia menegaskan agar masyarakat tetap mengutamakan prinsip kehati-hatian dalam perjalanan untuk mencegah penularan infeksi virus tersebut. Prinsip hidup bersih sehat seperti mencuci tangan setelah berpergian serta menggunakan masker sebagai perlindungan perlu diutamakan.
”Jika memang tidak ada kepentingan disarankan tidak melakukan perjalanan ke negara dengan persoalan kesehatan, seperti infeksi novel coronavirus ini. Kalaupun harus berkunjung ke negara tersebut sebaiknya hindari tempat berkumpul banyak orang karena sudah ada laporan penularan dari orang ke orang,” tuturnya.