Pemerintah China mengonfirmasi virus korona yang menyebar di China hingga tiga negara Asia lainnya dapat menular langsung antarmanusia. Temuan ini memicu kekhawatiran akan terjadinya wabah besar.
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·4 menit baca
BEIJING, SELASA — Pemerintah China mengonfirmasi virus korona yang menyebar di China hingga tiga negara Asia lainnya dapat menular langsung antarmanusia. Temuan ini memicu kekhawatiran akan terjadinya wabah besar, seperti SARS dan MERS, menjelang tahun baru Imlek.
Peneliti Komisi Kesehatan Nasional China, Zhong Nanshan, mengatakan, melihat gejala yang terjadi saat ini, pasien dapat tertular virus baru tanpa berkunjung ke Wuhan, kota di Provinsi Hubei, tempat virus korona tipe baru itu ditemukan. Pakar menduga pasar makanan laut di Wuhan sebagai lokasi pusat penyebaran.
”Saat ini, secara afirmatif dapat dikatakan ada fenomena penularan dari manusia ke manusia,” kata Zhong, peneliti terkenal yang membantu mengungkap skala wabah SARS, kepada CCTV, Senin (20/1/2020).
Zhong melanjutkan, di Guangdong, terdapat dua pasien yang tertular dari sejumlah anggota keluarga yang berkunjung ke Wuhan. Selain itu, 14 tenaga medis yang merawat pasien virus korona juga ikut tertular. Meskipun begitu, 95 kasus dari total kasus memang berkaitan dengan kunjungan ke Wuhan.
Sebelumnya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, penyebaran virus korona dari hewan merupakan sumber utama penyebaran yang paling mungkin. Beberapa kasus penularan antarmanusia dapat terjadi lewat kontak dekat.
Tanda dan gejala klinis yang dialami pasien di antaranya demam, batuk, dan pilek serta beberapa kasus ditemukan mengalami kesulitan bernapas. Pada kasus lebih parah, infeksi dari virus korona tipe baru ini bisa menyebabkan pneumonia, sindrom pernapasan akut, gagal ginjal, hingga kematian.
Potensi penyebaran antarmanusia memicu kekhawatiran akan terjadi wabah besar. Apalagi, jutaan orang diprediksi akan melakukan liburan pada tahun baru Imlek yang akan mulai pada pekan ini. Wuhan, dengan 11 juta penduduk, berfungsi sebagai pusat utama transportasi sehingga ratusan juta warga akan melewatinya ketika mengunjungi keluarga.
Sejak kasus virus korona mengemuka, total jumlah kasus meningkat menjadi 218 orang. Jumlah itu meningkat setelah sejumlah kasus baru ditemukan di Wuhan (136 kasus), Beijing (5 kasus), Guangdong (15 kasus), dan Shanghai (1 kasus). Sejumlah kasus terduga juga tersebar di Sichuan, Yunnan, dan Shanghai.
Di luar China, Korea Selatan, Senin (20/1/2020), melaporkan kasus pertama seorang perempuan yang terbang dari Wuhan. Thailand dan Jepang mengonfirmasi tiga kasus dari orang yang baru berkunjung ke China.
Korban meninggal pun bertambah menjadi tiga orang, dengan korban terbaru meninggal di Wuhan. Komisi Kesehatan Nasional China, Minggu (19/1/2020), menyatakan, epidemi tersebut masih dapat dikendalikan.
Akan tetapi, sejumlah peneliti dari Pusat MRC untuk Analisis Penyakit Menular Global di Imperial College, London, memperingatkan, jumlah kasus di Wuhan kemungkinan lebih tinggi daripada angka resmi pemerintah. Dalam sebuah makalah yang terbit pekan lalu, jumlah kasus dapat mencapai 1.700 kasus.
Prioritas utama
Presiden Xi Jinping, Senin (20/1/2020), mengatakan, perlindungan warga harus menjadi prioritas utama. Selain itu, penyebaran epidemi harus ditanggulangi dengan tegas.
”Perlu untuk merilis informasi tentang epidemi secara tepat waktu dan memperdalam kerja sama internasional. Kami memastikan warga akan memiliki Festival Musim Semi yang stabil dan damai,” ujar Xi, dikutip dari CCTV.
Pihak berwenang di Wuhan memasang termometer inframerah di bandara dan stasiun kereta api di seluruh kota. Mereka juga mendata penumpang yang demam untuk diberi masker dan dibawa ke fasilitas kesehatan.
Di Hong Kong, pejabat kesehatan memperluas pemeriksaan kepada seluruh orang yang datang tidak hanya dari Wuhan, tetapi Provinsi Hubei. Sejumlah bandara di Thailand, Jepang, Korea Selatan, dan Amerika Serikat juga melakukan pemeriksaan terhadap penumpang.
Virus korona baru memicu kekhawatiran besar karena memiliki koneksi dengan sindrom pernafasan akut parah (SARS). SARS menewaskan hampir 650 orang di seluruh daratan China dan Hong Kong selama 2002-2003. Tabloid Global Times menyerukan penanganan yang lebih baik bagi virus korona dibandingkan dengan SARS.
Namun, kasus virus korona tampaknya tidak memperlambat liburan tahunan warga. Beberapa pelancong mengenakan masker di stasiun kereta api Beijing dan Shanghai yang ramai.
”Melihat berita, saya merasa sedikit khawatir. Tetapi, saya belum mengambil tindakan pencegahan selain memakai masker biasa,” ujar Li Yang (28), seorang manajer, dalam perjalanan untuk perayaan tahun baru Imlek di utara Mongolia Dalam.
Pertemuan darurat
WHO menyatakan, komite darurat akan mengadakan pertemuan pada Rabu (22/1/2020) untuk membahas virus korona di Geneva. Pertemuan itu akan menentukan apakah WHO akan mengumumkan wabah tersebut sebagai wabah darurat bagi kesehatan masyarakat internasional.
Dalam bahasa WHO, istilah itu merujuk pada peristiwa luar biasa ketika wabah tersebut memiliki risiko bagi negara lain karena menyebar secara internasional. Untuk itu, peristiwa tersebut membutuhkan respons internasional yang kuat.
WHO hanya menggunakan istilah tersebut beberapa kali. Beberapa di antaranya ketika penyebaran H1N1 atau flu babi pada 2009, wabah ebola pada 2014-2016, virus zika pada 2016, dan wabah ebola pada 2018. (AFP)