Antisipasi Penyebaran Virus
Pemerintah Indonesia meningkatkan kewaspadaan terhadap masuknya virus korona tipe baru. Hal itu menyusul adanya laporan bahwa virus itu menular antarmanusia.
JAKARTA, KOMPAS —Pemerintah Indonesia memperketat pengawasan terhadap penyebaran virus korona tipe baru dari Wuhan, China. Itu dilakukan setelah otoritas pemerintah setempat melaporkan indikasi kuat penularan antarmanusia.
Menurut Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan Anung Sugihantono, di Jakarta, Selasa (21/1/2020), pemerintah menyiapkan sejumlah strategi untuk mengantisipasi penyebaran virus korona tipe baru (2019-novel coronavirus/2019-nCoV) yang meluas ke sejumlah negara.
Peningkatan kewaspadaan dilakukan untuk mengantisipasi peningkatan perputaran manusia dari Indonesia ke China ataupun sebaliknya menjelang Tahun Baru Imlek akhir pekan ini. ”Kami minta petugas di pintu perbatasan negara memperketat pengawasan terhadap pendatang atau orang yang baru bepergian dari China,” kata Anung.
Sejauh ini, menurut Komisi Kesehatan Nasional China, enam orang meninggal dan 291 tertular virus korona baru. Di China, selain di Wuhan, kasus positif terdeteksi di Beijing, Shanghai, Guangdong, dan Zhejiang. Di luar China, tercatat lima kasus di Korea Selatan, Jepang, Thailand, dan Taiwan.
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyebut virus korona tipe baru yang ditemukan pertama kali di Wuhan berasal dari keluarga besar yang sama dengan sindrom pernapasan Timur Tengah (MERS-CoV) dan sindrom pernapasan akut parah (SARS-CoV). Namun, virus ini memiliki galur (strain) belum pernah ditemui pada manusia.
Lintas program
Anung mengatakan, kesiapan menghadapi pandemi akibat virus korona tipe baru ini dilakukan lintas program ataupun lintas sektor. Kementerian Kesehatan mengaktifkan kembali 100 rumah sakit rujukan yang sebelumnya disiapkan untuk menghadapi wabah SARS pada 2007. Pada 7 Januari 2020, pemerintah meminta rumah sakit rujukan itu memperbarui kemampuan, logistik, dan prosedur standar operasi antisipasi virus korona tipe baru. Klinik swasta serta RS swasta diminta terlibat mengantisipasi infeksi virus ini.
Selain itu, inventarisasi kesiapan farmasi dan alat kesehatan dilakukan. WHO belum memberi panduan klinis spesifik untuk menangani pasien terinfeksi virus korona itu. Di sejumlah negara, pasien terinfeksi mendapat terapi sindrom pernapasan pada umumnya.
Sejauh ini, WHO belum mengeluarkan pembatasan ataupun larangan perjalanan ke China dan negara yang ada kasus virus korona tipe baru. Namun, warga diimbau hati-hati bepergian ke negara yang ada kasus virus korona itu dengan cuci tangan setelah bepergian dan memakai masker. ”Hindari tempat berkumpul banyak orang,” ujar Anung.
Perbatasan
Anung menambahkan, peningkatan kewaspadaan dijalankan di 135 pintu masuk negara, melalui jalur udara, laut, dan darat dengan pengawasan dari petugas kantor kesehatan pelabuhan. Selain mengaktifkan alat pemindai suhu tubuh (thermal scanner), pemberian kartu kewaspadaan kesehatan (HAC) diberikan kepada semua pendatang dari China.
Kartu itu berisi informasi kesehatan terkait penularan virus korona tipe baru dan gejalanya. Harapannya, jika selama masa inkubasi virus 10-14 hari penumpang mengalami gejala penyakit itu, bisa periksa ke fasilitas kesehatan. ”Para petugas siap dengan alat pelindung diri untuk mencegah penularan dari pendatang. Disinfektan pun disiapkan,” kata Anung.
Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I Bandara Soekarno-Hatta Anas Ma’ruf menyatakan, petugas juga lebih ketat memeriksa pendatang dengan gejala penularan virus korona. Pendatang yang mengalami batuk, pilek, atau sulit bernapas diperiksa petugas. Jika perlu, pasien menjalani karantina.
Setiap hari, ada 4.500-6.000 penumpang dari China melalui Bandara Soekarno-Hatta. Adapun penerbangan langsung dari Wuhan ke Jakarta belum ada. ”Kewaspadaan ditingkatkan karena ada kemungkinan penambahan penumpang dari China langsung atau transit di Soekarno-Hatta jelang Imlek,” tuturnya.
Kewaspadaan juga ditingkatkan di sejumlah bandara di beberapa daerah, antara lain di Bandara Adi Soemarmo, Solo; Bandara Sam Ratulangi, Manado; dan Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai, Denpasar, Bali.
Di Manado, Kepala KKP Kelas II Manado Yohanis Rapa Patari mengatakan, hanya ada satu alat pemindai suhu tubuh yang dioperasikan, satu alat lain rusak. Alat itu digunakan di lantai dasar dan lantai satu terminal kedatangan internasional Bandara Sam Ratulangi. ”Penumpang dari delapan kota di China datang di lantai atas karena pesawat mereka tersambung garbarata,” katanya.
Di Bali, KKP Kelas I Denpasar bersama Dinas Kesehatan Provinsi Bali dan instansi terkait mengantisipasi masuknya virus korona tipe baru ke Bali, terutama melalui Bandara Gusti Ngurah Rai. Dua alat pendeteksi suhu tubuh diaktifkan di terminal kedatangan internasional sejak Sabtu (4/1).
Kepala Bidang Upaya Kesehatan Lintas Wilayah Kantor Kesehatan Pelabuhan Kelas I Denpasar Putu Alit Sudarma mengatakan, deteksi dini juga dilakukan melalui pengawasan informasi dokumen pernyataan umum dari tiap penerbangan dari China.
Pemerintah Kota Batam, Kepulauan Riau, memperketat pengawasan terhadap kedatangan orang asing. Dua rumah sakit ditunjuk menyiapkan ruang isolasi pasien. Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Batam Didi Kusmarjadi, belum ditemukan tanda virus itu menyebar hingga Batam.
Penularan antarmanusia
Risiko penyebaran virus korona baru dari Wuhan kian besar menyusul dikonfirmasinya penularan dari manusia ke manusia. Konfirmasi itu disampaikan peneliti di Komisi Kesehatan Nasional China, Zhong Nanshan, Senin (20/1) malam. ”Ada fenomena penularan dari manusia ke manusia,” katanya.
Sebagai bukti, dua pasien positif virus korona baru di Guangdong tertular dari keluarganya yang berkunjung ke Wuhan. Selain itu, 14 tenaga kesehatan yang merawat pasien positif di Wuhan tertular. Mereka tidak pernah ke pasar ikan Huanan sebelumnya.
Sementara WHO menyatakan, belum cukup informasi untuk menyimpulkan cara penyebaran virus ini. Juru bicara WHO, Tarik Jasarevic, memperingatkan kasus baru bisa muncul di negara lain.
Direktur Jenderal WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus, melalui Twitter, menyatakan akan mengadakan pertemuan dengan Komite Kedaruratan WHO untuk memastikan merebaknya kasus penyakit akibat virus korona baru merupakan kedaruratan kesehatan warga yang jadi perhatian internasional. Pertemuan itu juga untuk minta rekomendasi ahli menanggulangi penyebaran virus tersebut.
(TAN/COK/NDU/RWN/OKA/ADH/AP/REUTERS/AFP)