Kewaspadaan terhadap masuknya virus korona dilakukan di Bandara Sam Ratulangi, Manado. Pihak berwenang pun mengintensifkan pemeriksaan suhu tubuh terhadap penumpang dari luar negeri, terutama dari China.
Oleh
Kristian Oka Prasetyadi
·5 menit baca
MANADO, KOMPAS – Sulawesi Utara mewaspadai masuknya penyakit pneumonia yang diduga diakibatkan virus korona jenis baru dari Wuhan, Provinsi Hubei, China. Penapisan penumpang diintensifkan dengan alat pemindai suhu tubuh. Para wisatawan mancanegara dari China juga dipantau dengan diberi kartu kesehatan khusus.
General Manager Bandara Sam Ratulangi Manado Minggus Gandeguai mengatakan, alat thermal scanner telah siap dan selalu difungsikan di terminal kedatangan internasional. Alat itu telah rutin digunakan sejak November 2019 sebelum kabar tentang virus korona jenis baru di Wuhan menyebar.
“Kami sudah siap justru sejak adanya kabar penyebaran virus polio jenis berbeda dari Filipina. Sekarang, ruang pemeriksaan telah disiapkan di dalam terminal. Untungnya, sejauh ini belum ada sama sekali penumpang yang dikarantina,” kata Minggus, Selasa (21/1/2020).
Sejak awal Januari, Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Kementerian Kesehatan telah meminta seluruh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) di Indonesia mencegah masuknya kasus pneumonia berat dari luar negeri, termasuk China. Namun, Kemenkes belum memastikan penyakit tersebut disebabkan virus korona baru yang kini terdaftar di GenBank sebagai 2019-nCoV.
Kepala KKP Kelas II Manado Yohanis Rapa Patari mengatakan, saat ini hanya ada satu thermal scanner yang dioperasikan. Satu lagi thermal scanner yang telah berusia lima tahun sedang rusak. Karena itu, alat tersebut digunakan di lantai dasar dan lantai satu terminal kedatangan internasional sesuai jadwal kedatangan pesawat.
“Penumpang dari delapan kota di China datang di lantai atas karena pesawat mereka tersambung garbarata. Penumpang dari Davao, Filipina, pesawatnya lebih kecil, ATR 72-600, sehingga lewat lantai bawah. Jadi, thermal scanner itu kami pindahkan ke pintu masuk terminal yang digunakan sesuai jadwal kedatangan,” kata Yohanis.
Alat berbentuk tiang dengan kaki beroda itu dilengkapi kamera serta monitor. Saat para penumpang masuk, kamera akan memindai suhu tubuh mereka secara otomatis. Indikasi suhu tubuh akan tampak di atas kepala mereka di monitor.
Yohanis mengatakan, penumpang dengan suhu tubuh di atas 38 derajat celsius akan dihentikan petugas KKP. Ada ruang isolasi di dalam terminal yang telah disediakan untuk melaksanakan wawancara dan pemeriksaan kesehatan dasar.
“Penumpang yang kami periksa di ruang isolasi bisa saja terkena penyakit lain. Kami tanyai soal aktivitas dan interaksinya serta riwayat perjalanannya sebelum datang ke Manado. Kalau hasil pemeriksaan mencurigakan, akan langsung kami rujuk ke RSUP Kandouw,” kata Yohanis.
Hingga Senin (20/1), tercatat 198 kasus infeksi virus korona jenis baru di Wuhan dengan tiga korban meninggal. Virus ini juga telah menyebar ke Beijing (5 kasus), Guangdong (15 kasus), dan Shanghai (1 kasus). Ada tujuh kasus terduga pula di Sichuan, Yunnan, dan Shanghai. Beberapa kasus juga ditemui di Thailand, Singapura, Jepang, dan Korea Selatan.
Menurut Yohanis, kasus ini tidak dapat dipandang sebelah mata. Meskipun tidak ada penerbangan langsung dari Wuhan ke Manado, ada kota-kota lain di sekitar Wuhan yang terkoneksi langsung ke ibu kota Sulut, seperti Xi’an, Changsha, dan Nanjing. Apalagi, virus ini terbukti dapat menular langsung dari manusia.
Sektor pariwisata memang harus tumbuh, tapi penanganan penyakit tidak bisa dilonggarkan.
Ditemukannya kasus-kasus di Singapura dan Thailand yang memiliki penerbangan langsung ke Wuhan menunjukkan penyebaran kasus cukup cepat. “Kalau ada satu saja yang tertular, akan timbul kepanikan di Sulut, bahkan Indonesia. Sektor pariwisata memang harus tumbuh, tapi penanganan penyakit tidak bisa dilonggarkan,” katanya.
Selain dengan thermal scanner, para penumpang dari China akan diberi kartu kesehatan khusus (health alert card) yang berlaku selama dua pekan. Yohanis meminta pegiat pariwisata, seperti agen dan pemandu, untuk meminta para wisatawan menyimpan kartu tersebut selama berlibur di Sulut.
Kartu itu wajib digunakan saat memeriksakan diri di fasilitas kesehatan terdekat. “Itu untuk memantau pergerakan penumpang yang mungkin tidak terdeteksi oleh thermal scanner. Bisa saja penumpang sudah terinfeksi, tetapi virus masih dalam masa inkubasi,” kata Yohanis.
Pemerintah provinsi pun mewaspadai risiko penyebaran virus korona ini. Namun, masyarakat diminta untuk tidak khawatir seperti disampaikan Kepala Bidang Pencegahan Penyakit Dinas Kesehatan Sulut dr Steaven Dandel, apalagi belum ditemukan satu pun kasus di Indonesia.
“Angka kematian akibat virus itu tergolong rendah. Sejauh ini, hanya ada tiga penderita virus itu yang meninggal di China. Itu pun disebabkan penyakit kronis lainnya,” kata Steaven.
Di samping itu, puskesmas dan rumah sakit di seluruh wilayah Sulut telah diminta untuk mewaspadai peningkatan kasus influenza. Jika terjadi peningkatan, tim dari Dinas Kesehatan Sulut akan turun untuk memverifikasi jenis virus yang diidap para penderita.
“Kami juga sudah menyiapkan obat Tamiflu (Oseltamivir). Memang, belum ada laporan ilmiah soal efektivitasnya melawan virus korona. Tapi, masyarakat tidak perlu khawatir karena tingkat fatalitas virus itu rendah,” katanya.
Di saat yang sama, pemprov tidak bermaksud mempersempit pintu kedatangan bagi wisman asal China. Staf Khusus Gubernur Sulut Bidang Pariwisata Dino Gobel mengatakan, pemerintah membidik kedatangan 400.000 wisatawan mancanegara pada 2023 dengan menambah penerbangan langsung dari China. Rombongan wisman pertama dari Hangzhou tiba di Manado, Sabtu (18/1).
Menjelang Imlek, Pemprov Sulut akan bekerja sama dengan Kemenpar untuk menggelar acara di Manado, Rabu (29/1). Acara itu ditargetkan mendatangkan sekitar 2.000 wisman China.
Menurut catatan Badan Pusat Statistik (BPS) Sulut, sepanjang Januari-November 2019 tercatat kedatangan 118.844 wisman. Jumlah wisman asal China pun mendominasi, yaitu 105.738 orang atau 88,9 persen dari semua kedatangan.