Ketika Keindahan Harus Dipadu Kesiagaan...
Kapal pinisi yang ditumpangi wartawan peliput kegiatan kepresidenan terbalik. Foto kapal tenggelam secara dramatis yang diambil salah seorang petugas di kawasan wisata Labuan Bajo pun dalam sekejap menjadi viral.
Kapal pinisi yang ditumpangi wartawan peliput kegiatan kepresidenan terbalik. Foto kapal tenggelam secara dramatis yang diambil salah seorang petugas di kawasan wisata Labuan Bajo pun dalam sekejap menjadi viral.
Semua media berlomba untuk mewartakannya. Melihat foto tersebut, keluarga, kerabat, dan teman semua langsung lemas dan khawatir. Telepon seluler pun berdering tak henti diterima jurnalis yang kebetulan bertugas meliput saat itu dan mengalami musibah.
Presiden Joko Widodo juga baru saja meninggalkan Labuan Bajo saat peristiwa itu terjadi. Sehari sebelumnya, Presiden Jokowi berlayar dengan kapal pinisi lainnya yang serupa, tetapi berukuran lebih besar di kawasan pariwisata tersebut. Presiden dan para menteri memang tengah mempersiapkan pembenahan Labuan Bajo sebagai kawasan wisata premium. Terutama untuk digunakan pada pertemuan 20 negara-negara maju dan berkembang dalam Konferensi G-20.
Baca juga: Target 2023, Labuan Bajo Tuan Rumah KTT G-20
Labuan Bajo dulu dikenal dengan binatang komodonya. Namun, setelah penutupan Pulau Komodo untuk konservasi komodo, berbagai keindahan di Labuan Bajo mulai ditampilkan ke permukaan. Keindahan Pulau Padar, Pink Long Beach, Pulau Kanawa, Gili Laba, Air Terjun Cunca Wulang, Goa Rangko, dan Goa Batu Cermin baru sebagian yang bisa disebut. Untuk melihat komodo, wisatawan bisa mengunjungi pulau-pulau lain yang juga habitat komodo, seperti Pulau Rinca.
Labuan Bajo dulu dikenal dengan binatang komodonya. Namun, setelah penutupan Pulau Komodo untuk konservasi komodo, berbagai keindahan di Labuan Bajo mulai ditampilkan ke permukaan. Keindahan Pulau Padar, Pink Long Beach, Pulau Kanawa, Gili Laba, Air Terjun Cunca Wulang, Goa Rangko, dan Goa Batu Cermin baru sebagian yang bisa disebut.
Kunjungan kerja Presiden Jokowi ke Labuan Bajo dimulai Minggu (19/1/2020). Sore hari, Presiden menaiki kapal pinisi Plataran Felicia dan menikmati senja. Senin (20/2/2010) pagi, Presiden dan Nyonya Iriana kembali menaiki kapal itu dan memantau keindahan pesiar Labuan Bajo sembari mengecek hambatan wisata ataupun masalah-masalah yang masih ada.
Dalam dua pelayaran tersebut, wartawan yang juga sudah tiba di Labuan Bajo sejak Minggu sore menggunakan pesawat komersial, belum dilibatkan dalam peliputan. Rombongan jurnalis terpisah dari rombongan Presiden Jokowi yang sebelumnya menggunakan Pesawat Kepresidenan BBJ 737-800.
Hal itu karena agenda Presiden Jokowi disebutkan masih intern. Begitu istilah yang digunakan Biro Pers Sekretariat Presiden untuk beberapa agenda peliputan kepresidenan. Wartawan baru bisa mendekat ke lokasi rapat terbatas menjelang kapal Presiden Jokowi merapat kembali ke dermaga.
Masalah sampah, ketersediaan air, infrastruktur, penataan lokasi wisata, dan lingkungan dibahas sekaligus dalam rapat terbatas tersebut. Presiden dan para menteri juga sempat meninjau lokasi pembangunan Pelabuhan Multiguna Wae Kelambu dan creative hub di Puncak Waringin serta meresmikan Kawasan Terpadu Marina Labuan Bajo.
Pada hari terakhir, Presiden membagikan sertifikat hak atas tanah kepada 1.500 warga Kabupaten Manggarai Barat. Sebagian warga yang datang dari Desa Momol, misalnya, menempuh delapan jam perjalanan untuk menghadiri acara ini. Mereka gembira karena mendapat sertifikat setelah sebelumnya merasa tak mungkin mengurus administrasinya karena jarak yang terlampau jauh.
Agenda terakhir
Pembagian sertifikat sebelumnya menjadi acara terakhir saat kunjungan kerja Presiden kali itu. Beberapa menit setelah pukul 10.00, Presiden pun kembali ke Jakarta. Wartawan peliput —Desca Natalia (Kantor Berita Antara), Edho Ferdihamzah (TVRI), Anyndika Pribadi (SCTV), Agus Rahmat (Vivanews), Sri Krismastianto (Berita Satu), Lisza (Liputan6), dan saya—disertai seorang pendamping dari Biro Pers, Nita Sari, mendapat tawaran untuk mencoba pinisi menuju Pulau Bidadari.
Baca juga: Banyak Nakhoda Kapal Wisata Belum Paham Jalur Aman di Labuan Bajo
Hal ini tentu akan memperdalam liputan sekalian mengisi waktu sebelum pesawat kepulangan ke Jakarta take off pukul 15.15 WIB. Pengalaman wisata Labuan Bajo bisa menjadi bahan tulisan menarik, apalagi Presiden Jokowi juga sudah mencobanya. Begitulah pertimbangan para jurnalis berlayar dengan pinisi.
Selasa pagi memang sempat hujan, tetapi cuaca kemudian berubah cerah kembali. Kami pun kemudian dibolehkan menaiki kapal Plataran Bali, pinisi yang lebih kecil tetapi sangat lengkap dan nyaman fasilitasnya, mulai dari dapur mungil, dek untuk duduk-duduk dan menikmati pemandangan, hingga kamar tidur berkapasitas empat orang.
Saat itu, cuaca cerah. Laut tenang. Angin tak terasa kencang, ombak pun pelan. Kami yang berencana kembali ke Jakarta pada sore hari, memilih pelayaran pendek. Karena itu, nakhoda dan pemandu hanya membawa kapal ke arah Pulau Bidadari dan setelahnya berbalik kembali.
Saat pelayaran pulang inilah, cuaca berubah. Angin tiba-tiba bertiup kencang. Kru kapal segera menurunkan layar. Angin terasa kencang yang terlihat dari kibaran layar ketika ditarik para kru kapal. Saya yang sebelumnya banyak merekam kegiatan di pinisi ini, berhenti saat akan mengambil gambar kru menggulung layar. Telepon pintar sudah di genggaman.
Namun, saya yang berada di lambung kiri tiba-tiba melihat air mulai masuk dari arah kiri. Tak berapa lama kapal terguling. Saya pun berenang menghindar. Tak tahu berapa banyak air laut masuk ke mulut sampai saya mendapat pegangan di salah satu bagian pinggiran kapal. Saat berpegangan, barulah saya mencari teman-teman. Semua terlihat ada di sekitar kapal kendati beberapa tampak panik.
Namun, saya yang berada di lambung kiri tiba-tiba melihat air mulai masuk dari arah kiri. Tak berapa lama, kapal terguling. Saya pun berenang menghindar. Tak tahu berapa banyak air laut masuk ke mulut sampai saya mendapat pegangan di salah satu bagian pinggiran kapal. Saat berpegangan, barulah saya mencari teman-teman.
Salah seorang pemandu, Jack, menenangkan mereka yang panik dan saling membantu dengan kru lain menangani penumpang-penumpang ini. Kru lain segera membuka kapal sekoci yang segera terkembang. Satu per satu dari kami masuk ke sekoci. Kru pun meminta speedboat segera dikirimkan, tetapi sepertinya kondisi kami sudah terpantau dari daratan. Sepertinya hanya beberapa menit, dua speedboat sudah tiba. Sebagian penumpang diselamatkan speedboat pertama. Saya dan Desca menaiki speedboat kedua bersama kru kapal yang tersisa untuk kembali ke daratan. Kapal pinisi akhirnya tenggelam di tengah laut setelah kami meninggalkannya.
Melalui keterangan pers, Deputi Protokol, Pers, dan Media Sekretariat Kepresidenan Bey T Machmudin menyatakan, peristiwa tersebut terjadi di luar agenda kepresidenan. Sebab, seusai acara terakhir di Labuan Bajo, yaitu penyerahan sertifikat hak atas tanah untuk rakyat pada Selasa pagi, Presiden Jokowi dan Ibu Iriana langsung menuju Bandar Udara Komodo untuk kembali ke Jakarta.
Dijelaskan Bey, saat peristiwa terjadi, petugas pantai di Hotel Plataran mengupayakan penyelamatan korban. Dengan menggunakan speedboat, mereka membawa rombongan wartawan ke daratan. Setibanya di Hotel Plataran, para wartawan langsung diperiksa oleh tim dokter dari RS Siloam Labuan Bajo.
Bey juga menjelaskan, kapal yang membawa wartawan tersebut bukanlah pinisi yang digunakan oleh Presiden Jokowi selama berada di Labuan Bajo. Sehari sebelumnya, kapal tersebut digunakan oleh Menteri BUMN Erick Thohir serta Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Siti Nurbaya Bakar.
Nyawa manusia memang paling utama. Jack menegaskan hal itu saat masih di speedboat. Namun, sedih dan terpukul tak bisa dihilangkan dari raut para awak kapal saat kapal kebanggaan mereka tenggelam. ”Kapal itu rumah kami, jadi memang nyawa selalu nomor satu, tapi tetap saja kehilangan rumah itu sangat menyedihkan,” ujarnya.
Baca juga: Kapal Terbalik di Labuan Bajo, Rombongan Wartawan Istana Selamat
Di Plataran Komodo, Dewi dan Yoshua Makes sudah menunggu kami dan mengecek kondisi semua penumpang yang selamat. Tim dokter juga dipanggil untuk memeriksa beberapa teman wartawan yang tampak terguncang dan mengalami lecet serta memar saat menyelamatkan diri dari kapal yang tenggelam.
Kesigapan petugas di Plataran Komodo sesungguhnya sangat menenangkan sekaligus menjadi contoh bahwa sektor pariwisata Labuan Bajo siap menghadapi kondisi darurat. Semua berlangsung sangat cepat. Para kru sigap membantu penumpang. Pengiriman speedboat Plataran untuk mengevakuasi juga tak lama. Barangkali itulah hikmah dari peristiwa yang para jurnalis peliput acara kepresidenan alami.
Kesigapan petugas di Plataran Komodo sesungguhnya sangat menenangkan sekaligus menjadi contoh bahwa sektor pariwisata Labuan Bajo siap menghadapi kondisi darurat. Semua berlangsung sangat cepat. Para kru sigap membantu penumpang. Pengiriman speedboat Plataran untuk mengevakuasi juga tak lama. Barangkali, itulah hikmah dari peristiwa yang para jurnalis peliput acara kepresidenan alami.
Namun, tentu berbagai antisipasi perlu diperkuat. Untuk itu pula, Presiden Jokowi meminta Badan Nasional Penanggulangan Bencana dan Badan SAR Nasional memperkuat timnya di Labuan Bajo. Menciptakan rasa aman dan kenyamanan wisatawan. Tentu barang-barang milik wartawan yang ikut tenggelam harus diganti karena barang-barang itu, selain ada yang milik pribadi, juga milik kantor.
Musibah memang bisa terjadi kapan pun dan di mana pun. Namun, kesigapan untuk mengatasi berbagai hal tak terduga menjadi kuncinya. Sebab, Labuan Bajo tak bisa disangkal memang indah dan sangat mengandalkan alam. Suatu hari nanti, saya akan kembali menikmati keindahan Labuan Bajo lagi. Tak ada alasan pengalaman tenggelamnya kapal yang saya naiki membuat Labuan Bajo harus ditinggalkan. (NTA)