Boleh jadi pentingnya kekuatan udara di masa damai berhenti sebatas sebagai topik kajian. Di masa lalu, kajian keilmuan melahirkan pemikir kekuatan udara yang masyhur di masa lalu.
Oleh
Ninok Leksono
·2 menit baca
Boleh jadi pentingnya kekuatan udara di masa damai berhenti sebatas sebagai topik kajian. Di masa lalu, kajian keilmuan melahirkan pemikir kekuatan udara yang masyhur seperti halnya Giulio Douhet (1869-1930) dari Italia dan William L Mitchell (1879-1936) dari AS.
Di Indonesia, Bapak TNI AU Suryadarma (1912-1975), dan di era berikutnya mendiang Marsekal Saleh Basarah, Kepala Staf Angkatan Udara (KSAU) 1973-1977, dikenal sebagai pemikir bidang kekuatan udara (air power). Marsekal Saleh Basarah juga mendirikan APCI (Air Power Center of Indonesia).
Lama tak terdengar kegiatannya, setahun lalu KSAU 2002-2005, Marsekal (Purn) Chappy Hakim, mendirikan ICAP (Indonesia Center for Air Power Studies) atau Pusat Studi Air Power Indonesia (PSAPI) yang tujuannya serupa, yakni mengadakan kajian ilmiah tentang berbagai aspek kekuatan udara.
"Memperingati hari jadinya yang pertama, anggota ICAP berkumpul, membahas topik-topik aktual di Jakarta, Kamis (16/1/2020)"
Memperingati hari jadinya yang pertama, anggota ICAP berkumpul, membahas topik-topik aktual di Jakarta, Kamis (16/1/2020). Selain tentang peran pesawat terbang (TNI AU) dalam penerapan Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) terkait masalah banjir, ICAP juga membahas masalah FIR (flight information region) dalam konteks pengamanan di kawasan zona ekonomi eksklusif Natuna Utara, serta refleksi peristiwa masa lalu, yakni Insiden Bawean pada 2003.
Rutin bertemu bulanan, ICAP melahirkan buletin tiga bulanan, dan dalam pertemuan terakhir juga diluncurkan buku Bunga Rampai Dirgantara Indonesia. Produk literasi seperti itulah yang diinginkan Chappy Hakim. Dalam buku ini, masalah penguasaan ruang udara RI oleh Singapura banyak mendapat sorotan.
Selain itu, juga ada ulasan mengenai masa depan industri kedirgantaraan Amerika Serikat, Boeing, setelah dua musibah yang melibatkan produk baru yang sebelumnya amat diandalkan, yakni Boeing 737 MAX.
Hadir dalam diskusi, antara lain, pakar hukum internasional UI, Hikmahanto Juwana, yang banyak menguraikan tentang masalah perairan Natuna dan upaya pengamanannya, dan mantan Panglima Komando Pertahanan Udara Nasional Marsekal Madya (Purn) Wresniwiro.