Ketangguhan ibu dan anak di Cirebon, Jawa Barat, terbukti ketika menggagalkan perampokan. Namun, tanpa mitigasi kejahatan yang tepat, semua itu tetap meninggalkan trauma.
Oleh
abdullah fikri ashri
·4 menit baca
Ketangguhan ibu dan anak berhasil menggagalkan rencana perampokan menggunakan senjata tajam di Cirebon, Jawa Barat. Namun, tanpa mitigasi kejahatan yang tepat, semua itu tetap saja rentan meninggalkan trauma.
Yusni Widya Utami (22) sontak berhenti menikmati makan seblak ketika golok mengalung di lehernya. Jantungnya berdegup tak karuan. Air matanya jatuh. Bibirnya bergetar. Mulutnya dibekap. Suaranya hilang entah ke mana.
”Kalau enggak mau diapa-apain, diam kamu!!!” ucap Yusni, menirukan ucapan RS (28), perampok yang menyatroni rumahnya di RT 004 RW 002 Dusun 1, Desa Kepongpongan, Kecamatan Talun, Kabupaten Cirebon, Senin (20/1/2020) pagi. RS membekap mulut dan mengancam Yusni dengan golok.
Senin sore, di antara jejak ingatan sekaligus trauma yang masih segar, Yusni sempat pasrah dan mengikuti perintah RS untuk berjalan mundur. Melihat Yusni menuruti perintahnya, RS melepaskan golok dari leher korban.
Yusni tak menyia-nyiakan kesempatan itu. Melihat golok tak lagi di lehernya, mahasiswi Universitas Soedirman, Purwokerto, itu pun membalikkan badan, menjegal kaki RS, lalu membantingnya. Rebutan golok sempat terjadi. Naas, golok RS menyabet telunjuk tangan kanan Yusni. Darahnya bercucuran.
Elis Aryani (48), ibunya, yang sedang menjemur pakaian di luar pun kaget mendengar keributan dan melihat anaknya bergulat dengan RS. Istri Inspektur Satu Jojo Sutarjo yang bertugas di Direktorat Reserse Kriminal Khusus Kepolisian Daerah Jabar itu pun langsung membantu anaknya.
”Saya injak perutnya dan piting tangannya. Dia (RS) minta ampun,” ucapnya. Jari manis tangan kiri Elis turut terluka akibat golok. Naluri menyelamatkan anaknya membuat luka itu tak dirasa.
”Setelah 10 menit dan perampok berhasil dilumpuhkan, saya lari ke depan rumah, berteriak minta tolong,” ucap Yusni. Sejumlah tetangga, termasuk anggota Brimob yang membawa pistol, pun meringkus RS. Yusni dan ibunya lolos dari ancaman perampokan.
Sementara itu, RS digelandang ke Polsek Talun, sekitar 2 kilometer dari tempat kejadian. Sandal abu-abu kusam milik RS tertinggal di teras. Dari jejaknya, warga Kecamatan Sumber itu diduga masuk melalui pintu dapur setelah menaiki pagar setinggi 1,5 meter.
Jika ingin mencuri, dia bisa saja membawa kabur sepeda motor di dekat teras. Namun, tidak dilakukan. ”Dia memang mau merampok kami. Untungnya, enggak ada barang yang dia ambil,” kata Yusni.
Setelah 10 menit dan perampok berhasil dilumpuhkan, saya lari ke depan rumah, berteriak minta tolong. (Yusni Widya Utami)
Beruntungnya lagi, Yusni punya kemampuan dasar karate. Bapaknya yang juga pelatih karate membekalinya jurus dasar, seperti membanting lawan, sejak ia SD. Meskipun ketakutan, mahasiswi semester VII itu sekuat tenaga berusaha berpikiran tenang.
”Saya nangis kepikiran ibu saya nanti diapa-apain,” katanya. Kecintaan kepada ibunya telah mengalahkan ketakutan terhadap ancaman golok RS. Sebaliknya, perhatian Elis kepada anaknya membuatnya dia tidak merasakan sakit akibat sabetan golok di jemarinya.
Kepala Polsek Talun Ajun Komisaris Sudarman membenarkan kejadian tersebut. Namun, pihaknya belum bisa berkomentar banyak karena masih mengumpulkan sejumlah bukti. ”Untuk sementara, pelaku beraksi sendirian,” ucapnya.
Akan tetapi, RS diduga bukan pemain baru. Dia berusaha keras menyamarkan tindakannya. Saat menyelinap ke rumah Yusni, ia mengenakan topeng. Seluruh jari bagian atas tangannya juga ditempel perban. Cara ini biasanya digunakan untuk menyembunyikan sidik jari pelaku.
Elis juga mengaku, minggu lalu, mendapati RS sedang membuka pagarnya. ”Dia tanya alamat. Katanya, mau benerin genteng. Tapi masak, tanya alamat sampai buka pagar? Dia langsung pergi,” ujarnya.
Selama ini, saat pagi hingga siang hari, ia kerap sendirian di rumah. Apalagi, suaminya, hanya pulang seminggu sekali. Kebetulan, Yusni sedang libur kuliah dan bisa pulang ke Cirebon. ”Saya masih khawatir (perampokan) terjadi lagi. Nanti, kalau sendiri, pagar saya gembok terus. Di sini, belum pasang CCTV,” katanya.
Saya masih khawatir (perampokan) terjadi lagi. Nanti, kalau sendiri, pagar saya gembok terus. Di sini, belum pasang CCTV. (Elis Aryani)
Sebagai perampok, RS mungkin membuat dua kesalahan besar. Pertama, mengincar rumah polisi. Kedua, tidak tahu kalau anak gadis pemilik rumah bisa karate. Namun, aksinya tetap saja membuat Yusni menangis dan trauma.
Kalau RS gagal, bagaimana dengan perampok lainnya yang mengincar rumah warga sipil tanpa keterampilan membela diri? Apalagi, pada 2018 dan 2019, kasus pencurian dengan kekerasan (curas) terus terjadi, masing-masing 26 kasus per tahun.
Kepala Polres Kota Cirebon Komisaris Besar M Syahduddi mengatakan, saat ini, pihaknya berupaya menambah personel untuk meningkatkan keamanan warga seiring kenaikan tipe dari Polres Cirebon menjadi Polresta Cirebon. Dengan jumlah personel 1.383 orang yang membawahkan 34 kecamatan dan penduduk hampir 2 juta jiwa, rasio polisi dengan masyarakat adalah 1 banding 1.300 jiwa.
”Idealnya, jumlah personel lebih dari 2.300 orang,” ucapnya.
Dengan kondisi itu, sulit jika hanya mengandalkan kinerja aparat keamanan. Butuh peran serta semua masyarakat menjaga keamanan daerah. Ingat, tidak semua warga seberani Yusni dan Elis saat hidupnya diancam golok.