Semangat Pantang Menyerah ”The Gunners” di Stamford Bridge
Meski bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-26, Arsenal mampu menahan imbang tuan rumah Chelsea dalam lanjutan Liga Inggris di Stamford Bridge, London, Rabu (22/1/2020). Arsenal pun sempat dua kali tertinggal.
Oleh
Prayogi Dwi Sulistyo
·3 menit baca
LONDON, RABU — Arsenal memperlihatkan semangat pantang menyerah ketika menahan imbang Chelsea dengan skor 2-2 dalam pertandingan Liga Inggris di Stamford Bridge, London, Rabu (22/1/2020). Arsenal yang bermain dengan 10 pemain sejak menit ke-26 akibat kartu merah yang diterima bek David Luiz terus berjuang untuk menyamakan kedudukan hingga akhir babak kedua.
Hasil imbang ini belum cukup untuk membuat tim berjuluk ”The Gunners” tersebut beranjak dari papan tengah. Arsenal masih duduk di peringkat ke-10 dengan 30 poin dan berjarak 10 poin dari Chelsea yang menghuni peringkat terakhir zona Liga Champions. Mereka terancam akan finis di luar peringkat enam besar untuk pertama kali sejak musim 1994/1995.
Manajer Arsenal Mikel Arteta juga belum berhasil memberikan kemenangan tandang perdana sejak menggantikan pelatih sementara Freddie Ljungberg. Meskipun demikian, semangat juang dan kebersamaan yang mereka tunjukkan dalam pertandingan tersebut memberikan harapan bagi Arsenal untuk dapat bangkit di sisa musim ini.
”Kami menuju ke arah yang benar, tetapi saya pikir malam ini adalah malam yang spesial untuk semua orang. Apa yang saya tuntut setiap hari adalah agar mereka berusaha melakukan yang terbaik. Kebersamaan dan kepemimpinan yang mereka tunjukkan hari ini adalah yang ingin saya lihat,” tutur Arteta kepada BBC Sport.
Luiz harus meninggalkan lapangan lebih cepat karena menjatuhkan penyerang Chelsea, Tammy Abraham, di dalam kotak penalti. Keputusan wasit sangat tepat karena Abraham memiliki peluang yang besar untuk mencetak gol setelah memanfaatkan kesalahan Shkodran Mustafi.
Tanpa kesulitan, Jorginho menjalankan tugasnya sebagai penendang penalti dengan baik. Ia menaklukkan Bernd Leno di sudut kiri gawang dengan sepakan yang tidak begitu keras, tetapi sulit dijangkau Leno.
Seusai turun minum, Arsenal mampu menyamakan kedudukan lewat aksi penyerang muda Gabriel Martinelli. Namun, Chelsea dapat unggul kembali melalui gol yang dicetak Cesar Azpilicueta.
Tiga menit jelang waktu normal habis, Hector Bellerin menciptakan gol indah dari luar kotak penalti. Bek kanan asal Spanyol tersebut melepaskan tendangan dengan kaki kirinya ke sudut kanan gawang Chelsea yang tidak dapat dijangkau kiper Kepa Arrizabalaga.
Bagi Bellerin, gol tersebut dapat membangkitkan semangatnya kembali setelah mengalami cedera panjang. Apalagi, ia terakhir kali mencetak gol di Liga Inggris pada Januari 2018 saat bertemu Bournemouth.
Banyak orang mengatakan kami tidak memiliki karakter di tim. Kami menunjukkannya dalam pertandingan ini. Kami punya.
Senada dengan Arteta, gelandang Arsenal, Granit Xhaka, juga mengungkapkan, timnya memiliki karakter sebagai tim besar. Hal tersebut ditunjukkan oleh mereka ketika bangkit dari keterpurukan. ”Banyak orang mengatakan kami tidak memiliki karakter di tim. Kami menunjukkannya dalam pertandingan ini. Kami punya,” ujar pemain asal Swiss tersebut.
Masalah penyelesaian akhir
Manajer Chelsea Frank Lampard cukup frustrasi karena timnya gagal memperoleh poin penuh untuk mengamankan posisi empat besar. Chelsea hanya berjarak 6 poin dari Manchester United dan Wolverhampton Wanderers yang menduduki peringkat kelima dan keenam. Kedua tim tersebut masih memiliki satu pertandingan lebih banyak dari Chelsea.
Lampard mengakui, timnya tidak memiliki penyelesaian akhir yang bagus. Selain unggul pemain, mereka juga mampu menguasai bola hingga 60 persen. Chelsea juga memiliki 8 tendangan ke arah gawang dari 19 kali percobaan.
”Kami seharusnya bisa memiliki tiga atau empat gol hari ini karena memiliki tembakan, umpan silang, dan banyak momen (untuk mencetak gol),” ujar Lampard.
Pencetak gol terbanyak Chelsea sepanjang masa tersebut berharap timnya mampu mengatasi persoalan dalam mencetak gol. Ia ingin anak asuhnya belajar mengembangkan kreativitas, khususnya dalam penyelesaian akhir.
Di sisi lain, lini pertahanan juga menjadi fokus perhatian Lampard untuk diperbaiki. Dari delapan tim teratas, Chelsea menjadi tim yang paling banyak kebobolan, yakni 32 gol telah bersarang ke gawang mereka. (REUTERS/AFP)