Penyebaran cepat virus korona tipe baru dari Wuhan, China, dalam beberapa minggu ini telah berdampak pada banyak hal, mulai dari ekonomi hingga olahraga.
Oleh
ADHITYA RAMADHAN
·3 menit baca
BEIJING, RABU — Penyebaran cepat virus korona tipe baru dari Wuhan, China, dalam beberapa minggu ini telah berdampak pada banyak hal, mulai dari ekonomi hingga olahraga. Di tengah upaya Pemerintah China menenangkan masyarakatnya, banyak warga China membatalkan rencana perjalanan mereka serta menghindari tempat-tempat publik, seperti gedung bioskop dan pusat perbelanjaan. Warga juga menggunakan masker untuk mencegah tertular.
Di Wuhan, kota tempat virus itu diketahui muncul pertama kali, apotek membatasi pembelian masker hanya satu kotak untuk seorang menyusul permintaan masker yang tinggi. Dari Wuhan, virus korona tipe baru itu telah menyebar ke beberapa wilayah di China dan sekitarnya, seperti Beijing, Shanghai, Makau, dan Hong Kong. Adapun di luar China, kasus itu dilaporkan telah muncul di Jepang, Amerika Serikat, Korea Selatan, dan Thailand.
Di China, perusahaan seperti Foxconn, Huawei Technologies, dan HSBC Holdings memperingatkan karyawannya untuk tidak bepergian ke Wuhan dan untuk menggunakan masker.
Sejak Rabu (22/1/2020), Korea Utara melarang masuknya turis asing sebagai pencegahan penyebaran virus korona tipe baru. Mayoritas wisatawan ke Korut adalah warga China atau wisatawan dengan penerbangan singgah di China. Langkah itu pernah dilakukan Korut saat sindrom pernapasan akut parah (SARS) mewabah tahun 2002.
Sejumlah operator wisata asing pun kehilangan banyak pendapatan. Maskapai penerbangan Cathay Pacific, laman pemesanan tiket pesawat, termasuk Disneyland Shanghai, pun melayani pembatalan tiket secara gratis.
Meski demikian, melalui salah seorang juru bicaranya, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan, ”Berdasarkan informasi saat ini, pembatasan perjalanan atau perdagangan belum kuat untuk diberlakukan.”
Hingga Rabu, virus korona tipe baru telah menelan sembilan korban jiwa dan 440 orang lainnya jatuh sakit. David Heymann, kepala gugus tugas WHO ketika SARS merebak tahun 2003, menduga virus korona tipe baru ini lebih berbahaya bagi warga lansia dengan penyakit penyerta.
Menanggapi kasus pertama virus korona di AS, Presiden Donald Trump mengatakan, AS telah memiliki rencana penanggulangan yang akan diterapkan. Ia juga menilai China akan mampu menanggulangi kasus virus korona tipe baru ini.
Laga dibatalkan
Merebaknya kasus virus korona tipe baru dari Wuhan pun berdampak pada olahraga. Laga kualifikasi Olimpiade cabang sepak bola putri, yang sedianya digelar di Wuhan pada 3-9 Februari 2020, dibatalkan. Konfederasi Sepak Bola Asia (AFC) memindahkan laga grup yang terdiri dari China, Australia, Taiwan, dan Thailand itu ke Nanjing. Sebelum pemindahan lokasi pertandingan diumumkan, Asosiasi Sepak Bola Taiwan mengancam akan mundur dari kualifikasi jika laga tetap digelar di Wuhan.
Menurut kantor berita Kyodo, Jepang, laga kualifikasi Olimpiade Tokyo 2020 cabang tinju zona Asia Oseania, yang akan digelar di Wuhan, juga dibatalkan. Namun, penyelenggara kualifikasi belum memberikan konfirmasi soal itu. Federasi Tinju Jepang masih menunggu informasi pembatalan tersebut dari Komite Olimpiade Internasional (IOC).
Kyodo menyebut, IOC akan mengumumkan siapa yang akan menjadi tuan rumah dan kapan waktu penyelenggaraan kualifikasi yang baru.
Reaksi pasar
Setelah sempat melemah menyusul kasus virus korona tipe baru terdeteksi di AS dan jumlah korban meninggal akibat virus ini terus bertambah, pasar saham dunia kembali menguat pada Rabu. Pergerakan positif ini dipengaruhi dua hal, yaitu respons China yang dinilai cepat dalam menanggulangi kasus virus korona tipe baru itu dan proyeksi kinerja perusahaan International Business Machine (IBM) Corp.
Indeks S&P 500 menguat 0,38 persen, sementara Nasdaq 0,66 persen. ”Ketika jumlah korban bertambah menjadi sembilan orang, seperti menjadi bukti bahwa virus yang sudah menyebar ke luar China ini menjadi epidemi,” kata Art Hogan, Kepala Strategi Pasar di National Securities di New York.
Anthony Renshaw, Direktur Medis untuk Konsultasi Kesehatan pada International SOS, mengatakan bahwa perusahaan multinasional kini memperkuat tim krisisnya. Banyak dari mereka berkonsultasi untuk mengetahui apakah perlu memiliki rencana kontingensi darurat kesehatan global. ”Banyak perusahaan multinasional melihat situasi sekarang sebagai risiko kunci untuk ketahanan bisnis,” kata Renshaw.