Jaga Stabilitas Sistem Keuangan, BI Pertahankan Tingkat Suku Bunga
Bank Indonesia memutuskan mempertahankan tingkat suku bunga acuan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan.
Oleh
Dimas Waraditya Nugraha
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Bank Indonesia memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan untuk menjaga stabilitas sistem keuangan. Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) 22-23 Januari 2020 memutuskan untuk mempertahankan tingkat suku bunga acuan di level 5 persen.
BI juga mempertahankan tingkat suku bunga deposit facilty di level 4,25 persen dan suku bunga lending facilty di level 5,75 persen.
Gubernur BI Perry Warjiyo mengatakan, kebijakan mempertahankan tingkat suku bunga diambil untuk menjaga stabilitas sistem keuangan dan mendukung pendalaman pasar keuangan. Ia berharap kebijakan yang akomodatif itu bisa turut menopang pertumbuhan dan stabilitas ekonomi.
”Stabilitas sistem keuangan tetap terjaga meskipun fungsi intermediasi perbankan terus menjadi perhatian,” ujarnya di Jakarta, Kamis (23/1/2020).
Transmisi kebijakan moneter, lanjut Perry, juga berjalan dengan baik meski penurunan bunga perbankan belum optimal. Pertumbuhan kredit dan DPK pada November 2019 juga dinilai belum kuat meski membaik dibandingkan dengan bulan sebelumnya.
Berdasarkan catatan BI, terdapat perlambatan pertumbuhan kredit bank yang hanya menyentuh 6,08 persen pada 2019. Capaian ini berada jauh di bawah target pertumbuhan kredit BI di awal tahun 2019, yakni 10 persen-12 persen. Adapun pertumbuhan dana pihak ketiga (DPK) sebesar 6,54 persen pada periode yang sama.
Kondisi perbankan yang terpantau baik, lanjut Perry, tecermin dari rasio kecukupan modal (capital adequacy ratio/CAR) sebesar 23,66 pada November 2019. Adapun rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL) sebesar 2,77 persen (gros) atau 1,24 persen (net).
Perry memperkirakan pertumbuhan kredit bank akan meningkat ke kisaran 10 persen hingga 12 persen. Begitu juga dengan pertumbuhan DPK yang diramal 8 persen sampai 10 persen. ”Ke depan, Bank Indonesia terus mendorong inovasi digital untuk membangun ekosistem yang sehat guna memandu perkembangan ekonomi dan keuangan digital di Indonesia,” ujarnya.
Selain menjaga stabilitas sistem keuangan, kebijakan mempertahankan tingkat suku bunga dilakukan dengan memperkirakan inflasi tetap terkendali. Di samping itu, stabilitas eksternal juga tetap terkendali untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi.
Hingga akhir 2019 inflasi tercatat mencapai 2,72 persen secara tahunan. Rendahnya inflasi ditopang oleh ekspektasi inflasi, pengaruh positif rupiah, dan harga bahan pokok yang menurun. Perry memperkirakan inflasi akan tetap terjaga rendah pada tahun ini dengan rentang sasaran 2 persen-4 persen pada 2020.
Ekonom PT Bank Permata Tbk, Josua Pardede, menilai, dalam mempertahankan suku bunga BI tetap mengantisipasi risiko inflasi. Pasalnya ekspektasi inflasi cenderung meningkat jika dibandingkan dengan tahun lalu. ”Meskipun ada ruang penurunan, saya pikir masih terbatas dan momentumnya bukanlah bulan ini,” ujarnya.
Selain itu, dia menilai transisi kebijakan moneter masih akan berlanjut, di mana global masih akan mempertimbangkan arah suku bunga Bank Sentral Amerika Serikat (AS), The Fed. Dia menilai tingkat inflasi dan pengangguran yang rendah menjadi pertimbangan The Fed untuk menahan suku bunga.
”The Fed berpotensi untuk tidak akan menurunkan suku bunga. Ditambah lagi proses transmisi suku bank masih berlangsung,” ujarnya.
Sementara itu, ekonom Bank Danamon, Wisnu Wardana, menilai, secara umum kebijakan moneter dalam kancah global pada tahun ini akan akomodatif, tetapi dengan tingkat volatilitas yang lebih baik dibandingkan dengan tahun lalu.
”Salah satu faktor yang perlu diperhatikan adalah perkembangan ekonomi riil dan respons kebijakan moneter di AS serta data ekonomi di Eropa saat ini menunjukkan hal yang beragam,” ujarnya.
Ke depan, lanjut dia, BI akan melihat ekonomi global dan domestik untuk memanfaatkan ruang lebih lanjut dari kebijakan akomodatif. Bank sentral memiliki ruang untuk pemotongan 25 basis poin pada tahun 2020 selama bank sentral lain secara global juga melakukan pelonggaran.