Pemerintah siap mengantisipasi penularan virus korona jenis baru dari Wuhan, China. Sebanyak 100 rumah sakit rujukan penyakit infeksi darurat disiagakan.
Oleh
Tim Kompas
·4 menit baca
JAKARTA, KOMPAS -- Setidaknya 100 rumah sakit rujukan penyakit infeksi darurat disiagakan untuk mengantisipasi penularan infeksi virus korona jenis baru dari Wuhan, China. Pengawasan di pintu masuk negara juga diperketat, terutama di wilayah yang punya penerbangan langsung dari China.
Sekretaris Direktorat Jenderal Pelayanan Kesehatan Kementerian Kesehatan Agus Hadian Rahim mengatakan, 100 rumah sakit di 31 provinsi yang disiagakan tersebut merupakan rumah sakit yang ditugaskan untuk menangani flu burung pada 2007. Dari 100 rumah sakit itu, Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan, dan Rumah Sakit Penyakit Infeksi Sulianti Saroso ditunjuk jadi rujukan nasional.
”Pemerintah telah menginstruksikan 100 rumah sakit itu untuk menyiapkan fasilitas dan sumber daya manusia dalam menangani kasus novel coronavirus (virus korona tipe baru). Rumah sakit ini sudah harus menyusun jadwal jaga petugas untuk mengantisipasi adanya pasien yang tertular,” katanya di Jakarta, Rabu (22/1/2020).
Semua rumah sakit rujukan, lanjut Agus, diminta melakukan simulasi ulang penanganan penyakit infeksi darurat ketika pandemi infeksi virus korona terjadi. Pedoman pelaksanaan dalam penanganan penyakit infeksi virus juga terus diperbarui sesuai perkembangan terkini. Selain 100 rumah sakit rujukan tersebut, rumah sakit swasta dan klinik swasta diminta terlibat untuk mengantisipasi penularan virus korona jenis baru di Indonesia.
Ruang isolasi
Rumah sakit-rumah sakit rujukan itu juga telah menyiapkan ruang isolasi untuk merawat pasien yang diduga mengalami pneumonia akibat virus korona tipe baru. Rumah Sakit Umum Pusat Prof dr RD Kandou, Manado, misalnya, menyediakan ruang isolasi di instalasi gawat darurat dan di bangsal perawatan. Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Dr Sardjito, Sleman, DI Yogyakarta memiliki 87 ruang isolasi.
Selain menyiapkan ruang isolasi, RSUP H Adam Malik, Medan, juga telah memperbarui kesiapan pelayanan medis untuk sindrom pernapasan timur tengah (MERS-CoV) agar bisa menangani pasien yang diduga mengalami pneumonia akibat virus korona tipe baru. Tim khusus pun telah dibentuk.
Kepala Bidang Pelayanan Medis RSUP H Adam Malik, Nurna Fauziah, mengimbau masyarakat yang punya riwayat perjalanan luar negeri dari negara yang sudah terjangkit virus korona tipe baru, khususnya China, agar melapor jika mengalami gejala demam, batuk, pilek, dan sulit bernapas.
Sampai sekarang tidak ada penularan virus dari Wuhan itu.
Hingga kemarin, Kementerian Kesehatan belum menemukan ada penularan virus korona jenis baru di Indonesia. Di dunia, virus ini menyebabkan sembilan orang meninggal dengan 471 kasus yang terinfeksi. Kemarin sempat beredar informasi bahwa dua perawat di RSUP Dr Sardjito tertular virus tersebut. Informasi yang menyebar via Whatsapp itu juga menyebutkan, para pengemudi taksi dan angkutan daring harus memakai masker apabila menjemput penumpang di RSUP Dr Sardjito karena ada penyebaran virus dari China.
”Isu itu tidak benar. Sampai sekarang tidak ada penularan virus dari Wuhan itu,” kata Direktur Utama RSUP Dr Sardjito Darwito. Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan Kementerian Kesehatan R Vensya Sitohang mengatakan, Indonesia sudah siap mengantisipasi penularan virus korona jenis baru. Rumah sakit yang ditunjuk sudah dilengkapi dengan sarana dan prasarana untuk mengobati pasien yang terkena virus itu tanpa menulari orang lain.
Kementerian Kesehatan juga telah menyiapkan semua daerah, mulai dari kabupaten/kota, provinsi, sampai tingkat nasional. Kesiapan lain dilakukan melalui laboratorium pengujian, balai besar teknik kesehatan lingkungan dan pengendalian penyakit, serta kantor kesehatan pelabuhan yang menjadi pintu masuk negara. Saat ini terdapat 135 pintu masuk negara yang dijaga petugas kantor kesehatan pelabuhan. Para petugas ini mengawasi pendatang dari luar negeri melalui angkutan udara, laut, ataupun lintas darat.
Berisiko tinggi
Dari total pintu masuk negara yang ada, terdapat 19 daerah yang dinilai berisiko tinggi terhadap penularan karena memiliki akses langsung dari ataupun ke China. Wilayah tersebut adalah Jakarta, Tangerang, Bandung, Surabaya, Denpasar, Bandar Lampung, Padang, Tarakan, Balikpapan, Manokwari, Sampit, Jambi, Tanjung Balai Karimun, Samarinda, Palembang, Tanjung Pinang, Batam, Bitung, dan Manado.
”Wilayah yang berisiko tinggi akan ditingkatkan pengawasannya. Di 19 wilayah ini telah dilengkapi dengan 52 thermal scanner (alat pemindai suhu tubuh), 860 set alat pelindung diri dan 12.322 masker N95 yang siap dipakai petugas jika sudah dicurigai ada penularan (virus korona jenis baru) yang masuk ke Indonesia, serta 35.000 kartu kewaspadaan kesehatan yang dibagikan bagi semua pendatang,” tutur Vensya.
Di Manado, misalnya, setiap hari setidaknya ada tiga pesawat dari China dengan sekitar 600 penumpang yang mendarat di Bandara Sam Ratulangi. Setiba di Manado, para wisman asal China diberi kartu kewaspadaan kesehatan. Pengawasan penumpang internasional di Bandara Juanda, Sidoarjo, Jawa Timur, juga diperketat.
Selain kewaspadaan di pintu masuk negara, kata Vensya, Kementerian Kesehatan juga meminta pemerintah daerah lebih gencar mengidentifikasi dan mendeteksi masyarakat di wilayahnya yang diduga tertular virus korona jenis baru ini. Jika ada dugaan tersebut, petugas kesehatan setempat harus segera melaporkan dan membawa pasien ke rumah sakit rujukan.
Selain memperketat pemeriksaan di pintu masuk, seperti bandara dan pelabuhan, menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Surabaya Febria Rachmanita, fasilitas kesehatan juga disiapkan untuk menangani pasien dengan gejala pneumonia. (TAN/OKA/NSA/RWN/HRS/NIK/SYA)