Selain belum mengoptimalkan segenap potensi yang ada, Indonesia dinilai masih tertinggal dibandingkan negara-negara lain dalam menangkap peluang pasar ekspor. Presiden Joko Widodo berpesan agar tidak cepat berpuas diri.
Faktor cuaca berpotensi memengaruhi pasokan sejumlah komoditas pangan karena produksi dan distribusi terganggu. Indeks Harga Konsumen diperkirakan naik meski permintaan dan daya beli belum pulih akhir tahun ini.
Badan Pusat Statistik mencatat inflasi 0,28 persen pada November 2020. Kelompok bergejolak atau ”volatile food” memberikan andil 0,21 persen pada inflasi bulan lalu.
Indonesia bisa memanfaatkan kondisi perdagangan dunia yang mulai membaik. Negara-negara yang mulai pulih bisa menjadi sasaran pasar ekspor.
RI-AS menjajaki penyusunan rencana aksi bersama untuk meningkatkan perdagangan sebesar dua kali lipat dalam lima tahun ke depan. Kerja sama dengan BRI dan BNI cabang New York, AS, pun dilakukan.
Tanpa pembenahan sektor manufaktur dalam negeri, Indonesia hanya akan dibanjiri produk impor dari negara lain atau sekadar jadi sumber bahan baku mentah bagi produk yang lebih berdaya saing dari luar negeri.
Pameran perdagangan secara virtual diandalkan di tengah pandemi Covid-19 yang masih berlangsung. Minat pembeli tak surut kendati penyelenggaraan dilakukan secara virtual.
Impor bahan baku/penolong pada Januari-Oktober 2020 anjlok. Impor barang modal pun amblas.
Indonesia mesti memitigasi tantangan yang muncul dari implementasi RCEP, khususnya sektor-sektor yang diperkirakan mengalami persaingan lebih ketat dengan negara-negara lain yang terlibat dalam RCEP.
Meski menghadapi kendala teknis, prospek transaksi di ajang Trade Expo Indonesia-Virtual Event 2020 dinilai di luar dugaan. Sampai hari ketiga, Kamis (12/11), nilai kontrak dagang mencapai 484,72 juta dollar AS.