Solidaritas untuk Mahasiswa yang Kesulitan Saat Pandemi Covid-19
Pandemi Covid-19 membuat sebagian mahasiswa perantau tidak bisa pulang kampung dan alami kesulitan pangan. Muncul berbagai solidaritas dari pemimpin kampus, para alumni, dan orangtua untuk membantu pangan mereka.
JAKARTA, KOMPAS — Setelah kuliah tatap muka ditiadakan akibat pandemi Covid-19, sebagian mahasiswa perantau pulang kampung. Namun, akibat kesulitan ekonomi dan pembatasan wilayah di daerah asal, sebagian mahasiswa perantau bertahan di kampus dan sekitarnya. Mereka mengalami kesulitan untuk memenuhi kebutuhan pangan sehari-hari.
Sejauh ini belum ada kebijakan nasional untuk meringankan beban kelompok mahasiswa itu. Sejumlah kampus membantu kebutuhan pangan untuk mereka, termasuk dengan menggalang solidaritas dari alumni dan orangtua.
Rektor Universitas Indonesia Ari Kuncoro, saat dihubungi, Rabu (1/4/2020), di Jakarta, menyampaikan, mulai Rabu (18/3/2020) hingga akhir semester genap tahun ajaran 2019/2020, kegiatan kuliah tatap muka diubah menjadi jarak jauh. Tempat praktik laboratorium atau klinik dipastikan menerapkan standar pencegahan penularan Covid-19. Jadwal praktik disesuaikan dengan perkembangan.
Selama masa itu, pimpinan UI juga meminta mahasiswa penghuni asrama dan rumah kos di sekitar kampus untuk pulang ke rumah keluarga masing-masing. Mahasiswa yang tidak dapat meninggalkan asrama atau rumah kos diminta melapor.
Namun, sampai sekarang, masih ada mahasiswa penghuni asrama UI dan rumah kos di sekitar kampus yang tidak pulang ke daerah asal. Khusus penghuni asrama UI, dia menyebut ada sekitar 130 mahasiswa yang bertahan. Mereka memperoleh bantuan makanan dari kampus.
”Para pemilik warung makan di kantin kampus yang tidak tutup atau pulang kampung, kami minta masak buat mahasiswa setiap hari. Dananya dari kami. Alumni yang tergabung di Iluni pun membantu kebutuhan pangan,” kata Ari.
Wakil Rektor Bidang Penelitian dan Kerja Sama Universitas Katolik Indonesia Atma Jaya Elisabeth Rukmini mengatakan, ada sekitar 1.000 orang atau 10 persen dari total mahasiswa yang berasal dari luar Jabodetabek. Sekitar 120 mahasiswa di antaranya tinggal di Dorm di kampus yang berlokasi di BSD Serpong, Tangerang, Banten. Sisanya, sekitar 880 mahasiswa, tinggal di kos atau rumah sanak keluarga.
Bagi mahasiswa yang tinggal di Dorm, kampus melarang mereka pulang kampung. Sementara bagi yang tinggal di kos atau rumah sanak saudara, kampus belum memiliki kebijakan itu. Namun, Elisabeth memastikan belum ada laporan di antara mereka yang pulang ke daerah asal.
”Di kalangan mahasiswa dan staf juga saling membantu. Orangtua mahasiswa ikut berbagi satu sama lain. Kami belum menyediakan kupon makanan, tetapi kami memberikan subsidi pulsa hasil kerja sama dengan operator telekomunikasi untuk mempermudah mereka belajar menggunakan metode daring,” katanya.
Baca juga: Antisipasi Covid-19, Perguruan Tinggi di DIY Kuliah Daring
Kupon makanan
Di Bogor, Jawa Barat, Kepala Biro Komunikasi IPB University Yatri Indah Kusumastuti menyampaikan, hingga saat ini ada 110 mahasiswa tinggal di asrama-asrama dalam kampus. Di luar itu masih ada mahasiswa asing hasil kerja sama dengan negara berkembang yang tidak bisa pulang karena negara asalnya memberlakukan karantina wilayah. Ada pula mahasiswa yang tetap tinggal di kos.
”Kami mendata melalui metode daring dan verifikasi melalui kunjungan. Pada waktu bersamaan, kami memberikan kupon makan daring yang bisa mereka tunjukkan saat ambil paket makan dan suplemen,” ujarnya.
Yatri menceritakan, IPB University berusaha menyiapkan makan siang dan malam bagi mahasiswa yang kesulitan mencari makan di luar. Makanan disiapkan di kantin milik IPB University yang berada di tengah kampus.
Sementara untuk pulsa, dia menyebut ada subsidi ke seluruh mahasiswa. IPB University bekerja sama dengan operator telekomunikasi seluler, seperti Telkomsel dan Indosat Ooredoo, membantu mahasiswa agar bisa mengakses bebas ke laman yang domainnya ipb.ac.id.
Di Yogyakarta, Rektor Universitas Negeri Yogyakarta Sutrisna Wibawa mengatakan telah mengeluarkan kebijakan pembelajaran dari rumah selama Maret-April 2020. Keputusan mengambil dua bulan adalah persebaran Covid-19 sudah mereda. Selama kurun waktu itu, mahasiswa dari luar Daerah Istimewa Yogyakarta diimbau pulang ke kota asal. Akan tetapi, kenyataannya, sejumlah mahasiswa dari luar DIY justru tidak pulang. Alasan mereka bermacam-macam, seperti kualitas jaringan internet di Yogyakarta lebih bagus dibanding daerah asal.
”Para dosen akhirnya patungan membantu bahan kebutuhan pokok kepada mahasiswa dari luar DIY yang tidak pulang kampung dan kesulitan pangan. Warung-warung makan di sekitaran kampus pun banyak yang tutup sehingga mahasiswa itu harus mencari lebih jauh,” ujar Sutrisna. Kampus telah membantu sekitar 200 mahasiswa yang tinggal di rumah kos di sekeliling kampus.
Menurut rencana awal, pada Mei 2020, kegiatan belajar-mengajar (KBM) di kelas akan dimulai lagi untuk merangkum hasil pembelajaran dari rumah melalui metode daring. Jadi, mahasiswa luar DIY bisa kembali datang. Akan tetapi, Sutrisna memperkirakan realisasi rencana itu akan melihat perkembangan terbaru persebaran Covid-19.
Universitas Gadjah Mada menyalurkan logistik untuk para mahasiswa yang tengah belajar di rumah atau kos akibat merebaknya Covid-19. Bantuan logistik ini diberikan guna meringankan beban ekonomi, sekaligus mulai adanya keterbatasan akses logistik akibat banyak warung makan mulai tutup. Mengutip laman resmi UGM, data sementara mahasiswa penerima bantuan logistik tercatat sekitar 900 mahasiswa. Sementara sumber pendanaan berasal dari universitas, sivitas akademika, alumni, dan donatur.
Direktur Kemahasiswaan UGM Suharyadi mengatakan, kriteria penerima bantuan diberikan tidak hanya bagi mahasiswa tidak mampu, tetapi juga untuk mahasiswa yang mulai mengalami kesulitan mengakses logistik. Satu paket logistik berlaku untuk lima hari serta berisi beras, sarden, kecap, sambal, roti kering, dan vitamin. Jadwal penerimaan setiap mahasiswa adalah lima hari sekali.
”Gugus tugas logistik difungsikan untuk memberi bantuan logistik kepada mahasiswa yang tinggal di kos. Bagi mahasiswa yang tinggal di asrama, kami berikan bantuan makanan siap saji,” katanya.
Direktorat Kemahasiswaan UGM sementara ini memesan 750 paket bahan kebutuhan pokok di Koperasi Mahasiswa UGM. Pada tahap pertama, penyaluran mencapai 200 paket bahan kebutuhan pokok.
Beberapa fakultas di UGM juga melakukan hal sama. Keluarga Alumni Fakultas Peternakan UGM (Kapgama) melalui program Kapgama beramal mengajak para alumni dan para mitra untuk peduli membantu mahasiswa, terutama para mahasiswa yang berasal dari jalur beasiswa Bidikmisi. Di tengah keterbatasan ekonomi, kebanyakan mahasiswa tidak pulang ke rumah dan harus tetap tinggal di kos.
Achmad Dawami, Ketua Kapgama, mengemukakan, hingga Selasa (31/3/2020), dana yang terkumpul Rp 49,7 juta. Setelah melalui proses penyaringan, total mahasiswa yang benar-benar membutuhkan bantuan sebanyak 99 orang. Bantuan bisa berwujud bahan kebutuhan pokok, nasi bungkus, dan paket internet.
Surat edaran
Direktur Pembelajaran dan Kemahasiswaan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Aris Junaidi saat dikonfirmasi, mengatakan, tercatat ada 353 perguruan tinggi menyelenggarakan perkuliahan memakai metode daring sementara waktu. Dari jumlah tersebut, beberapa di antaranya menyelenggarakan ujian tengah semester sesuai jadwal memakai sistem daring/penilaian lain, penundaan wisuda, dan melaksanakan protokol pencegahan penyebaran virus korona baru.
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud telah mengeluarkan Surat Edaran Nomor 302/E.E2/KR/2020 tentang Masa Belajar Penyelenggaraan Program Pendidikan pada tanggal 31 Maret 2020. Surat edaran itu menindaklanjuti Surat Edaran dari Mendikbud Nomor 36962/MPK.A/HK/2020 tertanggal 17 Maret 2020 tentang Pembelajaran secara Daring dan Bekerja dari Rumah dalam rangka Pencegahan Penyebaran Corona Virus Disease (Covid-19).
Surat edaran Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Kemendikbud memuat lima imbauan utama. Pertama, masa belajar paling lama bagi mahasiswa yang seharusnya berakhir pada semester genap 2019/2020, dapat diperpanjang 1 semester. Pengaturannya diserahkan kepada pimpinan perguruan tinggi sesuai dengan kondisi dan situasi setempat.
Kedua, praktikum laboratorium dan praktek lapangan dapat dijadwal ulang sesuai dengan status dan kondisi di daerah. Ketiga, penelitian tugas akhir selama masa darurat ini agar diatur baik metode maupun jadwalnya disesuaikan dengan status dan kondisi setempat.
Keempat, periode penyelenggaraan kegiatan pembelajaran semester genap 2019/2020 pada seluruh jenjang program pendidikan agar dapat disesuaikan dengan kebutuhan masing-masing perguruan tinggi sehingga seluruh kegiatan akademik dapat terlaksana dengan baik. Kelima, pelaksanaan empat langkah tersebut lebih dulu dikoordinasikan dengan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi setempat.
Surat edaran ditutup dengan imbauan agar perguruan tinggi memantau dan membantu kelancaran mahasiswa selama belajar dari rumah. Penghematan biaya operasional penyelenggaraan pendidikan yang dialami selama pembelajaran dari rumah dapat digunakan membantu mahasiswa. Misalnya, subsidi pulsa koneksi pembelajaran daring, bantuan logistik, dan kesehatan.
Aris membenarkan, beberapa perguruan tinggi telah memiliki skema bantuan untuk mahasiswa selama pembelajaran dari rumah, baik berbentuk subsidi pulsa maupun bantuan sembako. Perguruan tinggi lain juga menggerakkan alumni untuk berbagi.
”Hal terpenting sekarang semuanya saling bergotong royong, membantu, dan bersama menghadapi pandemi Covid-19,” katanya.
Baca juga: Suka-Duka Kuliah Daring