Indonesia Selesaikan Tiga Perjanjian Perdagangan Preferensial
Oleh
MEDIANA
·3 menit baca
FES, KOMPAS — Pemerintah Indonesia sedang menyelesaikan pembahasan perundingan Perjanjian Perdagangan Preferensial (Preferential Trade Agreement/PTA) dengan tiga negara, yakni Bangladesh, Tunisia, dan Mozambik. Ini adalah bagian dari upaya Indonesia meningkatkan ekspor barang.
Direktur Perundingan Bilateral Direktorat Jenderal Perundingan Perdagangan Internasional Ni Made Ayu Marthini yang ditemui di sela-sela Fes Maknes Economic Forum, Kamis (28/6/2018) sore waktu setempat, di Fes (Maroko), mengatakan, dunia sekarang tengah mengalami friksi perdagangan. Sebagai contoh, Amerika Serikat sedang terlibat perang tarif dengan China. Dampaknya menjalar sampai ke situasi perdagangan internasional. Indonesia pun dituntut kreatif mencari pasar baru.
”Negara-negara di kawasan Afrika, Amerika Latin, dan Asia. Kita harus mencari peluang, misalnya dengan aktif mencari pasar baru. Daripada kita ikut ribut dengan friksi perdagangan tersebut,” ujar Made sebagaimana dilaporkan wartawan harian Kompas, Mediana, dari Fes, Maroko.
PTA memberikan preferensi atau keringanan terhadap jenis produk tertentu kepada negara tertentu dan dilaksanakan dengan cara mengurangi tarif. PTA dapat muncul melalui perjanjian atau kesepakatan dagang.
Perundingan PTA dengan Tunisia dan Mozambik masuk tahap pertama. Indonesia baru saja menjajaki kemungkinan PTA dengan Maroko. Pemerintah Maroko di sela-sela Fes Maknes Economic Forum sudah menunjukkan sinyal positif terhadap keinginan Indonesia itu.
”Tarif bea masuk ditambah pajak impor barang Indonesia ke Maroko dikeluhkan tinggi. Untuk item tertentu, besarannya bisa mencapai 60 persen. Kami mengupayakan jalan keluar,” kata Made.
Menurut dia, target waktu pembahasan perundingan diharapkan bisa sesegera mungkin. Akhir tahun 2018 merupakan target sementara.
”Produk Indonesia di sana masih sedikit. Jadi, kami harus bangun fondasi kedekatan masyarakat dengan produk Indonesia terlebih dulu. PTA juga bersifat menyasar ke barang-barang tertentu, waktu pembahasan perundingan cepat. Ini tidak seperti free trade area (FTA) yang menyasar barang sekaligus jasa dan pembahasannya memakan waktu lama,” kata Made.
Tarif bea masuk ditambah pajak impor barang Indonesia ke Maroko dikeluhkan tinggi
Untuk negara Amerika Latin, dia menceritakan sasaran Indonesia adalah Chile dan Peru. Menteri Perdagangan Indonesia Enggartiasto Lukita dan Menteri Luar Negeri Chile Heraldo Muñoz telah menyetujui dan menandatangani Perjanjian Kemitraan Ekonomi Komprehensif antara Pemerintah Indonesia dan Chile (IC-CEPA) di Santiago pada Desember 2017. IC-CEPA menjadi perjanjian perdagangan bebas bilateral pertama antara Indonesia dan negara Amerika Latin.
Salah satu peserta business matching yakni Indah Mikhasari, pemilik Java Moon (kopi instan Indonesia), berpandangan bahwa tidak mudah masuk ke pasar Afrika. Dia menyebutkan beberapa tantangan dan kendala. Misalnya, mata uang untuk sistem pembayaran. Sejauh ini, mata uang yang dipakai dan diterima sebagai alat pembayaran perdagangan internasional adalah dollar AS.
Contoh lain yaitu pengiriman barang apapun, baik bahan baku maupun sudah jadi, dari Indonesia menuju Afrika harus melalui beberapa transit. Akibatnya, ongkos kirim akan sangat tinggi.
Dia juga berpendapat bahwa ada kemiripan produk Indonesia dan Afrika. Belum lagi, beberapa kota di Afrika sudah tergolong maju, seperti Pretoria dan Lagos. Di sana, beberapa produk asal China dan India sudah masuk lebih dulu.
"Saya mengikuti business matching di Maroko dan beberapa buyer belum mengerti tentang Indonesia. Hal-hal seperti itu juga harus menjadi perhatian pemerintah Indonesia," ujar Indah.
Ketua Komite Tetap Timur Tengah dan Negara-Negara OKI Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Fachry Thaib, memandang perlunya strategi khusus untuk meningkatkan volume perdagangan luar negeri Indonesia. Indonesia sendiri telah mempunyai produk-produk unggulan ekspor ke negara kawasan Afrika, begitu pula mereka ke Indonesia. Misalnya, tekstil, fosfat, dan chemical. Produk-produk tersebut perlu terus diperkuat pangsa pasarnya.
Sejalan dengan pembukaan kemudahan berdagang internasional, dia menyoal investasi. Dia menilai pemerintah Indonesia sudah memperbaiki birokrasi yang memudahkan investor masuk.
"Kami sampaikan kepada mereka (pengusaha di Maroko) agar tidak segan menghubungi Kadin Indonesia apabila mengalami kendala terkait investasi ke Indonesia," tutur dia.