BANYUWANGI, KOMPAS - Sejumlah petani kopi asal Belitung Timur difasilitasi oleh Universitas Indonesia untuk belajar pengolahan kopi pascapanen di Banyuwangi, Jawa Timur. Para petani diajak untuk menjadi wirausahawan dengan menghasilkan kopi bernilai lebih.
Dalam kegiatan tersebut Tim Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia ingin mencetak agen perubahan untuk pertanian berkelanjutan dan kewirausahaan berbasis kopi. Selama di Banyuwangi, para petani belajar dari pakar kopi, pemilik sanggar kopi Genjah Arum, sekaligus produsen Kopai Osing Setiawan Subekti.
Di Banyuwangi, Sabtu (11/8/2018) Ketua Tim Pengabdian Masyarakat sekaligus Dosen Program Pendidikan Vokasi Universitas Indonesia Sri Rahayu mengatakan, hasil pengkajian Universitas Indonesia menunjukkan bahwa budaya 1001 warung kopi di Belitung ternyata tidak cukup mampu membuat para petani kopi cakap dalam hal pengelolaan kopi. Para petani maupun pemilik kedai dinilai belum dapat memberikan nilai tambah pada kopi sebagai upaya pertanian berkelanjutan.
"Penanaman pohon kopi di Desa Lilangan, Belitung Timur, masih tidak beraturan. Tinggi pohon kopi tidak standar, karena masih terlalu tinggi. Ditambah lagi dengan alat pemroses kopi yang masih tradisional, membuat kopi Lilangan kurang dilirik pasar,” ujarnya.
Kondisi tersebut, lanjut Rahayu, membuat usaha kopi di Desa Lilangan, Belitung Timur belum siap, untuk melanjutkan program pertanian berkelanjutan dan kewirausahaan berbasis kopi. Karena itu, Tim Pengabdian Masyarakat tergerak untuk mencetak para agen perubahan pada pertanian kopi Desa Lilangan, Belitung Timur.
"Kami mengajak Kepala Desa Lilangan, bersama petani-petani pilihan untuk belajar pengelolaan kopi sejak proses budidaya, proses panen hingga pengelolaan pascapanen. Harapannya mereka tak hanya menjadi petani tetapi juga menjadi wirausaha di bidang kopi," ujar Rahayu.
Dengan menjadi wirausahawan kopi, perekonomian petani kopi diharapkan dapat meningkat. Oleh karena itu perlu dasar-dasar kuat agar usaha kopi yang akan dirintis para petani dapat berhasil.
Untuk mencapai hal itu para peneliti dari Universitas Indonesia telah mengkaji dan membuat rancangan program yang sesuai bagi petani kopi di Desa Lilangan, Belitung Timur. Kegiatan mereka di Banyuwangi merupakan bagian dari pelaksanaan program yang berwujud edukasi dan bengkel kerja.
Didampingi oleh Setiawan Subekti, para petani kopi belajar tentang pertanian berkelanjutan dan pengembangan industri kreatif berbasis kopi. Petani diajarkan bagaimana memilih benih kopi terbaik, menyemai benih tersebut menjadi bibit kopi yang sempurna untuk dilanjutkan pada proses tanam berikutnya.
Petani juga belajar tentang pengolahan pasca panen. Mereka belajar teknik proses pegelolaan biji kopi, sejak proses panen, pengeringan, penyangraian (roasting), penggilingan (grinding), bahkan proses menyajikan kopi dalam cangkir ala manual brew coffee.
"Semangat yang harus ditumbuhkan kepada para petaini ialah \'From Seed to Cup\' dari benih hingga ke cangkir. Kopi terbaik tidak hanya dipengaruhi proses menyajikan kopi di dalam cangkir, tetapi juga bagaimana proses budidaya dan pengolahan pasca panennya," ujar Setiawan Subekti atau yang biasa dipanggil Iwan.
Iwan menambahkan, pengolahan pasca panen memberikan pengaruh antara 70 persen hingga 80 persen dalam sebuah cita rasa kopi. Oleh karena itu ia mengajak petani untuk mau bekerja lebih keras agar dapat menghasilkan kopi dengan cita rasa tinggi.
Setelah berhasil menghasilkan kopi dengan cita rasa tinggi, petani bisa menjadi wirausahawan dengan menjual produknya tersebut. Menjual kopi dalam bentuk produk jadi tentu lebih menguntungkan daripada menjual kopi dalam bentuk buah utuh maupun biji gabah hijau.
Selamet salah satu petani kopi Desa Lilangan, Belitung Timur mengatakan edukasi dan bengkel kerja ini sudah lama dinantikan oleh petani kopi di Belitung Timur. Melalui kegiatan ini, ia dan rekan-rekannya dapat mengidentifikasi varietas Kopi Lilangan yang ternyata masuk pada ketegori Excelsa – Liberica.
Kini ia dan petani kopi lainnya mengetahui, kopi yang mereka tanam dan olah merupakan salah satu varietas kopi dengan tingkat keberhasilan produksi tinggi. Para petani kini optimis potensi kopi di Belitung Timur, khususnya di Desa Lilangan dapat dioptimalkan.
"Kami juga mengetahui proses menanam kopi yang baik, serta cita rasa terbaik yang dapat dihasilkan oleh Kopi Lilangan. Saya sebelumnya tidak pernah mengetahui kalau kopi kami bisa menghasilkan citarasa yang sangat enak," ucapnya.
Sepulangnya dari Banyuwangi, para petani diharapkan dapat menularkan ilmu yang mereka dapat kepada petani lainnya. Diharapkan kopi Lilangan dapat menjadi salah satu produk kopi unggulan Belitung Timur.