JAKARTA, KOMPAS - Efisiensi akan tetap menjadi fokus PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tahun ini untuk memperbaiki kondisi keuangannya. Meski demikian, efisiensi tidak akan mengorbankan layanan dari Garuda. Garuda justru akan berupaya untuk meningkatkan layanannya.
Direktur Utama Garuda Indonesia, I Gusti Ngurah Askhara Danadiputra, di sela-sela perayaan Hari Ulang Tahun ke-70 Garuda Indonesia, di Jakarta, Sabtu (26/1/2019), mengatakan efisiensi terus dilakukan karena pihaknya masih merugi.
Laporan keuangan Garuda Indonesia per September 2018 mencatat, nilai kerugian itu sebesar 114 juta dollar AS. Kerugian sebagian besar dipengaruhi oleh fluktuasi harga avtur serta depresiasi nilai rupiah sepanjang tahun lalu.
Salah satu langkah efisiensi, Garuda akan menata ulang kebutuhan pesawat di setiap slot penerbangan. Pesawat pada sejumlah slot penerbangan domestik akan ditukar dengan pesawat yang lebih baru kepada pihak lessor. Pesawat baru yang dicari, pesawat yang hemat bahan bakar tetapi sekaligus memiliki daya jelajah yang panjang.
Dia mencontohkan, Boeing tipe 737 MAX 10, yang penggunaan bahan bakarnya lebih efisien daripada pesawat yang sekarang digunakan Garuda, Boeing 737-800. Selain itu, jarak tempuhnya pun lebih panjang. MAX 10 dapat terbang dengan durasi hingga sembilan jam sedangkan 737-800 hanya enam jam.
Dengan terbang lebih lama, pesawat dapat langsung menuju ke destinasi tanpa harus transit. Tanpa transit, biaya yang dikeluarkan maskapai bisa ditekan.
Jika Garuda berhasil memperoleh pesawat yang efisien sekaligus berdaya jelajah lebih panjang, slot penerbangan domestik Garuda akan dikurangi. Selanjutnya, pesawat-pesawat baru tersebut akan melayani penerbangan jarak jauh, yaitu melayani rute internasional.
Selain itu, Askhara mengatakan bahwa target ketepatan waktu penerbangan (on time performance) akan ditingkatkan dari 90 persen menjadi 92 persen tahun ini. Harapannya, langkah penataan tersebut dapat menghasilkan margin profit.
“Tahun ini, kami targetkan pendapatan setelah semua biaya (bottom line) bisa mencapai Rp 1 triliun. Sejauh ini, trennya kami lihat cukup positif di tahun 2019,” ucap Askhara.
Sekalipun efisiensi menjadi fokus, Garuda akan tetap menjaga layanannya tetap prima. Bahkan Garuda berencana untuk terus meningkatkannya.
Salah satunya, menurut Direktur Niaga Garuda Indonesia Pikri Ilham Kurniansyah, berbagai layanan diupayakan lebih terintegrasi melalui platform daring. Garuda Indonesia menggarap aplikasi gawai bernama GIA Mall yang turut melayani berbagai penjualan mulai dari tiket, kargo, hotel, hingga produk ritel dari mitra usaha.
Menurut Pikri, integrasi ini diproyeksi dapat meningkatkan nilai transaksi pada kanal daring menjadi Rp 1 triliun, dari capaian yang selama ini baru Rp 350 miliar.
Hal lainnya, Garuda Indonesia akan menambah rute-rute internasional. Rute internasional yang akan dibuka misalnya, rute Jakarta-Nagoya, Jepang. Rencananya rute ini akan dibuka, 23 Maret 2019. Selanjutnya, akan dibuka rute Jakarta-Moskow, Rusia dan Jakarta-Istanbul, Turki.
Sebelumnya, Garuda sudah membuka kembali rute Jakarta-London, 13 Desember 2018. Rute ini kemudian ditambah menjadi Jakarta-London-Denpasar, beroperasi mulai Selasa (22/1/2019) lalu. (Aditya Diveranta)