Mode Muslim Indonesia Akan Tonjolkan Konsep Keberlanjutan
Oleh
ELSA EMIRIA LEBA
·3 menit baca
JAKARTA, KOMPAS — Mode muslim Indonesia akan menonjolkan keunggulan dengan menerapkan konsep keberlanjutan selama proses produksi. Strategi ini diterapkan agar daya saing mode muslim Indonesia semakin diperhitungkan di pasar global.
Ketua Indonesian Fashion Chamber Ali Charisma mengatakan, pelaku industri sektor mode atau fashion nasional perlu mulai mengedepankan etika berbisnis. Etika berbisnis yang menjadi kebutuhan saat ini adalah berbisnis dengan menerapkan konsep keberlanjutan.
”Konsep keberlanjutan di sektor mode adalah kemampuan memproduksi busana halal dari hulu ke hilir secara mandiri. Selain itu, bahan baku tekstil yang digunakan sebisa mungkin alami,” kata Ali seusai konferensi pers Muslim Fashion Festival Indonesia (Muffest) 2019 di Jakarta, Senin (22/4/2019).
Menurut Ali, penggunaan konsep keberlanjutan dapat menambah kualitas dan daya saing mode muslim Indonesia di mata dunia internasional ketika produk dipasarkan. Selama ini, kekuatan mode muslim Indonesia masih bertumpu pada keunikan desain.
Untuk itu, peningkatan kualitas mode muslim Indonesia dapat memperluas jangkauan pasar global. Apalagi, pasar global mulai menuntut agar industri mode mulai mengimplementasikan konsep keberlanjutan untuk menjaga lingkungan dan memberdayakan masyarakat lokal.
Mengutip State of the Global Islamic Economy Report 2018/19, Indonesia masuk sebagai salah satu dari 15 negara ekonomi Islam terbesar di dunia dengan skor 45. Dari berbagai sektor yang menjadi basis penilaian, sektor modest fashion atau pakaian tertutup Indonesia menempati peringkat kedua terbaik dunia dengan skor 34.
Direktur PT Asia Pacific Rayon (produsen serat viscose rayon) Basrie Kamba menambahkan, untuk mendukung penerapan konsep keberlanjutan pada sektor mode muslim, penggunaan kain viscose rayon dapat menjadi solusi alternatif bagi desainer.
”Kain viscose rayon yang kami buat berasal dari bubur kertas pohon akasia dan bersertifikat. Kain ini ramah lingkungan karena mudah terurai dan mudah menyerap pewarna tekstil,” ujar Basrie.
PT Asia Pacific Rayon memiliki kapasitas produksi serat viscose rayon sebesar 240.000 ton per tahun. Sebanyak 50 persen hasil produksi akan diserap pasar dalam negeri dan sisanya untuk ekspor ke Pakistan, Bangladesh, Vietnam, dan Turki.
Basri menyebutkan, komposisi kebutuhan kain viscose rayon di Indonesia sebesar 8 persen. Sementara kebutuhan kain viscose rayon di pasar global sebesar 3 persen. Diperkirakan pasar global akan membutuhkan kain viscose rayon mencapai 7 persen atau setara 8 juta ton pada 2020.
Ali menambahkan, para perancang busana perlu memperluas segmen pasar dalam memasarkan mode muslim Indonesia. ”Desain busana tidak perlu muluk-muluk. Karena itu, desain perlu bersifat people fashion atau membuat rancangan yang juga bisa diterima kalangan menengah ke bawah,” ucapnya.
Selama 20 tahun terakhir, lanjutnya, bisnis mode muslim di Indonesia telah berkembang pesat. Awalnya, mode muslim di Indonesia identik dengan gaya gamis dan baju pesta. Gaya mode muslim sekarang lebih bervariasi, mulai dari pakaian sehari-hari, pakaian jalan (streetwear fashion), hingga pakaian olahraga.
Direktur Bisnis dan Pemasaran Lembaga Layanan Pemasaran Koperasi dan UKM Kementerian Koperasi dan UKM Armel Arifin menambahkan, pemerintah membantu usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) yang bergerak di industri halal agar terus bertumbuh.
Selain membantu pemasaran secara luring melalui pameran, pemerintah juga bekerja sama dengan platform e-dagang untuk mempromosikan UMKM secara daring.