Transformasi industrialisasi perikanan budidaya butuh sinergi pemerintah dan pelaku usaha, kebijakan hulu-hilir yang mendukung, hingga komitmen inovasi teknologi. Pertanyaannya, komoditas apa yang jadi prioritas?
Oleh
BM Lukita Grahadyarini
·3 menit baca
Mulai tahun ini, pemerintah melalui Kementerian Koordinator Kemaritiman menyatakan akan membenahi sektor perikanan budidaya yang masih tertinggal. Bagai raksasa tidur, perikanan budidaya menyimpan potensi sangat besar, tetapi belum tergarap.
Jika produksi perikanan tangkap dunia yang cenderung stagnan, produksi perikanan budidaya menunjukkan tren terus meningkat. Tahun 2016, kontribusi akuakultur terhadap produksi perikanan dunia sudah mencapai 46 persen.
Komoditas yang tergolong sektor perikanan budidaya sangat beragam, antara lain rumput laut, mutiara, ikan, udang, kepiting, lobster, kekerangan, dan ikan hias. Ikan hasil budidaya pun masih dikelompokkan lagi menjadi ikan air tawar, air payau, dan air laut.
Jika produksi perikanan tangkap dunia cenderung stagnan, tren produksi perikanan budidaya terus meningkat.
Dengan beragamnya komoditas di sektor perikanan budidaya, arah pengembangan perikanan budidaya di Tanah Air selama ini cenderung kurang fokus. Pemerintah menginginkan seluruh komoditas perikanan didorong, tetapi penyediaan sarana dan prasarana penunjang belum memadai.
Di sisi hulu, kebutuhan dasar, seperti benih, bibit, dan benur unggulan, belum memadai untuk bisa menopang peningkatan produksi. Kurangnya benih berkualitas menyebabkan produksi rentan terserang penyakit. Harga pakan ikan yang mahal menjadi beban ongkos produksi sehingga harga produk sulit bersaing.
Kementerian Kelautan dan Perikanan mencatat, komoditas unggulan ekspor, seperti rumput laut, dalam dua tahun terakhir terus mengalami penurunan produksi. Minimnya peremajaan bibit ditengarai menjadi salah satu faktor pemicunya, di samping gangguan cuaca.
Demikian pula komoditas udang dihadang merebaknya penyakit yang menimbulkan sindrom kematian dini. Keterbatasan induk udang berkualitas yang bebas penyakit menyebabkan sebagian usaha pembenihan masih mengandalkan induk dari tambak yang rentan penyakit.
Persoalan juga muncul di sisi hilir, yakni minimnya nilai tambah. Sebagai contoh, Indonesia sebagai produsen mutiara laut selatan (south sea pearl) terbesar dunia mengekspor sebagian besar mutiara dalam bentuk butiran yang belum diproses, antara lain ke Jepang dan Hong Kong. Di luar negeri, mutiara itu diproses lebih lanjut menghasilkan nilai tambah dan nilai jual yang jauh lebih tinggi dan dinikmati negara lain.
Di tengah sejumlah tantangan hulu-hilir, ruang untuk mengisi pasar dalam negeri dan ekspor terbuka lebar.
Di tengah sejumlah tantangan di hulu-hilir, ruang untuk mengisi pasar dalam negeri dan ekspor terbuka lebar. Peluang ekspor tidak hanya diisi komoditas laut. Produk ikan air tawar pun mulai merambah pasar luar negeri, seperti nila, patin (pangasius), dan gurami. Di dalam negeri, konsumsi ikan per kapita penduduk juga terus meningkat. Tren makan ikan semakin meluas seiring gaya hidup sehat masyarakat.
Transformasi industrialisasi perikanan budidaya membutuhkan sinergi pemerintah dan dunia usaha, kebijakan hulu-hilir yang mendukung industri, hingga komitmen inovasi teknologi. Percepatan industrialisasi itu perlu ditunjang dengan perbaikan mutu benih, infrastruktur, akses permodalan, dan kemudahan perizinan.
Sudah saatnya pemerintah menetapkan peta jalan komoditas prioritas yang akan digarap untuk jangka pendek, menengah, dan jangka panjang. Upaya mengatasi ketertinggalan perikanan budidaya perlu difokuskan pada pengembangan komoditas unggulan yang berdaya saing di perdagangan global.
Kita bisa meniru beberapa negara yang fokus menggarap komoditas unggulan hingga menjadi produsen utama dunia, seperti India yang menguasai pasar ekspor udang vaname, Vietnam yang menguasai industri patin dunia, dan China untuk komoditas nila (tilapia).
Tahun 2019, pemerintah menargetkan total produksi ikan hasil budidaya 10,36 juta ton, rumput laut 19,54 juta ton, sedangkan ikan hias 2 miliar ekor. Butuh komitmen dan langkah strategis untuk membangunkan raksasa tidur perikanan budidaya.