Kementerian Perindustrian mendorong industri menengah meningkatkan ekspor. Dari 30.000 industri menengah, baru 10.000 unit yang mampu mengekspor produk, terutama furnitur dan kerajinan, ke pasar Eropa.
Oleh
AMBROSIUS HARTO
·3 menit baca
SURABAYA, KOMPAS — Kementerian Perindustrian mendorong industri menengah meningkatkan ekspor. Dari 30.000 industri menengah, baru 10.000 unit yang mampu mengekspor produk, terutama furnitur dan kerajinan, ke pasar Eropa.
”Kami mencoba mendorong semakin banyak industri menengah yang ekspor,” ujar Direktur Jenderal Industri Kecil, Menengah, dan Aneka Kementerian Perindustrian Gati Wibawaningsih, Rabu (3/7/2019), setelah membuka acara Capacity Building Program on Enhancing The Development of Small and Medium Industry di Surabaya, Jawa Timur.
Kami mencoba mendorong semakin banyak industri menengah yang ekspor.
Acara itu merupakan pelatihan dalam kerangka Kerja Sama Selatan Selatan dan Triangular. Pelatihan digelar kurun 2-13 Juli 2019 di Surabaya. Peserta merupakan pegiat industri kecil dan menengah dari 19 negara, antara lain Indonesia, Bangladesh, Bhutan, Laos, Myanmar, Nepal, Pakistan, Iran, Malaysia, Brunei Darussalam, Maladewa, dan India.
”Dari forum ini, kami ingin mencoba mencari formula yang tepat untuk mendorong ekspor industri kecil dan menengah Indonesia,” kata Gati.
Untuk diketahui, pertumbuhan ekonomi Indonesia 2018 mencapai 5,17 persen. Kondisi itu tertinggi dalam empat tahun terakhir. Salah satu penyumbangnya adalah sektor industri. Industri pengolahan nonmigas menyumbang 17,6 persen terhadap produk domestik bruto nasional 2018.
Di dalam sektor industri terdapat unit mikro, kecil, menengah (IMKM) yang berjumlah hampir 4,5 juta unit bisnis. IMKM berkekuatan 99 persen unit bisnis industri. Selain itu, IMKM juga menyerap 11,6 juta pekerja atau 65 persen dari total tenaga kerja sektor industri.
”Untuk itu, penting bagi industri kecil dan menengah meningkatkan kapasitas ekspor,” ujar Gati. Salah satu caranya ialah mempelajari pasar potensial, membuat produk berkualitas, dan pengiriman. Pada era teknologi industri 4.0, tidak bisa tidak IMKM perlu turut mengembangkan program berbasis internet. Berbagai cara pemasaran melalui media sosial dan jejaring internet dapat dimaksimalkan.
Dengan menembus jaringan global, potensi untuk ekspor mungkin diraih dan dicapai. Saat ini, produk ekspor industri menengah adalah furnitur, perhiasan, dan kerajinan. Pasar terbesar masih Eropa. Padahal, pasar Asia amat menjanjikan dengan lini produk yang berbeda, misalnya busana dan makanan.
Staf Ahli Bidang Politik, Pertahanan, dan Keamanan Kementerian Sekretariat Negara Gogor Oko Nurhayoko mengatakan, pelatihan ini dilandasi semangat kerja sama pembangunan internasional antara Indonesia dan mancanegara sejak Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung, lalu peringatan 60 Tahun KAA di Jakarta.
Kerja Sama Selatan Selatan dan Triangular merupakan hasil dari KAA 2015 di Jakarta sekaligus bentuk komitmen antarnegara dalam pembangunan internasional. Indonesia turut membantu negara-negara berkembang dengan cara berbagi pengetahuan, pemberian peralatan, program magang, seminar, kunjungan belajar, pelatihan, dan pengiriman tenaga ahli.
”Indonesia merupakan salah satu pemeran penting dalam Kerja Sama Selatan Selatan dan Triangular,” kata Gogor.
Khusus untuk KSST, Indonesia telah berpartisipasi aktif sejak 2012 melalui pelatihan dan peningkatan kapasitas sumber daya manusia pada IMKM di negara-negara, antara lain Liberia, Mozambik, Laos, dan Seychelles.